Langsung ke konten utama

JOMBLOWATI

Wahai para jomblowati
Mumpung masih sendiri
Perkuatlah ikatanmu dengan Illahi
Baguskanlah sholatmu dari hari kehari
Sempurnakan kewajiban pun sunnah nabi

Karena kelak akan kau temui
Saat dimana kau tak bisa menyendiri lagi
Bermunajat dalam sepi sekehendak hati
Karena setiap saat ada yang membuntuti
Menggelayuti dengan rengekan setiap hari
Merecoki saat ngaji
Menangisi kepergianmu walau hanya untuk mandi

Maka perkuatlah ibadahmu saat ini
Kokohkan kembali keimanan dalam hati
Agar cintamu padaNya tak lekas luntur hanya karena merasa terbebani
Saat diri semakin sulit meluangkan diri  
Melepas penat dengan sujud panjang di malam hari

Wahai kau yang masih sendiri
Gunakanlah kesempatan ini
Untuk belajar lebih giat lagi
Bagaimana menjadi istri sekaligus ibu yang mumpuni

Karena akan ada masanya nanti
Seolah waktumu pendek sekali
Menjamak makan sering sekali
Boro-boro belajar lagi
Apalagi merawat diri

Tapi jangan takut dan antipati
Karena waktu ini akan kau nikmati
Saat terindah membersamai tumbuh kembang sang buah hati.
Walau terkadang berkeluh sepanjang hari.
Namun kelak akan kau rindui.
Masa-masa yang tak mungkin terulang kembali.

Nikmatilah harimu saat ini.
Bagaimanapun kondisimu kini.
Mainkan peranmu dengan sepenuh hati.
Lalui harimu dengan lebih hati-hati.
Raihlah cintaNya dengan bersungguh hati.
Jalani takdirmu dengan ikhlas hati.

6.9.18

#komunitasonedayonepost
#odop_6

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Suka bangettttt ini ๐Ÿ˜๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah, semoga Allah selalu menjaga hati ini. Singlelillah, fighting! ๐Ÿ’ช๐Ÿ˜„

      Hapus
  3. Terkuatkan hati ini dengan tulisan mbak Lia ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat semangat. Semoga Allah senantiasa menguatkan hati, singlelillah, fighting! ๐Ÿ’ช๐Ÿ˜Š

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga ๐Ÿคฒ Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...