Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Kudeta Mekkah: Sebuah Peristiwa Sejarah yang Tersembunyi

Pada Reading Challenge ODOP level tiga ini, kami diminta untuk membaca buku non fiksi bergenre sejarah. Kemudian diminta untuk mengulas dan menuangkan apa dan bagaimana isi buku tersebut setelah selesai dibaca hingga akhir halaman. Nah, buku yang saya pilih berjudul Kudeta Mekkah, Sejarah Yang Tak Terkuak, karya Yaroslav Trofimov, seorang koresponden Wall Street Journal sejak 1999, kelahiran Kiev, Ukraina pada tahun 1969 yang menghabiskan masa kecilnya di Madagaskar, Afrika. Seperti kebanyakan buku sejarah, sajian di dalamnya mengandung unsur waktu, tempat dan tokoh nyata. Yang mana, selalu dengan jumlah yang tak terhitung jari. Adakalanya saya pusing sendiri mengurutkan kejadian demi kejadian, atau mengaitkan tokoh satu dan lainnya hingga mengingat dengan benar dimana saja peristiwa itu berlangsung. Ternyata membaca buku sejarah itu sungguh sangat membutuhkan effort yang luar biasa, lumayan bikin ngos ngosan.  Jika bukan karena "tugas", mungkin saya

[DIY] Tiga Kreasi Mainan Edukasi Berbahan Flanel

Ketika menjadi Ibu, secara otomatis kita dituntut untuk lebih kreatif demi terselenggaranya pendidikan dan pengasuhan anak yang menyenangkan.  Kita dituntut untuk cakap berinovasi, menciptakan permaianan, ataupun kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak sekaligus membuat mereka merasa nyaman dan antusias. Sebagai Ibu, tentu saja kita menginginkan yang terbaik untuk buah hati kita. Adakalanya kita yang dulunya "malas", "tidak cakap", dan cuek tetiba harus menjadi seseorang yang baru, yang menguasai apapun secara otodidak. Hanya karena tekad yang kuat, menjadikan kita teguh memperjuangkan itu semua, sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban hakiki sebagai madrasah utama bagi buah hati tercinta. Pada kesempatan kali ini, saya akan sedikit berbagi tentang apa yang bisa kita kreasikan untuk membuat media bermain yang menyenangkan sekaligus "mencerdaskan" yang bisa kita buat secara mandiri, alias DIY (Do It Yourself) . Berikut beberapa cont

5 Mainan yang Bikin Si kecil Anteng, Nomor 3 Wajib Punya.

Pada dasarnya, anak akan belajar lewat bermain. Maka tugas pengasuhan anak tidak bisa di pisahkan dari dunia bermain. Mau tak mau, seorang ibu harus rela memberikan waktu sepenuhnya untuk membersamai si kecil ketika bermain. Karena lewat permainan itulah, sebenarnya ia sedang belajar. Maka memilih mainan yang baik dan tepat adalah sebuah keharusan.  Namun terkadang, ada kalanya kita tidak bisa sepenuhnya membersamai Si kecil, terkait kerjaan domestik yang sudah tak bisa ditunda lagi, atau hal lainnya yang memang saat urgent.  Nah, agar anak tetap bisa belajar mandiri lewat bermain, kira kira mainan apa saja yang bisa kita andalkan? Saya mau kasih "bocoran" beberapa item mainan favorit anak-anak yang bisa bikin betah namun tetap berfaedah walau main secara mandiri, disaat kita  benar-benar sedang tak bisa membersamai mereka. Lets check this out. Semoga betmanfaat ya moms. Megablock Doc. Pribadi Mainan ini juara deh bikin anak anteng. Dan cukup 

[Puisi] Melepas Cinta

Pixabay Menyapamu adalah candu Yang menjelma rindu kala tak bertemu Selalu kadarnya semakin laju Di setiap debaran hati yang kian tak menentu Engkaulah harapan yang terngiang sepanjang waktu Mendengung syahdu seumpama lagu Menemani hatiku yang kerap bergemuruh Menyenandungkan lirik lirik cinta hingga riuh Adakah engkau disana merasa yang sama? Saat ruang dan waktu justru menjarak begitu rupa? Entahlah Jikapun engkau justru tak pernah mendamba Hadirku dalam perjalanan takdir cinta yang kau asa Namun debar rindu tak semudah itu kulupa Biarlah sesak sejenak berdiam di sudut jiwa Hingga perlahan mengurai tak bersisa Melepas dengan rela Bahwa kita memang tak ditakdirkan untuk bersama Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Memaknai Arti Sebuah Kesalahan dan Kegagalan

Pixabay Apakah kesalahan selalu beriringan dengan kegagalan? Bisa jadi.  Tapi kegagalan yang kita dapati pun, sejatinya adalah sebuah modal untuk melangkah semakin kencang, bukan? Mengapa begitu? Mari kita kupas bersama. Kenapa harus ada kesalahan?  Agar ada kemaafan dan saling memaafkan. Dengan begitu, kita semakin terlatih menjadi seseorang yang mampu berbesar hati. Berbesar hati untuk mengakui kesalahan, atau pun berbesar hati untuk memberikan kemaafan pada seseorang yang telah membuat kita terpuruk dan terluka. Tidak mudah memang. Namun disitulah kuncinya. Ketika kita mampu menempuhinya dengan sempurna, maka bersamaan dengan itu, kegagalan atau kesalahan yang kita lalui kelak bertransformasi menjadi sebuah pendewasaan diri.  Katakan saja, kesalahan adalah cara melatih kebesaran jiwa kita untuk secara ksatria mengakui kesalahan dan meminta kemaafan. Untuk kemudian saling belajar menjadi lebih baik dan bijak dalam berperilaku. Agar semakin mengh

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta

Berjuta Kisah Si "Aluminium"

Warsito terlahir sebagai anak dari pasangan Purwo Taruno dan Rubiyah pada tanggal 15 Mei 1967. Ia merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Ia menikmati masa kecilnya hingga jelang SMA di desa Ploso Lor. Keluarganya bukanlah orang berada, ayahnya hanya bekerja sebagai petani. Kehidupan masa kecilnya dihiasi dengan keprihatinan. Namun, itulah yang kelak mengantarkannya pada kebrhasilan. Ia berjiwa pejuang, pantang menyerah namun berhati lembut. Ia mudah bersimpati dan berempati. Selalu memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri.  Tercatat sebagai murid di SD plosorejo 1 selama enam tahun, hingga dinyatakan lulus dan mendapat STTB pada tanggal 30 Juni 1980. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP 1 Matesih yang ditamatkan pada tahun 1983. Warsito remaja memiliki watak yang pendiam dan tidak neko neko. Warsito melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Karanganyar, yang merupakan sekolah favorit pada masanya. Ia berhasil lulus dengan prestasi yang membanggakan, mend

[Prosa Liris]: Kutanya Cinta, Kau Jawab Hampa?

Pixabay Sudah lebih dua purnama, Engkau menjauh. Tak lagi dapat ku gapai sosokmu yang dahulu begitu mencinta, namun kini hanya hampa kurasa.  Genggaman tanganmu sudah tak lagi erat menjerat. Engkau yang dulu merangkul lembut disaat sembab mataku oleh tangisan tanpa jeda, namun kini hanyalah murka yang kudapati. Engkau yang dahulu kerap mengalah demi melihat senyum mengulum dibibirku, kini hanya melenggang tak peduli.  Kau begitu asik dengan duniamu sendiri, menatap layar lima inci dalam genggaman sepanjang hari. Menghabiskan sepanjang waktumu dengan hobi yang tak kupahami. Aku tersudut dalam sepi. Merasa tersingkir dan begitu tak berarti.  Apakah diriku sebegitu hina dalam pandangmu, hingga tak sekalipun kulihat binar mata dalam tatapmu?!? Dan masih saja ku dapati tatapan jijik dalam kerlingmu. Aku yang kau anggap jorok, pemalas, tak bisa diandalkan, dan sederet label menyakitkan lainnya yang kau sematkan. Apakah bagimu aku hanya sekedar sosok penggenap s

Kaca Mata Ayah

Pixabay Ardi mengayuh sepedanya sekuat tenaga. Hati anak laki-laki berusia sepuluh tahunan itu dipenuhi buncahan bahagia. Ia ingin segera tiba di rumah, sebelum ayahnya kembali pergi, merantau, bekerja mencari nafkah, agar ia dan adiknya bisa melanjutkan sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi. Keringat mengucur, membasahi pelipis mata. Namun Ardi tak hendak berhenti, menepikan sejenak sepedanya, ia harus secepatnya tiba di rumah. Ia ingin mengabarkan langsung berita bahagia yang baru saja ia ketahui pada ayahnya. Sebelum ayah kembali ke kota. "Ayah...!" teriak Ardi mengagetkan seisi rumah. "Ada apa, Ardi?" Ibu tergopoh menghampiri Ardi. "Ayah, mana, Bu?" "Sedang mandi," ucap ibu seraya memicingkan mata ke arah kamar mandi. Ardi nampak tak sabar menunggu. "Kenapa sih?" tanya ibu heran sekaligus penasaran. Ardi hanya diam, sambil meremas kuat sesuatu di tangan. Ibu sekilas melirik genggaman tangan Ardi, &q

Little Women: Petuah Kaya Gizi Berbalut Kisah Sederhana

Judul buku: Little Women Author: Louisa May Alcott Penerjemah: Utti Setiawati Tebal: 436 halaman ISBN: 9786029225761 Penerbit: Qanita Little Women adalah sebuah novel karya Louissa May Alcott, seorang penulis yang lahir di Germantown, Pennsylvania pada 29 November 1832. Tokoh Jo March pada novel tersebut sangatlah mirip dengan karakternya yang tomboy semasa remaja. Seperti halnya Jo, ia pun memiliki tiga saudara perempuan. Louissa telah menerbitkan lebih dari 30 karya semasa hidupnya. Ia meninggal pada 6 Maret 1888 dan dimakamkan di Sleepy Hollow, Concord. Novel Little Women ini merupakan novel keluarga, yang berkisah tentang kehidupan bersahaja keluarga March. Bagaimana peran seorang ibu ketika membersamai perjalanan dan petualangan ke empat gadisnya, ketika sang suami justru sedang bertugas membela negara di tempat yang jauh. Ibu March yang tegar dan lembut sekaligus bijak telah berhasil menumbuhkan perilaku yang baik dan bermartabat pada keempat gadi

Awali dengan Tulus, Akhiri dengan Ikhlas

Sumber: pixabay Kita seringkali berujar "saya tulus" dan merasa diri kita sudah tulus. Namun disaat yang sama kita merasa kecewa saat apa yang kita lakukan tidak diterima dengan baik, atau tidak mendapatkan respon seperti apa yang kita mau. Saat kau bilang tulus, bukankah seharusnya penolakan tak akan membuat semangat tulusmu berkurang? Pun jika pada akhirnya orang lain tak melakukan seperti apa yang engkau perbuat, walaupun itu sebenarnya suatu keharusan bagi mereka, engkau tetap berbuat baik tanpa ada perasaan "dirugikan", dan tak menyerah untuk tetap berbuat baik hanya karena beralasan, "masa saya doang yang berbuat baik?" Sungguhkah kita sudah benar benar tulus? Jika tulus adalah melepaskan, bukankan sejatinya kita diminta untuk tidak "menagih" balasan dalam setiap ketulusan? Jika masih terselip rasa ingin "dinilai" dan direspon dengan baik, gugurkah ketulusan yang sudah kita bangun?