Langsung ke konten utama

Menumbuhkan Sikap Kemandirian pada Anak Usia Dini

Kemandirian merupakan salah satu aspek kehidupan yang tak bisa dilepaskan dari proses pembelajaran anak usia dini, sebagai pembekalan diri dalam menjalani kehidupan di masa depan.

Doc pribadi

Menurut KBBI, mandiri artinya dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain.

Sementara kemandirian, menurut pakar psikologi, Soetjiningsih (1993) didefinisikan sebagai perilaku yang ditandai oleh adanya aktivitas sendiri, kepercayaan diri, inisiatif dan tanggung jawab.

Dari pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa terdapat empat aspek penting dalam sikap kemandirian, yaitu:

Aktivitas sendiri
Seorang anak bisa dikatakan mandiri, ketika ia mampu bertindak atas kehendaknya sendiri. Ia tidak takut untuk menyuarakan keinginannya. Lewat pelatihan kemandirian sejak usia dini, maka anak akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, ia tidak takut untuk mengutarakan keinginannya sekaligus sanggup menyelesaikan setiap persoalan atau masalah yang dihadapi tanpa ketergantungan kepada orang lain.

Kepercayaan Diri
Anak yang memiliki sikap kemandirian, tentu akan memiliki rasa percaya diri yang baik. Pada akhirnya ia akan menerima dirinya secara positif. Ia tak mudah menyerah dan berani melangkah untuk belajar hal-hal baru.

Inisiatif
Seorang anak yang terbiasa dengan perilaku mandiri, akan memiliki kemampuan dan kreativitas yang baik, kepalanya dipenuhi dengan gagasan-gagasan yang solutif, serta mampu bertindak secara orisinil, tidak mudah terpengaruh oleh intimidasi dari lingkungannya.

Tanggung jawab
Hal penting lainnya dalam kemandirian adalah tumbuhnya rasa tanggung jawab. Anak akan paham, bahwa setiap tindakan dan keputusan yang ia ambil akan beriringan dengan risiko dan konsekuensi.

Namun tentu saja, menumbuhkan perilaku kemandirian pada anak usia dini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak tahapan yang harus dilalui, yang tentu saja dalam prosesnya diperlukan kesabaran dan ketelatenan dari orang tua sebagai pendidik utama. Karena kemandirian anak akan sangat dipengaruhi oleh perlakuan orang tua juga keluarga terdekat.

Sikap yang terlalu mengekang, kerap melarang justru akan mematahkan kemandiriannya. Sementara sikap yang bijak dengan perlakuan yang wajar, dapat menumbuhkan kemandirian pada anak. Anak yang sering dilarang, di kemudian hari akan tumbuh menjadi anak yang penakut, kurang percaya diri dan selalu bergantung terhadap orang lain.

Secara garis besar, sikap kemandirian mengandung dua esensi utama, yaitu tentang mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

Dalam melatih sikap kemandirian, tentu saja kita harus pula memperhatikan usia dan kemampuan ananda. Latihan yang kita berikan harus disesuaikan dengan usia dan kemampuannya. Agar ia tidak merasa kesulitan dan terbebani, yang bisa jadi justru membuat ia menyerah dan merasa frustasi.

Berikut beberapa upaya menumbuhkan kemandirian yang bisa kita aplikasikan kepada ananda usia dini di rumah:

Mendorong anak untuk mandiri beraktivitas
Berikan kesempatan kepada ananda untuk mencoba melakukan aktivitas sederhana sehari-hari tanpa bantuan orang tua. Misalnya, mandi dan gosok gigi, menyisir rambut, memakai sepatu, mengenakan pakaian, menyeduh susu, makan dan minum, dan lain sebagainya. Perlu diingat, dalam menerapkan kemandirian pada anak haruslah disesuaikan dengan usia dan kemampauan anak.

Memberi kesempatan mengambil keputusan
Biarkan ia menyuarakan keinginannya. Meski mungkin tidak selalu sesuai dengan harapan kita.

Misalnya, membiarkan ia memilih sendiri pakaian yang ingin ia kenakan. Memilih pasta gigi, sikat gigi, sampo, sabun, dan sebagainya.

Jika kita tidak sependapat, boleh memberikan saran, tetapi tidak memaksakan.

Contoh, saat akan pergi kondangan, anak memaksa mengenakan baju tidur bahkan tak ingin berganti hingga merengek. Mungkin kita bisa menyarankan ia untuk mengenakan jaket, kardigan, atau mengganti bawahannya dengan celana atau rok yang lebih layak.

Melibatkan dalam rutinitas sehari-hari
Meski terkadang kita merasa terganggu ketika ananda ingin ikut membantu, karena akan memakan waktu lebih lama dan tak jarang justru semakin berantakan, namun melibatkan ia dalam rutinitas aktivitas sehari-hari merupakan bagian penting dalam menumbuhkan sikap kemandirian.

Dengan membiarkan ia membantu, anak akan merasa dihargai dan 'berguna'. Jika perasaan ini dipupuk dengan memberikan kepercayaan, maka kelak ia akan tumbuh dengan kepercayaan dan penerimaan diri yang baik.

Contoh aktivitas yang bisa dilakukan bersama ananda, diantaranya; membereskan tempat tidur, ikut membantu ibu memasak (memotong kentang, mengocok telur, membalur udang), ikut membantu ibu mencuci piring, mencabut rumput, menyiram tanaman, mencuci sepatu, dan sebagainya.

Memberikan tanggung jawab
Selain memberikan kepercayaan, anak juga perlu untuk diberikan tanggung jawab. Agar ia lebih memahami tentang risiko dan konsekuensi atas setiap tindakan dan keputusan yang ia ambil.

Beberapa upaya yang bisa kita latihkan untuk menanamkan sikap tanggung jawab pada ananda, misalnya:

  • Setelah minum susu, membiasakan ananda untuk menaruh gelas di tempat cuci piring.
  • Buang kemasan atau sampah sisa makanan pada tempat sampah.
  • Jika menumpahkan air, segera dilap.
  • Setelah bermain, rapikan kembali dan simpan mainan ke tempatnya.

Upaya menumbuhkan kemandirian sejatinya memiliki tujuan agar anak menguasai kemampuan sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangannya. Sifat mandiri dapat tumbuh semakin baik lewat rangkaian latihan yang berkesinambungan, sehingga diharapkan kelak bertransformasi sebagai kepribadian. Maka, sangat penting untuk memastikan bahwa anak telah memenuhi tahap demi tahap kemandirian secara baik.


Terima kasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Ide Main dari Instagram

Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang melelahkan sekaligus membahagiakan.  Lelah karena pada praktiknya kita dituntut untuk terus belajar, mencukupkan bekal dalam mendampingi tumbuh kembang putra putri kita. Ada banyak hal yang harus kita persiapkan. Entah secara mental maupun secara materil. Ada banyak ilmu yang musti kita kaji, kulik dan pelajari agar proses pendampingan berjalan dengan baik.  Tidak hanya menguras energi, namun proses tersebut dapat menyita waktu dan pikiran kita, sehingga adakalanya pada beberapa kesempatan membuat kita frustasi, ketika kita berhadapan dengan situasi yang clueless . Sebagai orang tua baru, tentu saja ada banyak kebingungan, kecemasan dan ketakutan yang terus menggerogoti pikiran kita.  Hal inilah yang mendorong kita untuk mencari tahu. Menggali sebanyak mungkin referensi yang bisa kita tiru. Menemukan sosok panutan. Menemukan alternatif cara dan kreativitas yang bisa kita terapkan dalam menjalankan peran kita sebagai orang tua

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung