Langsung ke konten utama

SETITIK CAHAYA ITU BERNAMA PELUANG

Sumber: pixabay

Sungguh, seringkali hal besar kian bertumbuh, oleh karena dimulakan dari hal yang teramat kecil. Bukan tak mungkin, kesuksesan yang saat ini kau raih, sejatinya adalah jalinan peristiwa yang berpilin menuju satu titik: harapan, mimpi, puncak kesuksesan. 
Tak akan pernah puncak gunung tertinggi kau pijaki tanpa didahului langkah kecil yang kau titi secara konsisten, selangkah demi selangkah, tanpa henti. 
Tak mengapa andai sesekali kau sejenak menepi, sekedar merehatkan hati, mengisi penuh kembali kantong energi, untuk kemudian berlari lagi, memekakkan gaung semangat berkali-kali demi menaklukan puncak tertinggi. 
Oleh sebab itu, tak elok rasanya, bila kita memandang sebelah mata sesuatu yang kita anggap kecil, remeh dan sepele, padahal bisa jadi ia adalah kunci awal, hingga terbukanya gerbang demi gerbang peluang yang telah membawamu sejauh ini. 
Walaupun jalanan terjal terbentang panjang, seolah tak memiliki ujung dan tanpa akhir,  hingga lelah, jenuh dan penat kerap menghantui, namun belum juga kau peluk mimpi besarmu, tetaplah melaju. Yakinlah setiap proses yang kau jalani tak akan pernah mengkhianati hasil. 
Teguhlah, kencangkan tekadmu, mungkin saja kan kau gapai mimpimu setelah melewati selangkah lagi. Andai kau keburu berputus asa dan berhenti, musnah sudah kesempatan yang seharusnya kau raih dengan konsistensi dan keuletan. 
Tak ada kesia-siaan, karena sesungguhnya kehidupan adalah kumpulan hikmah yang terserak. Seburuk apapun lakon yang kau mainkan, sejatinya ada setitik hikmah tersisip didalamnya. 
Bersyukurlah, kendati lara kian hari menancap tajam bagai sembilu. Karena kebesaran hati dan keberanian tak akan bisa didapat dengan percuma, ada perjuangan dan pembuktian yang harus kau lakoni agar ia semakin tertancap kuat dalam jiwa. 
Tabahlah, luaskan kesabaranmu, ketika berlimpah rahmat kau cecap dengan nikmat, karena sejatinya ada ujian dahsyat mengintai disana, membuatmu terlena dan terjerumus dalam kejahilan dan kekerasan hati yang berjelaga.
Nikmatilah episode hidupmu saat ini, sekecil apapun peran yang teramanahi dipundakmu, karena kelak ketaatanmu yang penuh dan utuhlah yang akan membawamu pada puncak tertinggi kesuksesan, ridho Illahi, kemewahan dan kenikmatan syurga di negeri abadi.

#komunitasonedayonepost
#odop_6

Komentar

  1. Berakit rakit ke hulu berenang ketepian

    BalasHapus
  2. Ini backgroundnya Memang di buat Kuningan ya? Maaf enggak nyaman sekali bacanya apalagi tulisannya hijau buat emak-emak yg udah tua menjelang kepala empat berat bacanya. Maaf ya biar yg baca betah dibikin pembacanya nyaman ya 😘👍👌

    BalasHapus
  3. Setuju manfaatkan peluang dengan sebaik mungkin karena belum tentu kita mendapat peluang yang sama untuk kedua kalinya 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes mba. Makasihbya sudah berkunjung. 🙏😊

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta