Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Sudahkah kita berdamai dengan perbedaan?

Pixabay Kamu ingin dimengerti dan berharap orang lain menerimamu apa adanya, namun dirimu berkeras menjadikan orang lain berubah seperti yang kamu mau?!? C'mon, dont be selfish, please... Cintailah mereka apa adanya, sebagaimana engkau ingin dicintai sebagai dirimu apa adanya. Bukan untuk saling memaklumkan diri ketika berbuat salah, namun bersama membangun diri menjadi lebih baik dengan dikelilingi hujan cinta berpayung penerimaan utuh, bukan sekedar banjir caci maki dan penghinaan karena kelamahan yang kita miliki.  Saling menghargai perbedaan untuk memperkaya wawasan kita, bukan saling mencari kekurangan untuk dijadikan bahan olokan dan menjatuhkan. Karena sejatinya, perpecahan terjadi bukan semata karena perbedaan, melainkan bagaimana cara pandang kita melihat perbedaan itu sendiri.  Isi kepala boleh berbeda, karakter diri bisa tak sama, namun itu tak bisa menjadikan alasan kita untuk berpecah belah. Karena sesuatu dikatakan menyatu ketika ia pada awalnya

Teruntuk Peje ODOP Batch Enam yang Super Kece!

Tak terasa, kita telah berada di penghujung masa Setelah berpuluh senja kita lalui bersama Terimakasih tak terhingga untuk kalian semua Tak lelah mendampingi, membagikan ilmu dan pengalaman berharga Menyemangati dikala penat sesekali melanda. Ada kalanya, kami berisik sekali Pun sesekali keheningan seolah menghantui Di satu sisi mungkin kami pernah membuat luka Mohon kemaafan atas segala ulah tak berfaedah Segenggam doa ku kepal dalam lubuk Kurapal dengan segenap hati Semoga lelahmu berbuah pahala Hingga bahagia kerap menyerta Yang sendiri segera berdua Yang sudah berkeluarga semakin samawa Segala mimpi dan cita mewujud nyata Seluruh kerja keras terbayar sempurna Semangat berkarya Selamat berbahagia Terimakasih untuk segalanya Waktu yang engkau luangkan Tenaga yang engkau sisihkan Kesempatan yang engkau berikan  Tawa yang selalu engkau suguhkan Kekeluargaan yang engkau hadirkan Materi yang tak pelit engkau bagikan Semua

Hiruk Pikuk Pagi

Kokok ayam menanda pagi, semburat jingga membias lembut langit fajar. Bulir embun menggantung di dedaunan. Udara pagi masih terasa segar, sebelum siang mulai menjelang, saat segala aktivitas mulai meramai, deru suara berbaur pengapnya udara penuh jelaga. Di sebalik rumah bercat hijau, hiruk pikuk penghuninya mulai terlihat. Terdengar teriakan membangunkan yang tak kunjung mendapat jawaban, karena seseorang yang tengah meringkuk pulas di peraduannya tak kunjung membuka mata. Kesal membangunkan, seorang wanita setengah baya menyerah. Ia kembali menuju dapur, meneruskan kesibukannya, memasak, menyiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah yang masih terlelap.  Jam berdentang enam kali. Pria tambun tercekat bangun. Segera beranjak dari pembaringan, menuju kamar mandi. Subuhnya telat lagi. Bergegas mengambil wudlu, dan solat seadanya. "Bu, kok aku tidak dibangunkan?" ucapnya menghampiri sang istri yang kini sedang merendam cucian. "Bukannya tidak dibangunkan,

APEL

Pixabay Siang yang terik. Matahari tepat diatas kepala. Keringat mengucur membasahi dahi dan pelipis Hiro. Kakinya tak henti mengayuh pedal sepeda, berharap ia segera tiba di rumah. Agar bisa segera menikmati sejuknya air. Membayangkannya membasahi kerongkongan yang kering membuatnya semakin bersemangat memacu kecepatan. "Alhamdulillah, akhirnya sampai juga," ucapnya seraya meletakkan sepeda roda empatnya sembarang. Secepatnya ia meraih gagang pintu, dan membukanya. "Assalamualaikum," teriaknya sembari masuk rumah tanpa menunggu jawaban. Hiro berlari menuju kulkas. Diambilnya sebotol air putih dingin, meneguknya dengan terburu langsung dari botol. "Uhuk, uhuk." Hiro tersedak. "Astagfirullohaladzim. Maafkan Hiro ya Allah. Seharusnya Hiro minum sambil duduk,  menuang airnya dulu ke dalam gelas serta mengucap Bismillah sebelum meminumnya," gumamnya penuh penyesalan. Botol minum kembali ia letakkan di pintu kulkas bagian dalam.

Es Krim

Pixabay Siang itu Hiro diajak menemani Ibu dan Hira ke minimarket. Kata Ibu, nanti mau bikin martabak mini kesukaan Hiro. Ibu mau beli bahan-bahan untuk membuatnya. Mereka berjalan kaki menuju minimarket yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Hiro girang sekali. Berjingkrak dan berceloteh penuh semangat sepanjang jalan. Dari rumah, Ibu terus mengingatkan Hiro dan Hira bahwa tujuan mereka ke minimarket hanya untuk membeli bahan membuat martabak. Hiro dan Hira tidak diijinkan untuk membeli apapun selainnya. Hiro dan Hira mengangguk setuju.  Sesampainya di minimarket, Ibu mengambil keranjang belanjaan. Hiro membantu mencarikan bahan-bahan yang Ibu bacakan. Terigu, telur, susu cair, gula, margarin, meises cokelat, keju dan baking soda. "Ibu sini. Ini disini terigunya!" seru Hiro girang karena telah menemukan terigu di rak paling belakang. Ibu menghampiri Hiro sambil menggandeng lengan Hira. "Ayo de Hira kita cari meisisnya" seru Hiro seraya mena

Pentingkah Mengenalkan Teknologi Sejak Dini?

Pixabay Tak terpungkiri, kini kita hidup dalam era digital. Anak-anak kita menyandang gelar generasi milenial, yang sudah barang tentu tak akan bisa terlepas dari persinggungan dengan dunia teknologi, khususnya dunia per gadgetan.  Sudah tak terhitung, percepatan teknologi yang semakin lesat. Terkadang kita sebagai orang tua yang lahir di era sebelumnya keteteran mengejar ketertinggalan. Karena kita awam. Kita mengenal dunia teknologi tidak sedari kecil, maka saat gempuran itu menyerang, kita kelabakan. Berbeda halnya dengan anak-anak kita, yang terlahir memang disaat majunya teknologi itu sendiri, maka, mengenalkan anak kita sedini mungkin akan teknologi adalah suatu keharusan. Karena, mau tak mau, kelak mereka akan bertumbuh menjadi manusia dewasa yang hidup dalam era teknologi, yang mengharuskan mereka terbiasa dan bisa beradaptasi akan gaya hidup yang sudah pasti menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Artinya, pada masa ini, mengenalkan dunia teknologi sejak usia dini me

Di suatu Malam

Satu dua tiga Berderet serupa angka Empat lima enam Menguntai sepanjang malam Melaju, berdecit Berulang tak terbilang Menggerutu, mencicit Lelah memicu amarah Tak guna keluh kesah Yang ada hanyalah resah Kapan laju kembali lesat Menembus malam yang kian pekat Serangga malam lalu lalang Terbang jauh menembus kegelapan Kepala terantuk karena kantuk Sejenak deru nafas berganti dengkur halus Lelap, penyelamat segala penat Berharap keruwetan segera terurai Hingga ketika mata terbuka Seketika raga berada di tempat tuju #odop_6 #komunitasonedayonepost Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

COKELAT

Pixabay Hari ini Hiro mau berkunjung ke rumah nenek. Rumah nenek cukup jauh dari rumah Hiro. Harus naik mobil. Hiro senang sekali. Hira juga. Hira adalah adik Hiro. Balita cantik menggemaskan yang belum genap tiga tahun. Hiro sangat sayang sama Hira, walau kadang suka bikin Hira nangis juga. Soalnya, Hiro suka kesal sama ibu yang kadang lebih sayang sama Hira. Tapi itu sebenarnya hanya pemikiran Hiro saja. Ibu sayang keduanya. Sayang sama Hiro dan Hira juga. Tapi saat sedang hectic kadang ibu suka keceplosan bentak Hiro yang ikutan tantrum. Makanya Hiro suka sedih dan nyari perhatian ibu. Tapi kalau lagi santai dan Hira tidur, ibu jadi baik lagi kok sama Hiro. Gak sering marah lagi. Hiro senang. Hiro bisa memeluk ibu sepuasnya.  Perjalanan menuju rumah nenek cukup jauh. Butuh waktu sekitar 3 jam. Lewat jalan tol. Jalan yang besar. Banyak mobil-mobil besar juga. Tapi motor gak boleh lewat sini. Kenapa ya? Hiro juga penasaran. Kata ibu sih biar gak macet. Tapi dulu pernah

Di Sudut Kota

Di suatu sudut kota Terbaring jiwa kesepian Yang meratap dalam ketiadaan Di tengah hingar bingar peradaban Berkali jatuh dalam prasangka Untuk kemudian berpacu dengan kepongahan Mencoba mengejar mimpi dan harapan  Yang tak jarang hanya sekedar angan-angan Mungkin benar adanya Semua berhak memeluk mimpi yang sama Namun nyatanya Tak semua punya kesempatan serupa Bersegeralah berjuang Bukan untuk dikenang Cukupkan Tuhan sebagai tujuan Kelak Dia yang akan menuntaskan segala urusan #TantanganODOP7 #onedayonepost #odopbatch6 #fiksi Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Lintang Kemukus

Gelap melingkupi langit malam ini Tak ada kerlip gemintang mewarnai Hanya sunyi membalut syahdu Seolah semesta ikut merindu Bersamaku yang setia menunggu Hanya kamu! Ya, kamu yang menawan dan penuh harapan Laksana lintang kemukus Hadirnya selalu dinanti, walau tak pasti Membawa sepercik harapan yang terlantun  Saat ia lesat meluncur dari ketinggian langit menuju bumi Aku terikat pada pesona ayumu Aku terpaut pada hangat kilau cahayamu Aku tergoda akan lenggok gerikmu Aku terperangkap dalam hembus asa yang terasa begitu meyakinkan Walau nyatanya kau hanyalah benda angkasa yang tak terjamah Seakan dekat, namun tak mampu kugapai Begitu dinanti  Namun hadirmu hanya sekejap Seolah menawarkan harapan Dalam keheningan yang begitu panjang Hingga akhirnya ku tersadar Lintang kemukus, si bintang berekor yang jatuh ke bumi Hanyalah sebuah fenomena alam  Benda angkasa yang tercipta untuk keseimbangan bumi Bukan pewujud mimpi Seperti apa

Aku dan Sepotong Mimpi

Pixabay Pagi menjelang. Aku menggeliat. Cahaya matahari menghangatkan tubuhku. Aroma apel semerbak terhidu. Kubuka mata perlahan. Kutolehkan kepala, mencari darimana sumber bau yang membuat liur dalam mulutku tak henti membasah. Aku lelah. Entah sudah berapa lama kubertahan. Mendaki ketinggian yang tak jua kugapai. Hanya hamparan hijau mengelilingiku. Kulahap dengan cepat sekedar mengisi perut. Perjalanan panjang ini membuatku takut. Sudah tak adakah sepercik harapan? Andai semua mimpiku tak jua berwujud, mungkin kelak aku kan teronggok di suatu sudut kesunyian. Tanpa siapapun. Hanya aku dan kepayahan yang kusesali. Kutengadahkan kepala. Menatap langit pagi bermentari. Kicau burung meramai. Seolah sedang mengolok diriku yang hanya tergeletak dalam kepasrahan. Lebah, capung, hingga kepik terlihat asik kepakkan sayapnya. Lincah berpindah dari satun pohon ke pohon lainnya. Aku iri pada mereka. Tuhan, mengapa kau ciptakan aku tanpa sayap? Hingga musim bergan

BOLA

Pixabay Hiro, bocah lima tahun yang penuh energi. Tak bisa diam, lincah kesana kemari. Berlari, melompat, dan terus bergerak. Hari ini, Hiro merasa bahagia sekali. Semalam, sepulang bekerja, ayah membawakan hadiah untuk Hiro dan Hira.  Hiro mendapatkan bola, sementara Hira beroleh boneka beruang berbulu yang menggemaskan. Dari semalam Hiro sudah tak sabar ingin bermain bola. Namun, ayah melarangnya bermain bola di dalam rumah. Karena ruangannya sempit. Ada meja, kursi, dan banyak barang juga. Kata ayah, bermain bola itu harus di luar rumah, tempat yang luas, jadi Hiro lebih leluasa menendang bola tanpa takut memecahkan barang pecah belah milik ibu.  Semalam Hiro tak bisa tidur memikirkan bagaimana senangnya ia bermain bola besok. Ia merajuk pada ayah agar diijinkan sebentar saja bermain bola di luar. Tapi karena sudah malam, yang artinya tak ada lagi matahari yang menerangi bumi, di luar tampak sangat gelap. Hanya ada pendar temaram lampu bohlam yang menerangi. Ayah teta