Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Buku Pendamping Menuju Gerbang Pubertas

Bunda, seringkali kita bingung ya, ketika menjawab pertanyaan Ananda yang 'berbau'  tabu. Mau dijawab serius, takut salah, mau dijawab asal, takut menyesatkan ... Tetapi, perkembangan zaman yang semakin 'bebas' ini justru menuntut kita para orang tua, untuk sedini mungkin membekali Ananda dengan edukasi seks. Seks tidak melulu tentang hal berbau tabu loh, Bunda. Pendidikan seks bisa meliputi tentang tema jati diri, misalnya. Di mana anak usia 3 tahun, harus sudah bisa mengenali dirinya dengan baik. Khususnya tentang jenis kelamin. Dia harus sudah mantap menjawab ketika ditanyakan. Hal ini bisa berpengaruh di masa pubertasnya. Anak yang kebingungan dengan jati dirinya, mungkin saja bisa terprovokasi oleh lingkungan. Boleh jadi ia akan menjadi laki-laki yang 'perempuan', atau sebaliknya. Nah, bagaimana sih cara kita 'bicara' pada Ananda tentang edukasi seks ini? Salah satu buku yang bisa menjadi pegangan Bunda dalam mengena

Ayo Bermain Hujan!

Hujan, datanglah Ku ingin bermain Bersama teman-teman, menikmati hujan... (Dinyanyikan dengan nada "rain rain go away") Alhamdulillah, rupanya hujan sudah bersedia bersahabat kembali dengan kami, ia berbaik hati bertandang lebih lama. Ya, tiga hari terakhir ini ia terus hadir memberi nuansa baru, setidaknya udara subuh hari kini terasa lebih 'bersahabat', tidak terlalu gerah dan kering.  Sepanjang musim kemarau tahun ini, inilah hujan terkonsisten yang menyapa kami setiap hari tanpa jeda, walaupun hanya berlangsung dalam hitungan menit hingga satu jam. Udara kini terasa agak sejuk (walau selepas hujan berhenti, udara kembali berasa lebih panas), tanah sudah terlihat kembali melembab, tetumbuhan mulai terlihat segar kembali, dan duo krucil semakin giat menyuarakan hasrat untuk menjejak tanah di bawah kucuran hujan yang kembali menderas. Dan hari ini, hujan pun hadir kembali, sangat deras, namun cukup aman untuk dinikmati, tanpa takut kilatan petir yang

Surat Kecil untuk Hujan

Kemarau tahun ini, hadir dalam waktu yang cukup panjang. Kehabisan air menjadi berita dimana-mana. Bahkan di tempat yang secara logika seharusnya menjadi "lumbung air", kini justru tak mendapat pasokan air. Ketidakhadiran hujan yang melebihi batas prediksi, membuat sebagian bumi, khususnya di wilayah Nusantara ini seakan panas membakar. Suhu udara meningkat. Bahkan saat malam jelang pagi, yang biasanya membuat tubuh gemetaran karena dingin, kini terasa sumu k dan gerah. Ya, setelah lama tak bersua, kini kita merengek menginginkan pertemuan kembali dengan kucuran air dari langit. Berharap tetumbuhan yang mulai mengering, kembali menampakkan geliat kehidupan. Berharap sumur yang semakin menyusut, kembali digenangi air. Berharap suhu udara yang terasa semakin memanas kembali pada titik sejuk. Tak henti mulut-mulut yang dulu kerap melempar caci pada hujan yang hadir tanpa henti, kini mengucap doa lirih, mengharap hujan segera turun hingga deras. Tak henti ma

Ide Bermain untuk si Empat Tahun dengan Puzzle Busa Huruf dan Angka

Kreasi apa sih yang bisa dibuat oleh balita empat tahun dengan puzzle busa angka dan huruf? Sebelumnya, kita kenalan singkat dulu yuk sama si Empat tahun. 😁 Ada keseruan apa sih di usia si kecil yang kini menginjak usia genap empat tahun? Ia kini tumbuh menjadi anak super energik. Si empat tahun yang serba ingin tahu. Serba penasaran. Serba ingin mencoba ini itu. Seringkali tak pernah habis energinya untuk bergerak kesana kemari. Bikin ibu elus dada berulangkali. Bikin ibu mengernyit dahi. Bikin ibu takjub dengan pertanyaannya yang di luar ekspektasi. Ya, usia empat tahun adalah usia peralihan, dari pra sekolah, menuju dunia sekolah. Dari si egois yang harus mulai belajar menjadi si pandai bersosialisasi. Saling berbagi. Saling peduli. Saling bersimpati bahkan berempati. Di sinilah perjuangan kita untuk menanamkan nilai kebaikan sedang diuji. Ada saja tingkahnya yang menyesakkan hati. Merasa menjadi ibu yang keji karena kerap kali menaikkan suara hingga di puncak ok

Review Novel: Bulan Nararya karya Sinta Yudisia

Buku ini bercerita tentang kisah cinta yang rumit antara Nararya, Angga dan Moza.Walau mengangkatvtema yang mainstream, namun novel ini tetap memiliki daya tarik yang magis bagi saya pribadi. Kisah kasih ketiga tokoh dinarasikan secara kreatif dengan latar yang menarik, Mental Health Center. Nararya adalah terapis di salah satu  mental health center yang cukup bergengsi di Surabaya, yang dikepalai oleh bu Sausan. Ia sempat menjadi dosen pembimbing Nararya di masa kuliah dulu. Bu Sausan tahu kualitas dan kapasitas seorang Nararya, maka ia kemudian menaruh harap pada kecakapannya. Kedekatan dan kelekatan yang secara organik terbangun tersebut, menjadikan bu Sausan selayaknya 'ibu' yang selalu menunjukkan empati dan kepeduliannya pada Nararya, walau dengan caranya yang terkadang disalahpahami oleh Nararya sebagai 'penolakan'.  Moza merupakan sahabat terdekat Nararya, sekaligus rekan terapis yang sama-sama bekerja di mental health center tersebut. Dulu mereka

Jangan Takut Melangkah Meski Harus Berubah

Terkadang kita harus berani keluar dari zona nyaman untuk menemukan hal-hal baru. Walaupun itu tidak selalu berarti baik. Adakalanya, di zona baru kita bertemu kerikil tajam hingga batu godam. Namun, tak jarang, justru lewat jalan tersebut, kita pun akhirnya menemukan jawaban atas pencarian yang lama terendap dalam sudut angan. Mungkin dari sana, akhirnya kita bisa berkembang, menambah pengalaman tak terlupakan hingga wawasan yang tak bisa tergantikan oleh sejumlah recehan. Ya, jika ingin maju, kita harus berani mengambil risiko. Tentu saja tidak sembarangan memutuskan. Ada persiapan dan kesiapan diri dulu untuk menerima setiap perubahan. Karena perubahan, tidak hanya mengundang euforia semata namun juga sekaligus memunculkan ketakutan dan kekhawatiran yang tak terprediksi bahkan di luar ekspektasi. Apa saja sih yang perlu kita persiapkan untuk menyambut hadirnya perubahan? Pertama, tentu saja kesiapan mental. Siapkan diri untuk menerima perubahan, ber

Mengundang Kebahagiaan dengan Bersyukur

Anak-anak mempunyai parameter kebahagiaanya sendiri. Bisa jadi seiring dengan apa yang kita pikirkan, atau justru berkebalikan dari apa yang kita persepsikan. Boleh jadi, bagi orang dewasa hal itu berarti ribet, tapi bagi mereka justru seru. Mungkin saja, bagi kita hal itu membahayakan, namun bagi mereka itu menyenangkan. Atau seringkali bagi kita, itu kotor dan jijik, akan tetapi bagi mereka itu justru bikin happy. Nah, terkadang perbedaan ini pula lah yang membuat kita tiba-tiba bertanduk, ingin marah, ingin mengomel, ingin "mencereweti",  karena merasa mereka 'membangkang', tidak menurut, selalu bikin ulah, dan nakal? Untungnya di zaman now, banyak materi parenting yang bisa dengan mudah diakses hanya dengan sentuhan jemari. Jadi, perkara tersebut, sebagian besar sudah bisa 'diterima' dengan legowo oleh orang tua yang 'open minded'. Setidaknya, kita bisa menerima secara bijak, bahwa memberikan kesempatan kepada ananda un

Jadi, Pilih yang Mana?

Alhamdulillah, rezeki tak terkira ketika akhirnya saya mendapat kesempatan untuk mencicipi ilmu di kelas non fiksi, walaupun saya tidak benar-benar mengikuti 'alur perjuangan berkucur peluh' sebagaimana yang dilakukan kawan-kawan peserta ODOP batch tujuh yang luar biasa tangguh dan super canggih itu. Bayangkan saja, dua bulan sudah mereka menulis maraton setiap hari, berkutat dengan perblogan  dan menaklukan tantangan demi tantangan yang tidak bisa dibilang 'mudah', dan mereka berhasil melewati itu semua dengan baik. Luar biasa, bukan? Maka, saat saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kelas lanjutan, tanpa pikir panjang, saya pun menyanggupinya. Walaupun, konsekuensinya adalah, saya pun harus ikut "berjuang" bersama teman-teman lainnya. Menulis hampir setiap hari, dan turut merasakan euforia dan harap cemas menanti tantangan apa yang akan diberikan setiap pekannya. Siapkah saya menaklukan tantangan demi tantangan? Entahlah.  Jala

Bincang Sebarang

Alhamdulillah beberapa hari lalu saya berkesempatan untuk belajar di tiga kelas sekaligus. Bagaimana bisa?  Di era digital, ternyata semua itu adalah hal yang lazim, bukan suatu hal yang mustahil. Maka, sangat bersyukur bisa menikmati kemudahan seperti ini. Namun, saking mudahnya mendapat ilmu, terkadang kita abai. Hanya menjadikan hal itu sebagai pengetahuan secara teoritif, tidak segera dieksekusi. Ya, ini pun masih menjadi PR saya.  Setiap ada info kelas Wag, lah kok kayaknya ini tangan gatal ingin klik join . Mungkin, bagi saya, yang sepanjang hari berkutat dengan perihal berbau domestik, bercengkerama dengan lingkungan berbau 'informatif' dan 'inspiratif' bisa menjadi pilihan me time yang 'mencerahkan'.  Setidaknya, ada hal-hal baru yang bisa saya ATM, atau sekadar kisah inspiratif dari seseorang yang berbaik hati dan sudi untuk berbagi pengalaman dan wawasannya. Ya, pada akhirnya, walaupun tidak semua teori yang saya terima bis