Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Sudahkah Kita Turut Andil dalam Gerakan Ramah Lingkungan?

Disclaimer: Hmm... Mau 'numpang' curhat lagi, deh... Jika tidak keberatan boleh dibaca sampai akhir. Jika keberatan, boleh di skip saja... 🙏😁 Bismillahirrohmaanirrohiim... Akhir-akhir ini, sedang marak digaungkan perihal ramah lingkungan. Ini kaitannya dengan kepedulian kita terhadap kelestarian alam. Bagaimana bentuk tanggung jawab kita terhadap bumi.  Ada beberapa upaya yang menjadi bagian dari ikhtiar saya terkait ramah lingkungan. Salah satunya adalah penggunaan clodi alias clothes diaper, sebagai pengganti diaper sekali pakai pada anak sulung saya. Alhamdulillah, kami bisa bertahan selama kurang lebih 2,5 tahun bebas diaper sekali pakai. Namun, seiring berjalannya waktu, saya pun menyerah. Pertama, ukuran clodi sudah tidak fit dengan tubuh ananda.  Kedua, proses perawatan clodi yang kami lakukan tidak berjalan baik, sehingga, clodi yang sedianya bisa diwariskan kepada putri kedua kami, hanya bisa dipakai beberapa kali, sebelum akhir

Kontemplasi Hati

Pict by pixabay Dalam sekali sapuan pandang, kita akan memiliki banyak sisi untuk dilihat.  Mungkin di sisi kiri atas, kita akan melihat hal yang membuat hati teriris. Geser sedikit ke kanan, akan ada hal lainnya yang membuat hati berbunga. Lebih ke kanan lagi, ada pemandangan yang membuat hati merasa nyaman. Semakin ke kanan tampak jalanan terjal berbatu, hingga semakin ke kanan, ada rumpun belukar yang tumbuh meninggi, dan seterusnya, dan seterusnya. Ada banyak hal yang bisa kita lihat, tetapi kita selalu bisa memilih ke arah mana mata kita akan tertuju.  Jadi, mungkin di satu sisi ada hal-hal buruk yang membuat hati merasa gemas, kecewa dan marah. Namun selalu ada sisi lain yang mungkin saja menawarkan kebahagiaan, kenyamanan dan rasa aman.  Maka, fokuslah pada hal yang membuatmu semakin bersemangat. Bukan berarti kita menghindari masalah, namun jangan terlalu berpaku pada sisi yang buruk. Biarkan saja ia berjalan seperti seharusnya, tugas kita berikutnya hanyal

Menikmati Akhir Pekan Bersama Keluarga

Akhir pekan adalah waktu yang paling dinanti bagi sebagian besar manusia bumi. Mengapa? Karena, di akhir pekan inilah, peluang dan kesempatan  kita untuk berkumpul dan bercengkerama dengan keluarga inti semakin besar. Jika pada hari kerja, ada saja kendala untuk menikmati kebersamaan dengan keluarga, entah karena bekerja, sekolah atau kesibukan lainnya, maka akhir pekan menjadi ajang istirahat dari tumpukan tugas dan kesibukan yang menguras energi dan pikiran. Andaipun tak berkesempatan untuk liburan ke tempat wisata yang sedang hits, setidaknya kita masih bisa menikmati hari di akhir pekan dengan makan di luar, misalnya. Ya, khususnya bagi seorang ibu yang berkecimpung di dunia domestik, yang kesehariannya hanya di rumah saja, yang mulai bosan menatap kompor dan penggorengan, makan di luar menjadi hiburan tersendiri. Kapan lagi coba, bisa duduk santai menikmati makanan tanpa perlu cemas bagaimana nanti mencuci piring dan gelas yang bertumpuk. 🤭 Nah, untuk kali

Jejakku di Sudut September

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengikuti tantangan menulis puisi dari sebuah akun di instagram dengan tema 9hari9puisi. Tantangannya adalah membuat puisi berdasarkan interpretasi kita terhadap penggalan puisi yang telah ditentukan setiap harinya. Apalah saya yang bikin puisi pun masih 'abal-abal', jadi mengikuti tantangan ini pun memang tidak berharap menang atau di- repost . Hanya saja, setelah sekian lama vakum konsisten menulis setiap hari di akun instagram, berasa kangen dan kehilangan. Maka, even ini menjadi pengobat rindu. 😁 Namun, karena baru mulai lagi, dan ada beberapa kendala lainnya, alhasil saya pun lagi-lagi gagal konsisten menulis tepat waktu. Sedih sih. Tapi tak perlu disesali, bukan? Untuk menyemangati diri sendiri, saya memutuskan untuk menuntaskan apa yang saya mulai, walaupun sebenarnya sudah melewati jauh sekali batas waktu yang ditentukan. Ya, rupanya belajar konsisten itu cukup berat. Maka, buat kalian semua, yang berhasil men

Kegagalan yang Membuat Hati Terenyuh

Saya bukan tipe yang pandai per- baking -an. Masak saja alakadarnya, entah enak atau tidak rasanya. 🤭 Tapi, karena lihat si Sulung demen banget sama per-rotian, muncullah hasrat untuk membuatkannya roti. Pasti senang dong ya jika buah hati kita terlihat lahap dan suka saat makan roti buatan ibunya sendiri...  Nah, kebetulan, Ramadhan kemarin , ibu memberanikan diri untuk membuat roti dengan bahan dan skill seadanya, dan modal resep hasil gugling , tentunya. 😁 Bikin roti perdana yang penuh kesan. Kegagalan yang bikin hati terenyuh. 🤭 Mengapa? Karena ternyata hasil rotinya gagal total. Bantat, sodara-sodara ... Mungkin karena bahan pengembangnya sudah terlalu lama disimpan, jadi sudah tidak terlalu aktif. Roti pun jadinya tidak mengembang. Namun herannya, si Sulung kok tetap suka, ya. Hampir semua roti, ia yang habiskan. Inilah yang bikin ibu terenyuh. Roti begini saja kamu doyan ya, Bang. Atau karena ingin menghibur ibu yang sedang 'patah hati

Kekuatan Kata-kata

Credit: pixabay & canva  Terkadang bahasa tulisan tak seindah kenyataan. Bahkan prahara sekalipun, dalam bentuk tulisan dengan diksi yang puitis akan terdengar sangat romantis. Begitu juga dengan kepedihan yang mendalam, ia bisa menjelma sebagai sebuah lelucon konyol yang bisa mengundang tawa hingga terpingkal-pingkal, hanya karena disampaikan dengan bahasa yang jenaka. Itulah the power of words. Kita bisa menggunakannya sebagai senjata yang mematikan, atau sebagai obat yang menyembuhkan. Tergantung dari sudut pandang mana engkau menilai. Dari sisi mana engkau berpihak. Dari celah mana engkau mengambil peran. Satu peristiwa yang sama bisa jadi akan terkesan berbeda ketika dituliskan oleh orang yang berbeda. Karena setiap orang memiliki kecenderungan. Ada yang cenderung suka pada cerita tragedi, misalnya. Maka ia, akan menyajikan sebuah peristiwa dengan sangat dramatis, memilukan dan ' sad ending '.  Ada pula yang justru menyukai kisah ya

Review Suka-suka Buku 'Bukan Sekedar Nulis, Pastikan Best Seller' karya Tendi Murti

Judul: Bukan Sekedar Nulis, Pastikan Best Seller Penulis: Tendi Murti Tahun terbit: 2015 Jumlah halaman: xxi + 138 halaman Penerbit: Elex Media Komputindo ISBN: 9786020264028 Banyak dari kita yang mempunyai impian sebagai seorang penulis. Tidak hanya menulis status, tentu saja. Namun, seorang penulis yang bisa menghasilkan karya berupa buku. Bagaimana bisa, kita yang masih awam dengan dunia menulis, tiba-tiba menghasilkan buku, apalagi dengan label best seller ?!? Nah, jawaban dari pertanyaan tersebut, bisa kita temukan dalam buku ini. Membaca judulnya saja kita sudah bisa tahu kan, ya, ke mana arah buku ini? Jadi, buat kamu yang sedang membangun mimpi sebagai seorang penulis, tetapi bingung mulai dari mana, atau kamu yang sedang dalam proses mewujudkan mimpi menjadi seorang penulis, tetapi mulai kehilangan semangat untuk menuntaskannya, buku ini bisa menjadi jawabannya. *Eh kok jadi promosi 🤭 “Kalau kamu bukan anak raja, dan bukan anak ulama besar, maka menulis

Resep Praktis Membuat Ebi Furai

Alhamdulillah , masa-masa krisis pada proses penyapihan telah usai. Setelah sekitar semingguan dibikin cemas, sedih sekaligus galau karena anak gadis kelihatan semakin layu setiap hari akibat sakit dalam masa penyapihan, kini ibu bisa bernapas lega. Setelah keluar dari badai kegalauan, akhirnya masa 'panen' pun tiba. Kini ibu bisa dengan tenang mengantar anak gadis tidur siang dan malam tanpa rengekan. Kalau sudah terlihat terkantuk-kantuk, cukup diboyong ke tempat tidur, dengan sedikit diayun-ayun dulu sebentar dalam gendongan, dan kemudian anak gadis pun segera terlelap dengan nyaman.  Masya Allah, tabarakallah. Nah, selepas masa 'mogok' makan berakhir, terbitlah masa mulai doyan makan.  Kebetulan duo krucil ini lagi gemar sekali makan udang balut tepung roti, alias ebi furai.  Jadi, ibu manfaatkan saja peluang ini sebelum mood makan mereka kembali surut. Paling tidak, seminggu tiga kali mungkin ya ibu bergulat dengan perudangan akhir-

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Fiksi mini: Yuk, Menjaga Lingkungan!

Dibuat dengan Canva Hari ini cuaca sangat cerah. Ardi, seorang anak lelaki berusia sekira 12 tahunan tengah asyik menikmati hiruk pikuk pagi bersama temannya, Bagus, di taman dekat rumah. Jalanan sekitar taman tampak agak macet , setiap kendaraan yang lewat harus mengalah pada pejalan kaki yang hilir mudik menyebrangi jalanan menuju kerumunan penjual kudapan dan jajanan yang memenuhi ruas jalan. Seperti biasanya, di hari Minggu pagi, taman akan selalu ramai. Entah mereka yang sekedar berolah raga pagi, bermain sepeda atau sekedar nongkrong sambil menikmati aneka jajanan yang dijajakan sepanjang jalanan dekat taman. Dan mereka berdua salah satunya. Yang rutin berkunjung di taman ini setiap minggu pagi, hanya untuk menikmati seporsi cilok bumbu kacang yang lezat, yang memang hanya ada di hari Minggu. Ardi berlari pelan sambil menenteng keresek kecil berisi jajanan, menghampiri Bagus yang tengah duduk di salah satu bangku taman. "Nih, Gus!" ucapnya s

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Review Suka-suka "Eva The Explorer"

Bulan Agustus kemarin tuh emang bulannya sale buku ya. Sampai enggak kerasa, emak ikutan kalap. Lihat harga yang jatuh nyungsep, kok ya enggak tega gitu kalau cuma dilewatin dan diliatin doang. Dan pada akhirnya banyak buku yang sebenarnya enggak butuh-butuh banget, atau enggak ngerti juga itu buku isinya kayak gimana, yang penting harganya super murah, langsung deh ni jari gercep ketik fix. 🤭 Oke, biar kalapnya sedikit berfaedah, Saya mau coba berbagi. Siapa tahu ada yang mau tahu dulu garis besar isi bukunya, sebelum membeli, dan kebetulan bukunya persis dengan yang saya beli ini. Semoga bisa sedikit memberi gambaran, sehingga pas beli enggak zonk-zonk amat lah ya.  Kadang kan gitu, covernya menggiurkan, pas dibaca tidak sesuai ekspektasi. Atau justru isi dalam buku tidak tercermin sama sekali dari sampul bukunya. 🤭 Maka, biar blog saya pun enggak kosong-kosong amat lah ya, beberapa hari ke depan, saya mau coba review beberapa buku hasil kalap ini. Kan sayan