Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

MANIK

Desau angin seolah membisik tepat di lubang telinga Manik. Seketika ia terperanjat, terbangun dari lelap tidurnya. Matanya kembali mengerjap cepat, seiring sensasi dingin yang menjalari hingga kuduk. Manik bergidik. Ada yang berbeda malam ini. Tapi, entah apa. Manik hanya menduga, aura di sekelilingnya seketika terasa begitu magis. Seolah ia berada di dunia yang berbeda. Ia menatap sekeliling kamar. Tidak ada yang berbeda.  Dindingnya masih berwarna merah muda, warna kesukaannya. Ada poster huruf alfabet dan tabel perkalian menempel di sana. Meja belajar masih tetap berada di pojok dekat jendela, dengan deretan buku yang berjejer rapi di rak paling bawah. Tempat pensil terletak di rak atas, beserta frame foto yang berisi gambar dirinya dengan seluruh anggota keluarga: Ayah, Ibu, dan Ziko, adiknya. Satu buku tampak terbuka pada halaman 9, di atas meja. Samar ia melihat kolase foto beberapa serangga dengan penjelasan singkat di bawahnya. Namun, hey... apakah bukuny

Selamat Bulan Oktober

Pict by Pixabay Dilansir dari Wikipedia, pada bulan Oktober saja tercatat ada lebih dari 20 hari yang diklaim sebagai hari peringatan. Misalnya saja tanggal 2 Oktober kemarin, kita rayakan sebagai Hari Batik Nasional, kemudian tanggal 5 Oktober diingat sebagai Hari Tentara Nasional Indonesia. Bagi yang terkait dengan hari-hari tersebut, tentu itu merupakan hari yang istimewa. Setiap orang memilki caranya sendiri dalam mengekpresikan kebahagiaan dan kebanggaannya. Apakah hanya pada hari itu, sesuatu bernilai istimewa? Sebagai contoh, tanggal dua Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Seluruh laman media sosial penuh dengan kalimat demi kalimat yang berkaitan dengan tema ini. Seperti biasanya, sebuah isu hanya akan menjadi topik utama pada momen tertentu. Tanggal 21 April misalnya, setiap orang seolah takut ketinggalan untuk menyemarakkan peringatan Hari Kartini. Pada hari ini, seolah sosok wanita mandiri, berprestasi dan menginspirasi begitu dicintai, dimul

Cerita Anak: Ransel Merah

Rinta dan Ranti tengah terbengong menatap lurus pada sebuah tas merah yang dipajang pada etalase sebuah toko, ketika mereka sedang berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan bersama ayah dan ibu. Ibu menepuk lembut pundak Rinta, "Suka, ya?" Rinta terperanjat, begitu pula dengan Ranti. Mereka hanya menyengir sebagai jawaban. "Jadi, bagaimana? Mau beli tas, atau sepatu?" tanya ibu lagi. Rinta dan Ranti saling berpandangan, kemudian mengedikan bahu. "Yuk, masuk dulu, lihat dulu dari dekat. Biar tidak penasaran," tukas Ayah. Mereka pun masuk ke dalam toko tersebut. Ranti dan Rinta tampak takjub, melihat begitu banyak tas bagus yang berjejer rapi dalam lemari pajangan. "Ta, kamu mau tas atau sepatu?" bisik Ranti. "Hum... enggak tahu, Ti ..." "Jadi, bagaimana? Mau tas atau sepatu?" Ibu kembali bertanya. "Pilih yang paling kalian butuhkan!" Tegas Ayah mengingatkan. "

Bertumbuh dengan Memberi

Pict by Pixabay Bismillahirrohmanirrohiim ... Sejak tahun 2018, saya mulai intens berkenalan dengan dunia literasi. Berawal dari keinginan yang kuat dalam diri untuk memposting tulisan setiap hari melalui media instagram, hingga akhirnya menemukan "wadah" yang bisa semakin menguatkan mimpi saya. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula komunitas menulis yang saya jajaki. Dari sana lah saya menjaring ilmu, pengalaman dan jam terbang yang tak bisa dinilai dengan nominal.  Saya bersyukur, bisa mendapatkan kesempatan yang sangat berharga. Satu per satu, mimpi saya menemukan titik terang. Alhamdulillah, banyak sekali manfaat yang saya dapatkan melalui komunitas. Oleh sebab itu, ketika ada tawaran untuk menjadi bagian dalam "dapur" komunitas, saya memberanikan diri untuk ikut terlibat. Bukan karena saya merasa sudah cukup ilmu, namun karena begitu banyak manfaat dan kesempatan yang telah diberikan oleh komunitas tersebut, membuat saya

Memaknai Perbedaan

Pict by Pixabay Kalau bicara tentang perempuan pasti seru ya, terutama seorang ibu. Karena perempuan itu cenderung melebihkan segala hal.  Perbedaan metode parenting, profesi, cara melahirkan, menggendong, MPASI, penggunaan diaper, bisa menjadi perdebatan panjang. Bahkan perbedaan cara memakan bubur ayam pun bisa menjadi dua kubu, tim diaduk atau tim tidak di aduk. Sekilas terlihat lucu, ya? Yang pro dan kontra saling melempar argumentasi yang mendukung pendapatnya.  Padahal, mau di sisi mana pun kita berada, selama apa  yang kita lakukan tidak melanggar aturan dan tuntunan agama, maka sah-sah saja, bukan? Ya, kalau kita mau membawa santai kayak di pantai (eh 🤭), kita tentu tidak akan mudah terprovokasi untuk saling menghujat atau saling menyinyiri . Karena perbedaan itu justru semakin memberi warna. Dan, setiap pilihan tentu memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan kita masing-masing.  Boleh jadi metode y

Perjalanan Menulisku

Bismillahirrohmanirrohiim ... Mengapa saya suka menulis? Karena kapasitas memori di kepala saya terbatas, dengan menulis, setidaknya saya bisa mengurangi sedikit ruang di tempurung kepala, dan tanpa perlu menciptakan mesin waktu, saya bisa kembali ke masa lalu hanya dengan membuka catatan .... Dengan menulis, kita bisa "berumur" lebih panjang. Walau raga tak lagi menjejak bumi, namun pikiran yang tertuang dalam sebentuk tulisan, akan tetap terkenang dan bisa menjadi amal jariyah, jika apa yang kita tuliskan bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Maka menulislah, bukan sekedar mencurahkan isi hati, namun alirkanlah energi positifmu didalamnya, maka segala resahmu kelak bertransformasi menjadi sebuah perenungan, yang bisa menjadi pengingat diri di kala terlupa hingga penyemangat hidup di kala terpuruk. Menulislah! Agar kau tetap "abadi". Begitulah, paragraf yang saya tuliskan kala itu, ketika ditanyakan, mengapa saya suka menulis? Bagai

Resep Tumis Suwir Ikan Tongkol

Keterampilan pertama dan utama yang biasanya dituntut kepada seorang perempuan bergelar istri sekaligus ibu adalah, bisa memasak. Hanya bisa pun, sudah alhamdulillah ya, tidak perlu sampai ahli. 🤭 Paling tidak, ada lah satu menu istimewa atau menu keluarga yang kelak akan dirindukan oleh anak-anak, ketika mereka sudah dewasa, dan tidak lagi hidup dalam satu atap. Hum, jujur, saya tak pandai memasak. Awal-awal menikah, saya pun tidak PeDe dengan hasil masakan yang saya buat. Terkadang saat sudah berlelah-lelah memasak, hingga mengeluarkan segala upaya untuk menghasilkan masakan yang _paling tidak_cukup layak dimakan, namun yang terjadi adalah masakan kita hanya dicicipi saja, itu rasanya menyesakkan. Apalagi kalau tidak disentuh sama sekali, duh, sakitnya tuh di sini... *tunjuk dada Sabar sabar ... Jangan menyerah, berlatihlah terus menerus. Karena akan ada masanya, kita akan tersenyum bahagia tatkala melihat suami dan anak-anak kita asyik melahap masakan

Empat Rekomendasi Channel Youtube Edukatif untuk Anak

Dunia anak-anak memang tidak bisa dipisahkan dengan bermain, ya Bun. Karena bagi mereka, bermain adalah media untuk memahami dunia yang masih terasa asing baginya. Itulah mengapa, mereka menjadi serba penasaran, serba mau tahu, serba tanya ini itu, yang kadangkala bikin ibu urut kepala, mengelus dada dan pusing tujuh keliling mencari jawabannya. Ya, untuk menjawab deretan pertanyaan si Kecil, acapkali kita membutuhkan 'bantuan' sebuah media. Karena bagi mereka, sesuatu yang abstrak itu membingungkan. Mereka akan lebih mudah memahami dengan gambar visual, percobaan, pengalaman nyata bahkan tontonan. Disinilah peran "media" menjadi penting. Apa saja media yang bisa kita gunakan? Banyak. Bisa berupa alat peraga. Bisa berupa bahan alam, semisal tanah, batu, air. Bisa berupa boneka jari, wayang, diorama untuk kegiatan pretend play . Bisa juga media tontonan, semacam youtube yang kita pilih kontennya menyesuaikan kebutuhan. Nah, untuk media

Tentang Cinta

Pict by Pixabay Bismillahirrohmanirrohiim ... Cinta. Selalu asyik membicarakan cinta. Kisahnya tak pernah berkurang sepanjang masa. Ada banyak versi. Entah berakhir bahagia, atau justru menjadi prahara. Setiap kita pasti punya kisah cinta. Cinta hadir dalam setiap benak insan manusia. Dalam beragam bentuknya.  Cinta manusia, cinta semesta, cinta orang tua, cinta dunia, cinta satwa dan fauna, cinta sahabat dan keluarga, cinta adik dan kakak, cinta tetangga, cinta beragam aktivitas bahkan benda-benda sebagai hobi belaka. Ya, makna cinta bisa begitu luas. Boleh saja mengartikan cinta seperti apa-pun yang kita suka. Namun perlu diingat, cinta adalah fitrah, setiap diri pasti memiliki rasa cinta, namun cinta pun harus ditata, bagaimana kita menyikapi cinta ini agar cinta tidak menjadikan kita kufur dan mendurhaka pada-Nya. Bukan dilarang jatuh cinta, tetapi bijaklah dalam memaknai rasa cinta yang hadir dalam jiwa, agar ia menjadikan diri semakin dekat pada-Nya,

Lima Cemilan Simpel yang Bisa dibuat Bersama Si Kecil

Sebagai Ibu, tentu saja kita ingin memberikan yang terbaik untuk Ananda. Namun, acapkali, karena kesibukan yang cukup menguras energi hingga membuat kita lelah jiwa dan raga, kita tidak benar-benar hadir ketika menemani si Kecil.  Saat penat melanda, yang ada dalam benak kita adalah, "I need 'My Me Time' ...' Namun, sebagian hati kecil kita pasti akan menampik itu. Apalagi ketika melihat anak-anak yang merengek ingin perhatian dari kita. Bagaimana caranya agar kita bisa tetap menuntaskan tugas domestik dengan baik, namun tidak serta mengabaikan Ananda? Salah satu alternatif yang bisa kita lakukan adalah dengan melibatkan Ananda dalam kegiatan ' life skill '. Sembari menuntaskan tugas domestik, sekalian melatihkan kemandirian, sekalian menguatkan kelekatan, sekalian menanamkan nilai, sekalian belajar sambil bermain. Seru, kan? Nah, salah satu kegiatan yang bisa dilakukan bersama adalah kegiatan ' cooking class' . Jadi

Menjadi Ibu itu ...

Menjadi Ibu itu butuh skill yang mumpuni. Tidak sembarangan. Karena Ibulah madrasah pertama putra-putri kita.  Menjadi ibu itu musti kreatif, harus pandai mencari celah terbaik guna memuluskan jalan menuju goal yang diharapkan. Menjadi ibu itu harus multitasking , harus bisa ini itu, dan punya kemauan keras untuk belajar lagi hal-hal baru, sebagai bekal dalam pendampingan tumbuh kembang Ananda. Tapi, mengapa tidak ada perkuliahan dengan jurusan menjadi ibu ideal, misalnya? Bukankah, kiprah seorang ibu terhadap lahirnya generasi bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia begitu penting? Jika ibu tak piawai, bagaimana bisa mendidik anak-anaknya menjadi pandai? Hampir setiap ibu baru, pasti merasakan kebingungan ketika pertama kali menyandang gelar mulia tersebut. Banyak tanya melintas di dalam tempurung kepala. Namun, terkadang jawaban yang ia dapat hanyalah 'petuah' yang membuat sesak dada. "Kan aku tuh ibu baru, wajar kali enggak tahu