Langsung ke konten utama

Untukmu Ananda Bermata Sayu

Doc pribadi


Ananda penyejuk hati
Selamat datang dalam hidup kami
Tangismu memecah 
Tak kira luap bahagia pun membuncah
AsmaNya membisik pertama kali
Sebagai penanda keimanan di lubuk hati

Hari demi hari terlalui
Minggu, bulan, hingga tahun berganti
Kau tumbuh penuh seri
Cepat melesat di satu sisi
Lambat merayap di lain sisi

Maapkan aku yang terkadang cemburu
Menatap penuh iri kesana kemari
Tak sabar menanti waktu terbaikmu
Hingga pilu menetap disudut hati

Ah, aku malu 
Senyummu selalu tulus 
Tak peduli apapun yang mereka ucap
Tawamu pun tetap renyah
Bagaimanapun suara sumbang bergemuruh
Betapa murninya jiwamu
Tak gentar oleh tatap penuh cemooh

Aku belajar lagi darimu
Betapa sempat ku menggerutu disaat mereka mencela
Betapa ku meraung penuh amarah ketika gunjingan mendera
Betapaku kerap meratapi kemalangan yang mereka perolokkan

Wahai permata hati bermata sayu
Aku bangga padamu
Apapun yang ada pada dirimu
Walau cibiran mungkin sesekali menyapa
Atau sekedar nyinyiran selewat sebagai pemanis kata
Yakinlah, tanpa ragu
Aku kan selalu menjaga dan melindungi tanpa jeda

Tumbuhlah dalam kesempurnaan cahaya keimanan 
Genggam kebenaran tanpa takut ditinggalkan
Bukanlah nilai duniawi yang kelak menentukan
Sejauh mana engkau bergelar penuh kemuliaan

Dunia dan seisinya bukanlah tujuan
Gunakanlah dengan bijak untuk kebaikan
Tak mengapa andai dimata manusia kau tak tampak menawan
Ketika kau teguh dalam keimanan
Yakinlah, taatmu tak akan mengecewakan

#komunitasonedayonepost
#odop_6

*Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...