![]() |
Sumber: pixabay |
Ketika dua anak atau lebih bermain bersama, sudah menjadi lumrah, percik perselisihan pasti mewarnai dalam prosesnya.
Seperti pagi ini, ketika abang sedang asyik membuka lembar demi lembar buku favoritnya, tetiba adik mencoba merebut. Abang bersikeras mempertahankan buku di tangannya, begitu juga sang adik tak mudah menyerah melepas genggaman tangannya pada sisi lain buku. Perebutan berlangsung alot, tak ada yang mau mengalah, walau ibu sudah berusaha melerai dengan selembut mungkin.
Akhirnya, ibu coba alihkan adik untuk mengambil buku lainnya.
Adikpun menurut, ia kemudian asyik membuka tutup bukunya. Namun sesekali tetap 'jail' mengganggu kekhusukan si abang. Derai tangis tak mungkin terhindari. Pasti ada salah satu bahkan keduanya.
Begitulah. Ketika dua balita dengan jeda usia tak begitu jauh, dua-duanya butuh perhatian lebih. Dua-duanya memiliki egosentris yang sama kuat. Dua-duanya belum begitu pandai mengelola emosi.
Jadi, tugas ibu lah yang menengahi dengan sebijak mungkin, agar pertikaian ringan tidak bergemuruh menjadi kecemburuan yang bisa jadi pemicu timbulnya kebencian terpendam.
Banyak kasus dimana sesama saudara tidak saling mendukung, justru saling menjatuhkan, diawali dari perlakuan orang tua yang terkesan lebih berpihak pada salah satu saja. Sehingga menimbulkan rasa cemburu berlebihan yang di kemudian hari tumbuh menjadi sebentuk kemarahan yang rentan tersulut hanya oleh percikan kata tak tertata.
Maka, seyogyanya orang tua tidak meremehkan pentingnya mencurahkan kasih sayang utuh secara adil, tanpa pandang bulu, dan berat sebelah demi mereda konflik berkepanjangan.
Tidak serta merta memaksa kakak untuk mengalah kepada adik, dan menumpukan seluruh kesalahan hanya pada kakak, tanpa terlebih dahulu mencerna keseluruhan peristiwa.
Tidak mudah memang, karena ibu pun hanya manusia biasa yang tak luput dari sergapan amarah yang kerap menerjang. Hawa emosi pun kian menggeliat ketika rasa lapar, lelah, dan riweuh ikut menyerta.
Tak mengapa, jika terlanjur amarah meraja, pejamkan mata sejenak, hirup panjang udara, penuhi paru dengan oksigen, lalu hembuskan perlahan seraya mengucap istighfar dengan sepenuh hati. Tak usah merasa bersalah berkepanjangan, sewajarnya saja, sekedar merefleksi diri untuk kemudian memperbaiki diri menjadi lebih baik di kemudian hari.
Ibu, kau bukanlah satu-satunya orang yang mengalami hal serupa, walaupun dengan bentuk ujian yang berbeda. Berbahagialah, karena tidak semua orang seberuntung dirimu, mendapat 'pengakuan' dari Sang Maha Berkehendak, bahwa kau mampu dan layak memikul tanggungjawab ini.
Yakinlah, walau sesekali terjatuh dan tersendat, semua akan bertemu akhirnya. Entah menyenangkan atau sebaliknya, semuanya tergantung dari apa yang engkau perjuangkan saat ini.
Bersabarlah dalam ketaatan, maka kebaikan tak akan pernah keliru mengetuk. Tunggulah dengan kepasrahan dan keyakinan utuh, bahwa Allah tidak akan pernah menyalahi janjiNya. Dialah Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Sempurna.
#komunitasonedayonepost
#odop_6
Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊
Komentar
Posting Komentar