Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Cinta Berkasta

Pixabay "Buka pintu!" Gedoran pintu berulang terdengar nyaring. Sekonyong penghuni rumah berderap mengahampiri arah teriakan. Terburu, sekelumit praduga berkecamuk, khawatir dan kesal berbaur menyatu dalam isi tempurung kepala. "cekrek, cekrek". Anak kunci diputar dua kali. Wanita muda berpiyama menarik gagang pintu dengan terburu. Matanya siap menatap tajam pada si pemilik suara nyaring yang menunggu di balik pintu. Suaranya tercekat. Segala serapah tertahan ditenggorokan, bibirnya mendadak kelu demi melihat sosok dihadapannya. "Abdul???" pekiknya lirih. Pria di hadapannya berdiri mematung. Wajah kucel, rambut acak-acakan. Nafasnya tersengal, keringat membasah di pelipis mata. Menyadari tatapan kaget wanita di hadapannya, Abdul mundur selangkah. Mengatur nafasnya agar lebih berirama.  "Vi.... Aku minta maaf," ucapnya penuh penyesalan. Wanita muda di hadapannya hanya menunggu. Menunggu penjelasan. Namun Abdul hanya terdiam.

[Prosa Liris]: Melulu Rindu

Pixabay Meringkuk di sudut ruang rindu. Seperti biasa. Hanya aku. Dalam penantian tanpa temu. Selalu berakhir dengan pilu. Namun tak jua buatku menyerah. Aku tetap setia menunggu. Hingga batas waktu. Batas waktu? Batas yang mana? Jika sabarku tak kenal waktu. Berwindu ku sabarkan hati. Hingga kini, mungkin selamanya. Ya, selamanya.  Selama apa? Mungkin hingga tutup usia? Atau hingga nirwana? Entahlah. Akankah rinduku terus menyepi di sudut hati hingga negeri abadi? Mengapa sedalam itu? Aku pun tak tahu. Hanya rasa ini yang kian erat mengikatku tanpa tahu mengapa.  Mengapa harus aku sendiri yang menyimpan luka? Sedang kau asik dengan mimpimu. Berlayar kemanapun engkau mau. Meraih cita, katamu. Sebersit tanya kadang terlintas begitu saja. Namun aku tak kuasa meminta. Mematahkan asamu demi sebuah hati, yang mungkin tak berarti bagimu. Bagimu hadirku hanyalah semu. Seumpama debu, yang terlihat hanya jika ada cahaya. Walau nyatanya udara yang kau hirup pun tak lepas d

Hujan November

Pixabay Hujan, disaat kemarau engkau kami rindui. Namun tak jarang kami caci. Ketika engkau datang bertubi-tubi. Menghadirkan cemas di hati. Akankah bulirmu berganti genangan tinggi. Yang menghanyutkan asa dan mimpi. Menyisakan isak tangis tanpa henti. Mentari, cahayamu hangat, selalu ku nanti. Namun saat kau hadir panjang sekali. Menyusutkan sumber air yang kami miliki. Ketakutan kerap menelusup dalam diri. Tetumbuhan mulai mati. Bencana kelaparan perlahan menghantui. Tak ada padi. Tak jua air sebagai pelepas dahaga ini. Oh, manusia... Alam pun kini enggan berkawan setia Karena kesal dengan tingkahmu yang serakah Hanya bisa menjajah namun enggan memelihara Ulurkanlah tanganmu,  Singsingkan lengan baju, Bukan dengan menggerutu, Apalagi saling menuduh, Sudah saatnya kita maju, Sebagai manusia peduli, Bukanlah sekedar merutuki. #kelasfiksiodop6 Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika ber

Kisah Nia dan Ris: Tentang Ketulusan, Mencintai hingga Berbagi Hati

Koleksi pribadi Judul Buku: Jodoh dari Surga Penulis: Ifa Avianty Genre: Islamic Novel Penerbit: Qultum Media Tahun: 2007 ISBN:  979-3762 -93-4 Halaman: 135 Berawal dari tugas yang mengharuskan kami mereview sebuah novel dalam waktu lumayan singkat. Menimbang situasi yang tidak mendukung untuk membaca novel tuebel yang pastinya membutuhkan waktu yang lama untuk dibaca sampai akhir, maka pilihan saya jatuh pada koleksi novel lama ini, yang tipis dan ringan, jadi bisa saya baca agak cepat, disambi "ngasuh". Hihi Novel yang benang merahnya tentang lika liku dunia pernikahan. Perjodohan, CLBK, perselingkuhan, perceraian??? Blurb: Nia seorang perempuan muda enerjik, ceria, manja sekaligus sensitif. Rissetyo, seorang eksekutif muda dengan pembawaan yang cool, tampang mirip Michael Bubble, pintar, kaya namun terkadang penuh rahasia. Berawal dari perjodohan yang direncanakan orangtua kedua belah pihak, mereka dipersatukan dalam ikatan pernikahan. ..

Kisah Haru Bagus

Sumber: lakon hidup Judul: Kasur Tua Bapak Karya: Rahmy madina Dipublikasikan: Suara Merdeka Tanggal : 30 April 2017 Alamat Link :   Kasur Tua Bapak Tokoh dan penokohan: BAPAK Pekerja keras, sabar, penyayang. Bagus Lugu, perasa, kesepian. Konflik cerita Cerpen ini berkisah tentang seorang anak remaja seusia SMP bernama Bagus dan bapaknya. Bagus anak tunggal dan piatu.  Bapaknya adalah pekerja keras, demi masa depan Bagus, anaknya, ia rela banting tulang, meski hanya pekerjaan serabutan. Sehari-hari ia bekerja sebagai kuli panggul di pasar, yang mengharuskannya bekerja selepas subuh hingga petang menjelang magrib. Karena itu, Bagus hampir tak punya waktu untuk bercengkrama dengan bapaknya, terlebih lagi, terkadang bapak pergi lagi malam harinya untuk bekerja, ketika pasokan sayur datang untuk beberapa kios di pasar. Cerita berfokus pada kerinduan Bagus kepada Bapak, ia rindu sekedar mengobrol ringan dengan bapak. Maka, satu-satunya c

Musik Klasik versus Musik Tradisional

Judul film: Our Shinning Days (2017) Cast: Xu Lu (Chen Zing) Peng Yuchang (Li you) Luo Mingjie (Wang Wen) Asal film: China Genre: comedy romance Durasi: 103 menit Beberapa bulan ke belakang, di  newsfeed akun facebook  saya muncul cuplikan sebuah film yang membuat jari saya tak kuasa menolak menekan tombol play . Benar kan, adegan yang terlihat kemudian membuat saya betah menonton sampai akhir. Menarik. Kata pertama yang terlintas di kepala. Sayangnya, saat itu saya tidak menemukan informasi lebih lanjut apa gerangan judul film tersebut. Ajaibnya, semalam, ketika iseng berselancar di platform youtube , tampaklah satu  channel yang mempost sebuah film drama asia berjudul " Our shinning days" yang ternyata adalah versi full dari cuplikan adegan film di facebook. Kebetulan lagi di kelas fiksi odop ada tugas me review film, pucuk dicinta ulam pun tiba.  Film ini bergenre comedy romance. Berlatar dinsebuah sekolah musik. Kisahnya mainstream ala drak

Penantian Asyiqah

Pinterpandai.com Sunyi melingkupi malam. Hanya nyanyian serangga malam sesekali memecah sepi. Dewi Murtasimah yang lebih dikenal dengan Asyiqah, putri kedua dari istri kedua Sunan Ampel, menatap langit malam dalam diam. Hatinya bergemuruh. Apakah gerangan yang membuatnya begitu tak karuan. Hasrat dan buncahan rasa menyatu dalam benaknya. Inikah yang dinamakan cinta? Cinta pada pandangan pertama. Berawal dari tatap mata, getaran itu menjalar lembut menuju ruang hati, hingga akhirnya bersemayam dalam dada. Semakin hari semakin menggeliat. Menyisakan segumpal rindu. Asyiqah tetap asik menatap gemintang di langit malam, sembari menenangkan hatinya yang terus berdentam menahan rindu. Tepukan lembut di pundak memaksanya menoleh. Sesosok wanita cantik belia tampak tersenyum manis ke arahnya. "Mbak yu..." ucapnya lirih. "Sedang apa kau disini, Dik?" Wanita bermata bulat itu bertanya lembut pada Asyiqah, adik perempuannya. "Sudah jangan melamu

Secinta namun tak Sejoli

Pixabay Deras hujan kembali mengguyur kota kami. Gelegar guntur bersahutan, menyuarakan ketakutan tak berkesudahan.  Aku bergumul dalam selimut, menutupi seluruh tubuh hingga tak nampak walau sehelai rambutpun. Dalam gelap, lantun doa berderai tanpa jeda. Hembus napasku memburu. Rasa sesak kembali mengahantui.  "Tuhan, mohon ampun," lirihku berucap dalam keputusasaan.  Angin menderu semakin kencang. Menggetarkan jendela kaca yang tertutup rapat.  "tok tok tok..." Sayup kudengar ketukan pintu.  Sebenarnya, aku merasa terlalu lemas untuk sekedar melangkahkan kaki, namun sejumput harapan kembali bangkitkan gairahku. Kuraih gagang pintu.  "Siapa?" tanyaku meraung, sebelum pintu benar-benar kubuka. "Ini aku, Ra..." Suara berat yang khas itu membuatku lega. Kubuka pintu dengan cepat. Segera kulabuhkan tubuh dalam pelukannya. Tangisku memecah, tanganku erat mencengkram punggungnya. Rasa takut membuatku abai dengan rasa sungka

Menjalin Kawan

  Mereka menjauhiku. Apa karena penampilanku tidak seglamour teman-temannya yang lain? Atau uangku kurang banyak untuk dapat menyamai gaya hidup mereka? Sebegitu kerdilkah sebuah nilai pertemanan di mata mereka? Memandang fisik dan materi sebagai ukuran utama. Mengkastakan manusia semena-mena. Yang rupawan berteman dengan yang menawan, yang beruang berkawan dengan hartawan. Tak ada ruang bagi si buruk rupa dan si melarat sepertiku? Bukankah kawan sejati adalah mereka yang bisa menerimamu apa adanya. Berbagi dalam suka pun duka, menyemangati disaat terluka, menasehati tatkala terlupa, memeluk erat ketika ujian terasa berat. Bukan hanya mendekat disaat ada maunya saja, mengambil untung atas nama pertemanan, namun enggan menanggung derita demi sebuah jalinan kawan. Aku kecewa? Mungkin saja. Wajar bukan pilu menyerta ketika apa yang kita harapkan tak mewujud nyata? Namun aku tak menyesalinya. Bagiku, seorang kawan sejati tak bersyarat. Jika di awal saja mereka menuntut kita untu

Tiga sekawan: Misi Penyelamatan Bumi

Pixabay Langit tampak suram. Tak ada awan berarak. Hanya gelap. Windi mendengus sebal. Tatapannya tak beranjak dari gulungan kabut hitam yang menjarak, membuat pandangannya hanya selebar bentangan tangan. Selebihnya gelap. Gadis bermata bulat itu menerawang dalam kenangan yang kembali berloncatan dalam ingatan. Hatinya sedih sekaligus marah atas semua kejahatan yang menimpa kotanya.  "Pfuuuh..." hembusan keras nafasnya seketika mengembalikan kesadaran.  Dilihatnya pergelangan tangan, seketika layar putih muncul begitu saja. Disentuhnya layar sembarang, tiba-tiba layar berganti warna hitam dengan berbagai simbol berderet membentuk lingkaran. Disentuhnya simbol bergambar jam.  Tampak angka digital 10.00, menandakan waktu telah berdetak begitu lesat sejak ia menunggu disini. Satu jam. Dan situasi ini membuatnya semakin kesal.  Menunggu dan sendirian. Sungguh situasi yang sangat menjengkelkan. Terlebih di tempat ia kini berdiri, situasi sangatlah tidak me