Sudah pukul satu siang, saat kulihat jam di pergelangan tangan. Artinya sudah lewat dua jam kau duduk di hadapanku tanpa sepatah katapun. Hanya asyik mengaduk kopi hitam legam dengan aroma menyengat di atas meja.
Pengunjung kafe semakin riuh, pertanda jam makan siang telah tiba. Namun kau tetap bergeming. Tak terpengaruh sedikitpun dengan suasana kafe yang kini meramai.
"Gak diminum?" tanyaku memecah kebisuan.
Kau hanya mengulum senyum sebagai jawaban.
"Sayang tahu udah mahal-mahal gak diminum. Mubazir." selorohku mencoba mencairkan suasana.
Tawa renyahmu berderai.
"Kamu mau?" cangkir putih beraroma kopi kini berada tepat dihadapanku.
Ah, sungguh, hanya senyum ini yang ingin ku tatap sedari tadi.
"Beneran?!"
"Coba aja."
"Pahit gak?"
"Pahitnya tidak sebanding dengan aroma magik yang akan kau kenang sepanjang hidupmu ketika kau cecap di lidah dengan sepenuh rasa." Rentetan kata kembali meluncur dengan cepat, kuat dan penuh kharisma. Aku senang. Artinya kamu sudah kembali menjadi dirimu lagi.
"Gak ah! Aku gak suka pahit. Hidupku udah cukup pahit, gak perlu ditambah kopi pahit. Hehe."
"Hahaha."
"Kamu udah baikan?"
"Emang aku sakit?"
"Suasana hatimu. Tadi kan mukamu ditekuk terus. Kayak baju kusut."
"Makasih ya." Ketulusan kurasakan bergetar dalam ucapmu.
"Untuk apa?"
"Untuk terlahir sebagai wanita terindah dalam hidupku." Senyummu kembali merekah.
Ah, aku semakin terhanyut. Kau, mungkin tak sempurna, namun saat bersamamu, aku selalu merasa istimewa. Bukankah seharusnya aku yang berterimakasih padamu?! Sudahlah. Aku tahu, kau tak mengharapkan itu. Karena ketika bersama, kita selalu saling menguatkan tanpa perlu penjelasan. Itu saja sudah cukup.
"Pulang yuk!" Suara itu memecah lamunanku.
"Kopinya?"
"Hahaha."
Dan akupun mengerti mengapa kita tercipta untuk selalu bersama.
#onedayonepost
#odopbatch6
#tantanganODOP2
#fiksi
keren nih, mba
BalasHapusMakasih mba Yuliani 😘, malu ih dibilang keren *tutup muka*
Hapus