Langsung ke konten utama

BILAL bin RABAH

Sumber: Pixabay


Sore itu, Abee sedang asyik bermain di luar ketika sayup terdengar suara adzan dari masjid yang terletak agak jauh dari rumah. 
"Alhamdulillah, sudah waktu Ashar ya." Bunda berkata setelah suara adzan tak terdengar lagi.
"Bunda, kenapa bilang alhamdulillah?" tanya Abee lugu. Bunda tersenyum seraya menghampiri Abee yang masih berdiri mematung di luar.
Dibelainya puncak kepala Abee dengan lembut.
"Abee, ucapan alhamdulillah itu sebagai rasa syukur kita kepada Allah. Rasa terimakasih atas segala kebaikan yang telah Allah berikan untuk kita."
"Tadi Abee dengar suara adzan dari masjid kan?" tanya bunda
Abee menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Ketika mendengar adzan artinya telinga kita masih berfungsi dengan baik, dan telinga adalah rejeki dari Allah yang harus dijaga dan disyukuri." 
"Alhamdulillah" seru Abee.
Bunda kembali tersenyum.
"Yuk mandi dulu, sudah sore nak"
"Tapi Abee masih mau main bunda"
"Abee boleh kok main lagi, nanti setelah mandi. Main sama bunda ya, nanti bunda bacain kisah Bilal bin Rabah. Sahabat Rasul yang pertama kali mengumandangkan adzan. Mau?" ucap Bunda kemudian.
"Asyiik. Mau Bunda." seru Abee seraya berlari menuju kamar mandi.

Abee sudah rapi, wangi dan ganteng. Ia siap mendengarkan kisah Bilal Bin Rabah sore ini.
Tak lama, bunda pun mulai berkisah.

"Saat itu Islam belum besar, pemeluknya masih segelintir. Salah satu pemeluk Islam pertama adalah Bilal bin Rabah. Ia adalah seorang budak belian berkulit hitam asal Etiopia (Habsyah). Saat awal mula Islam muncul di Mekkah, perlawanan dari kaum kafir Quraisy sangatlah gencar. Tak jarang umat Islam mendapatkan siksaan yang begitu keras. Tak henti mereka memaksakan kaum muslim untuk kembali menyembah berhala. 
Pada siang yang terik, terkisah Bilal bin rabah dipaksa terlentang tanpa pakaian diatas padang pasir yang gersang, disaat panas matahari terasa membakar. Diletakkan batu panas habis terbakar di atas dadanya. Ia disiksa sedemikian rupa, dipaksa untuk berbalik menyembah Latta dan Uzza, berhala sembahan kaum Quraisy. Namun Bilal tak gentar dengan dera siksa bertubi tubi. Dalam lemah dan pasrah ia kukuh menggenggam keyakinan pada Allah dalam hatinya. Tak henti mulutnya menyerukan "Ahad ahad ahad..."
Tak pelak, kemarahan semakin menjadi di hati sang majikan, kembali siksaaan demi siksaan ia berikan pada Bilal bin Rabah.
Hingga muncullah Abu Bakar as syidik menyaksikan penyiksaan yang sedang dilakukan pada Bilal tersebut.
Serta merta ia murka dan berteriak, "Apakah kalian membunuh seseorang karena berucap, ‘Rabbku adalah Allah?"
Dengan keteguhan iman di hati dan kebesaran jiwa, Abu Bakar meminta Ummayah untuk menjual budak beliannya itu.
Dengan senang hati Ummayah menjualnya dengan harga sangat tinggi.
Abu Bakar tak hendak berubah pikiran. Iya yakin dengan keputusannya, atas nama ketaatan dan kecintaannya pada Allah swt.

“Ambillah! Demi Lata dan Uzza, seandainya kamu menolak kecuali membelinya dengan satu uqiyah, niscaya aku menjualnya kepadamu dengan harga itu.” seru Ummayah.

“Demi Allah, seandainya kamu menolak kecuali seharga seratus uqiyah, niscaya aku membayarnya.” Balas Abu Bakar dengan yakin.
Setelah itu Bilal menjadi manusia merdeka. Ia dibebaskan sebagai budak belian oleh Abu Bakar As shidiq. 

Ketika Nabi Muhammad menerima perintah untuk hijrah ke Madinah dari Allah, Bilal bin Rabah menjadi salah satu pengikut setia nabi, ia turut hijrah bersama para sahabat lainnya.
Di Madinah, Rasulullah membangun Masjid pertama yang diberi nama masjid Nabawi. Bilal bin rabah ditunjuk oleh Rasulullah mengumandangkan suara adzan untuk pertama kalinya.
Disanalah kumandang adzan pertama di perdengarkan. Merdu dan menggetarkan. Berbondong kaum muslim menuju masjid untuk melaksanakan shalat bersama Rasulullah saw.
Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara Bilal yang ketika disiksa sedemikian rupa oleh kaum musyrik, tak gentar melantunkan kata "Ahad...Ahad...Ahad..."

"MasyaAllah, begitu teguh keimanan di hati Bilal ya nak? Ketika kita taat pada Allah, yakinlah Allah akan semakin sayang sama kita dan menurunkan pertolongannya disaat kita membutuhkannya." Bundapun menutup cerita.
"Abee mau jadi muazin seperti Bilal, bunda."
"MasyaAllah, tabarakallah. Semoga Abee bisa menjadi muazin yang dicintai Allah dan RasulNya seperti Bilal ya nak."
Dikecupnya puncak kepala Abee dengan penuh sayang seraya merapalkan doa: 

                               رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

Ya Tuhanku,berilah aku dari siai Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. (Ali imron: 38)

"Aamiin" Ucap Bunda dan Abee bersamaan.


#komunitasonedayonepost
#odop_6


Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...