Langsung ke konten utama

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'




Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook. 

Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan.

Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini.

Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari. 

Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya.

Bagi saya, ini kesempatan emas. Karena, jujur, tanpa tantangan seperti ini, saya seringkali 'angot-angotan' untuk membacakan buku pada duo krucil.

Apalagi pas lagi hectic, maunya yang simpel aja, sodorin hape. *ups, bukan untuk ditiru ya... 🙈

Namun, semenjak ikut kegiatan ini, walau sesibuk apapun, saya mencoba menyempatkan waktu untuk membacakan buku, walau hanya satu atau dua buku.

Selain mengenalkan literasi sejak dini, kegiatan ini juga bisa menjadi sarana mengeratkan kembali 'bonding' ibu dan Ananda.

Karena memberikan waktu berkualitas untuk Ananda akan sangat berarti bagi mereka. Kehadiran kita yang penuh dan utuh saat menemani membaca atau membacakan buku, bisa membuat Ananda merasa berharga dan sangat dicintai.

Lewat buku yang kita bacakan, kita pun bisa sekalian menyisipkan nilai-nilai yang ingin kita tanamkan. 

Dan, membaca buku pun mulai menjadi rutinitas kami, semenjak hari Senin yang lalu.

Alhamdulillah, respon Abang pun sangat antusias. Setiap kali dibacakan buku, setelah selesai satu buku, ia akan mengambil buku lainnya lagi untuk dibacakan.

Berhubung Abang memang belum bisa membaca, jadi ya ibu dong yang bacain. Lumayan juga kan, cukup bikin tenggorokan kering, kalau sehari yang dibaca bisa tiga sampai tujuh buku dalam sekali duduk. Walaupun nyatanya, buku yang dibaca akan didominasi oleh ilustrasi gambar dibanding tulisan, sih. 🤭

Proses membaca ini bisa berlangsung selama 20 menit hingga 60 menitan. Bisa juga lebih. Tergantung bagaimana respon duo krucil saat dibacakan buku. 

Adakalanya proses membaca ini akan diselingi oleh rebutan, buku pilihan siapa yang akan dibacakan lebih dulu. Tak jarang, proses membaca akan diawali dengan rengekan dan tangisan. Itulah mengapa, durasi membaca bisa sangat lama, walau hanya membaca 3 sampai lima buku saja, yang notabene buku yang dibaca akan didominasi oleh gambar, dibanding tulisan.

Untuk membuat duo krucil semakin tertarik dengan kegiatan ini, saya membuatkan pohon literasi. Setiap selesai membaca buku, saya tuliskan judul bukunya pada daun hati, kemudian meminta Abang untuk menempelkannya pada ranting-anting pohon literasi.

Pohon Literasi yang ditempel pada pintu lemari pakaian. 🤭

Wah, wajah Abang tampak berbinar melihat pohonnya semakin rimbun.

Setiap selesai menempelkan daun hati, ia akan berkata, "Bu, besok baca buku lagi ya... Nanti tempelin sini lagi daunnya..."

Saat mengatakannya, suaranya akan terdengar penuh semangat. Matanya memancarkan binar bangga dan bahagia. Masya Allah, tabarakallah... 🥰

Selain itu, saya pun mencoba untuk mem-follow up apa yang sedang kami baca.

Misal, setelah selesai membaca tentang organ pencernaan, saya mengajak Abang untuk bermain simulasi dengan mainan kardus yang saya buat secara dadakan. Dengan modal kardus, kertas dan magnet.

Pict: kolpri

Tak masalah jika gambarnya hanya alakadarnya, tidak sebagus di buku, ataupun tidak sempurna, Abang selalu menyambut 'undangan' saya itu dengan penuh semangat.

Sejauh ini, kami sangat menikmati kegiatan membaca ini. Selepas membaca, biasanya ada saja ide baru untuk bermain, entah ibu yang memancing duluan, atau bahkan inisiatif dari Abang sendiri.

Semoga kami bisa istiqomah mengikuti kegiatan 'Duta Baca Cilik' ini hingga tuntas selama 45 hari.

Harapannya sih, kegiatan membaca buku ini akan tetap berjalan, walaupun programnya sudah berakhir.

Dan semoga, perlahan-lahan, kami bisa benar-benar terlepas dari jeratan gadget dan teman-temanya ... 😁

Sekian sharing Ibu kali ini, semoga ada (walau sedikit) manfaat yang bisa dipetik bagi yang bersedia membacanya. Allahuma aamiin.

Salam literasi. 👆✋

Boleh support dengan memberikan like pada postingan berikut jika berkenan, ya. Terima kasih. 🙏🥰

Duta Baca Cilik Favorit

#ODOPbersamaEstrilook
#Day8


Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

  1. Wah. cerita nya menginspirasi sekali Kak.. etapi itu link gak ngarah kemana-mana kayaknya pas di klik...

    oh ya tadi pas baca, ada kata dimana seharusnya di mana ya Kak. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap. Nuhun koreksinya. Emak rempong mah nulisnya ngebut. *eh 🙈

      Hapus
  2. Masya Allah tabarakallah ����

    Itu si kecil umur berapa, Mbak Lia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wafiik barakallah... ☺

      Usia 4 tahun, mbak. 😁

      Hapus
  3. bagus bangeet infonya kak... aku jadi terinspirasi

    BalasHapus
  4. Semoga kakak jadi keranjingan baca buku ya

    BalasHapus
  5. Wah aku kayaknya ketinggalan info nih soal Duta Baca Cilik. Sebenarnya alhamdulillah anak-anak di rumah juga udah punya jadwal baca tapi kalau gabung dikomunitas seperti Duta Baca Cilik ini bakal lebih seru ya

    BalasHapus
  6. Terimakasih, sangat menginspirasi..

    BalasHapus
  7. Semangat mbak, semoga istiqomah.... anak2ku masih pada males banget baca nih, ibu nya masih usaha mati2an buat doktrin minat baca ke mereka

    BalasHapus
  8. Kebiasaan membaca memang harus dipupuk sejak dini agar anak-anak punya rasa cinta kuat terhadap aktivitas membaca. Senangnya ada program yang memfasilitasi anak semangat membaca seperti ini. Semangat mbak. Semoga si kecil kelak jadi duta baca nasional.

    BalasHapus
  9. Semangat mbak, untuk menarik perhatian si kecil memang butuh sesuatu yang menari, agar nggak bosen dalam membaca, mungkin menambahkan bacaan bergambar membuat anak2 seneng kali ya.

    BalasHapus
  10. Wah keren programnya mbak..! Semoga istoqomah ya.. Kebiasaan gemar membaca ini jika ditumbuhkan dari kecil sangat bagus kedepannya. Saya sudah mengalami ketika anak pertama, masih telaten banget memberikan stimulasi utk gemar membaca sejak bayi. alhamdulillah si kakak suka membaca dan luas pengetahuannya sampai skrg.

    BalasHapus
  11. Bagus banget programnya, ya. Meski anak belum bisa baca, dia bisa mengamati lewat gambar dan ibunya yang menceritakan. Menumbuhkan minat baca memang harus sejak dini, disinilah peran orang tua. Terima kasih sharingnya, Mbak.

    BalasHapus
  12. Wah masyaAllah keren sekali bund..bisa ikut challenge duta baca cilik..duh saya jd tergerak nih buat lebih sering membacakan buku buat anak..

    BalasHapus
  13. Wah mantap sekali kegiatan ini. Bisa jadi inspirasi juga buat temen-temen di daerah lain agar membuat duta baca cilik

    BalasHapus
  14. Baru tahu ada program duta baca ini. Bagus sekali, lewat program ini anak2 jadi bisa termotivasi untuk mengenal dan mencintai literasi. Btw udah saya support like ya😊

    BalasHapus
  15. Membiasakan anak mau membaca juga jadi PR buat saya nih Mbak. Terima kasih semangatnya.

    BalasHapus
  16. Masya Allah..hebata Abang dan Ibunya. Semoga lancar Duta Baca Cilik hingga 45 harinya ya...dan membaca seterusnya jadi rutinitas nantinya

    BalasHapus
  17. Keren dan hebat banget abang, semangat terus yaaa hingga tanpa henti ga nya d hari k 45 nya aja

    BalasHapus
  18. Ide pohon literasinya keren... bikin anak makin semangat, pastinyaaa. Saya baca sambil ngebayangin binar matanya Abang. Amazing...

    BalasHapus
  19. Menarik banget mba idenya. Jadii pengen cobain nih di rumah bareng si kecil. Biar makin termotivasi buat sering baca buku hihi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta