Langsung ke konten utama

Pola Asuh dan Gadget: Isi, Porsi, Durasi



Source: google

Katanya anak jaman now adalah generasi millenial. Dimana gadget adalah hal lumrah yang mau tidak mau, suka tidak suka akan bersinggungan karena kebutuhan, bukan sekedar keinginan. Bukan tak mungkin jika nanti, ketika balita kita tumbuh remaja dan dewasa di era yang lebih milenial dari sekarang. Maka dari itu, mungkin saja gawai dan teknologi memang tak akan bisa lepas dari pendekatan pengasuhan kita di masa kini. Jangan sampai, ketika anak kita hidup di jaman serba teknologi,  namun ia merasa terasing dengan teknologi, karena orang tuanya sangat antipati dengan budaya gawai. Tak bisa dipungkiri, sebagaimana budaya lainnya, ketika awal kemunculan akan ada prokontra tentang dampak positif dan negatif dalam penerapannya. Namun,  generasi old pun tak akan bisa sepenuhnya memaksakan ambisi dan ego masa lalu pada generasi jaman now, yang hidup di jaman yang berbeda. Adakalanya prinsip pendidikan dimasa lalu masih relevan untuk diaplikasikan di jaman ini, namun tidak semuanya bisa dipaksakan atau dicekoki pada era peradaban masa kini. 
Bukan teknologinya yang harus kita singkirkan, namun penanaman pemahaman sebab akibat dan tanggungjawab atas setiap pilihanlah yang harus ditanamkan sedini mungkin. Agar kelak anak kita tak tertinggal jauh dari jamannya, namun juga tak serta merta melebur tanpa tahu batasan dan kemanfaatan dari apa yang ia lakukan.
Tugas orang tua jaman now memang sangat berat. Penuh onak duri dan berliku tajam. Gempuran isme yang berserakan,  budaya 'luar' yang gencar digaungkan, akses apapun sangat mudah dijangkau, bahkan mungkin konten paling burukpun tanpa kontrol orang tua akan sangat mudah dibuka. Maka kewajiban orang tua menjaga fitrah anak untuk terus belajar menggali potensi dengan bimbingan dan batasan. 
Beri ruang anak untuk menggali potensi dengan batasan, atur porsi tontonan sesuai usianya, pilih isi (konten) yang berfaedah, batasi durasi, dan yang paling utama adalah, dampingi. Jangan biarkan ia menikmati teknologi tanpa pendampingan, karena ia masih belia, belum mampu mencerna segala informasi dengan baik dan benar.
Kuncinya adalah selalu kontrol isi, porsi dan durasi penggunaan gawai dengan pendampingan. Maka dampak buruk dari gawai bisa diminimalisir untuk kemudian kita optimalkan kemanfaatannya.

#komunitasonedayonepost
#odop_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...