Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Emak Melek Literasi

Pixabay Belakangan ini, kiprah emak sedang naik daun. Bagaimana tidak, dari berbagai lini, banyak mencuat tentang kisah 'heroik' emak yang ikut berpartisiapasi dalam memperjuangkan kejujuran dan keadilan yang menghiasi berbagai media massa. Tentu saja bukan hanya sekedar keluh kesah mahalnya harga berbagai kebutuhan pokok, yang memang sudah menjadi produk yang sangat dekat dengan keseharian ibu dalam merancang dan merencanakan kebutuhan gizi keluarga, yang bisa mengancam lancarnya keberlangsungan dapur agar tetap mengepul sempurna. Namun, peran emak sekarang pun merambah juga dalam dunia literasi. Dimana, media informasi dan komunikasi menjadi media utama dalam penerapannya. Lihat saja di berbagai media sosial, begitu riuh para emak yang menyuarakan keresahan hatinya.  Di zaman millenial ini, dimana segala informasi semakin mudah diakses, kepiawaian seorang emak untuk menyaring informasi yang beredar tentulah sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena ibu a

Keseruan Wisuda Offline IP Cirebon Raya

Hari Ahad, tanggal 28 April 2019 lalu, alhamdulillah, saya berkesempatan mengahdiri acara wisuda offline kelas matrikulasi dan bunsay regional Cirebon Raya.  Ini merupakan acara wisuda offline untuk member IIP regional Cirebon Raya, lulusan kelas matrikulasi batch 5, 6 dan 7. Juga ada yang lulusan bunsay periode yang lalu. Pokoknya hari ini mau cerita keseruan wisuda offline gabungan kelas matrikulasi batch 5,6,7 dan kelas bunsay regional cirebon raya. Sayangnya, sepertinya saya melewatkan beberapa momen akibat datang ketelatan. 😕 So, mungkin kisahnya tidak akan sempurna. Ya, walau bagaimanapun, saya tetap bersyukur karena masih berkesempatan bertatap muka dengan para bunda pembelajar yang super kece. Aseli banget, saya berasa minder duduk diantara para bunda super kece ituh. Hanya bisa duduk 'manis', mencoba menetralisir rasa grogi yang menyeruak dalam lubuk hati. Ramai dan riuh. Bukan hanya para ibu, tetapi juga para bayi, balita dan an

Kenorakan yang Hakiki

Tulisan saya di rubrik Ah Tenane! Solopos Bilang saja saya norak. Tak mengapa. Mungkin memang norak ya, karya tak seberapa udah koar koar bangga. Hihi... 🤭 Namanya juga pertama kali. Mohon dimaklumi. Ye, kan? *nyari dukungan* 😅 Yang pertama kali kan memang biasanya penuh kesan. Walau pengalaman pertama tentu bukan yang paling sempurna. Karena pertama kali berarti masih dalam proses belajar. Untuk melengkapi kebahagiaan, saya mau sharing juga tentang komunitas yang sudah "membuat" saya sejauh ini. Ya, the best ever, Komunitas One Day One Post, yang saat ini diketuai oleh mas Suden Basayev 👏👏👏 Jadi setelah digodog sekitar dua bulan di kelas odop, sebulan di kelas fiksi/non fiksi, kita resmi menjadi bagian dari keluarga besar ODOP. Enggak rugi deh gabung disini. Ilmunya kece, dan yang lebih berpengalaman pun tak pelit berbagi ilmu dan menyemangati kami yang masih newbie. Lebih kece lagi, program di ODOP ini berkesinambungan. Jadi, setelah kelas intensif

*Bukan sekedar Bermain*⁣

⁣ Perjalanan membersamai buah hati adalah momen yang penuh kesan, entah melatih kesabaran, entah mengundang kesyukuran. Semuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.⁣ ⁣ Dalam tujuh tahun pertamanya, adalah waktu-waktu terbaik melekatkan kedekatan, saat dimana mereka menjadikan kita (orang tua) sebagai pusat tumpuan. ⁣ ⁣ Tempat untuk "mengais" kasih sayang, tempat untuk mendapatkan perhatian, tempat untuk memuaskan dahaga keingintahuan, tempat melabuhkan segala rasa yang baru mereka kuasai dalam dekap dan pelukan, tempat menyandarkan mimpi dan harapan.⁣ ⁣ Ya, di momen inilah, waktu terbaik menumbuhkan kedekatan. ⁣ ⁣ Maka, setiap orang tua pun berupaya mengisi tujuh tahun pertama Ananda, dengan kisah yang terbaik. Berusaha seoptimal mungkin mendidik dan mengasuh dengan mencoba berbagai metode pengasuhan.⁣ ⁣ Ya, mungkin tiap keluarga mempunyai prinsip yang berbeda, suatu motode yang cocok untuk keluarga A, belum tentu sesuai bagi keluarga B.⁣ ⁣ Namun, d

[Puisi] Menikmati Proses

Mulai dari mana? Mulai saja dari niat Kuatkan dengan tekad Penuhi dengan mimpi Sempurnakan dengan kesungguhan Ya, kesungguhan berarti tindakan Bukan sekedar wacana Tidak hanya sebatas kata Yang tak jua mewujud nyata Percayalah! Ketika azam terucap dalam doa dan upaya Semua pasti terbayar sempurna Mungkin tidak sekonyong konyong menjadi ternama Hanya langkah kecil yang membuka pintu berikutnya Namun bagi sesorang yang bukan siapa siapa Walau baru memasuki pintu pertama Adalah sesuatu yang membuat bangga sekaligus bahagia Ya, tak mengapa Jika karya kita belum seberapa Jika hanya kita sendiri yang menikmatinya Setidaknya, kita sudah berusaha Mengisi hari dengan sesuatu yang berharga Bukan sekedar berlalu begitu saja Karena di hadapan-Nya Yang dinilai bukanlah hasil semata Namun sekecil apapun usaha Selama tidak berbenturan dengan aturan-Nya Dia akan mengganjar dengan sempurna Yakinlah Langkah kecilmu tak akan

[Puisi] SEKATA UNTUK SATU CITA

Pixabay Deras Seumpama hujan Berjatuhan Menggenangi tanah dan rerumputan Hatiku membuncah Mataku membasah Luncuran kata berderai Menusuk tajam bagai samurai Engkau yang merasa kekar Memilin aksara penuh koar Begini begitu beraroma kelakar Tak cukupkah hujatmu serupa makar? Cukupkan! Hentikan! Marilah merengkuh perlahan Saling bertaut dalam satu harapan Membangun karya bukan sekedar celaan Kita seumpama aksara Saling berpilin dalam satu suara Berbeda namun saling mengeja Merapal cinta demi tercipta satu cita *Puisi dalam even bersama Rumah Fiksi Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda

Siklus Perjuangan

Jika ingin sukses, maka harus siap gagal. Itu kuncinya.   Mengapa? Karena sejatinya, kegagalan dan kesuksesan merupakan bagian dari siklus perjuangan.  Mau tidak mau, suka tidak suka, untuk mencapai titik kesuksesan, kita pasti akan melewati dahulu tangga kegagalan.  Hanya saja, siklus perjuangan ini bersifat eksklusif. Setiap orang mempunyai siklusnya sendiri, dengan pola yang random pula. Sehingga kita tidak bisa memprediksi dengan tepat, berapa kali tahap gagal yang harus kita lewati untuk kemudian menjejaki titik kesuksesan. Mungkin saja bagi dia, cukup sekali gagal, bisa langsung ke tahap sukses, namun bagi saya butuh berpuluh kali gagal, hingga akhirnya bisa mencicipi takdir sukses. Untuk itulah, diperlukan kegigihan dan keteguhan dalam sebuah perjuangan.  Karena, bisa saja jatah gagal kita sepuluh kali, sebelum kemudian menjejak tangga kesuksesan, namun karena kita sudah kadung goyah dan menyerah pada jatah ke lima, maka kesempatan kita untuk

Tentang Kemaafan

Ketika kita hanya fokus pada kesalahan orang lain, kita terlupa untuk berinstrospeksi diri. Ketika kita fokus untuk mengubah orang lain, kita terlupa untuk memperbaiki diri. Ketika kita sibuk mencari kesalahan orang lain, kita lupa mengapresiasi sisi positif yang ada padanya. Ketika kita terlalu fokus mengeluhkan kekurangan orang lain, kita terlupa untuk mensyukuri kebaikan yang pernah ia berikan. Ya, adakalanya kita lebih cenderung mengingat 'keburukan' orang lain, apalagi jika itu benar-benar melukai hati. Manusiawi memang. Tetapi, jangan sampai kekecewaan kita pada seseorang membuat kita menjadi merasa "berhak" untuk berlaku hal yang sama. Menjadikan kita pada akhirnya berperilaku serupa dengan apa yang seseorang lakukan tersebut. Jadi, apa bedanya kita dan mereka? Jika kamu merasa terluka setelah dikecewakan, mengapa kamu justru melakukan "pengulangan" cerita dimana kini kamulah yang menjadi subjek pelakunya. Bukankah seharusny

[Puisi] Sebuah Tanda Tanya

Entah dimulai dari mana Hanya mencoba menguntai kata Tapi nyatanya tak semudah mengedipkan mata Butuh usaha sepenuh daya Disaat lumbung tenaga justru semakin tampak merana Bukan tak ada resah hati Yang ingin termaknai hingga berkali-kali Dalam perenungan diri Atau sekedar menepi pada sebait puisi Agar menjelma menjadi solusi Bukan sekedar celotehan penuh caci maki Adakalanya rasa tetiba mengkhianati Buncahan dada menyudut dalam sepi Hanya tersimpan sendiri Karena jawaban yang dicari Sungguh tak sesimpel menjentikkan jemari Ada banyak isi kepala yang tak pernah satu suara Ada banyak harapan yang tak pernah satu muara Ada banyak perdebatan yang tak pernah satu juara Ada banyak ketumbangan yang tak pernah satu pusara Ada banyak helaan yang tak pernah satu udara Membingungkan sekaligus mencemaskan Bukan karena kita tak pernah senada Ada kalanya kita saling bercengkrama mesra Dalam keragaman yang menjanjikan berjuta warna Hing

[Puisi] Doa & Bahagia

Pixabay Pada sudut ruang hati Ada keraguan yang tetiba menderu Mempertanyakan tentang segala asa dan mimpi Mampukah ia mewujud nyata bukan sekedar semu? Dalam perputaran waktu yang lesat Adakalanya penat terpupuk dengan hangat Hingga raga hanya diam dalam kelebat angan Yang semakin menguatkan azzam untuk berleha tanpa upaya Tetiba buncahan hasrat menggeliat Sejurus kemudian berganti haluan Seketika loncatan ide menderas Sekejap mata semuanya kembali hampa Seperti itu Tak selamanya hati seluas samudera Adakalanya ia sesempit lubang jarum Mungkin kita yang terlalu takabur Melupa rapal doa sebagai pelengkap ikhtiar Karena sesungguhnya Untuk segala upaya, kerja keras dan perjuangan  Penyempurnanya hanyalah doa Deraskanlah doa Agar kencangnya upaya Kelak berbuah bahagia Bukankan inti dari setiap perjuangan adalah untuk menjadi bahagia? Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

BUKU ANAK IMPORT KECE BBW SERBA TIGA PULUH RIBUAN

Menyambung pembahasan BBW kemarin  di sini , kali ini saya mau mencoba mereview beberapa produk import serba 30.000 an. Alhamdulillah, ada juga buku import yang kece dengan harga bersahabat. Let check this out! 1.  Serian The Montessori Methode, My First book of Nah, ini buku kece sekali. Jadi, di dalamnya ini kontennya mengadaptasi metode montessori gitu. Ini semacam buku aktivitas jadinya. Jadi si anak nggak sekedar baca, tetapi juga sambil 'bekerja'. Seriannya ada banyak, ada yang Farm Animals, Numbers, Wild Animals, Feelings sama Shape kayaknya. Tapi, menimbang kondisi rekening yang mengenaskan, jadi saya hanya ambil dua judul saja. Yang Numbers sama Wild Animals. 🤭 Ini beneran kece sih, dan kebetulan Si sulung lagi 'suka' sama angka angka, jadi buku ini tuh favorit banget.  Contoh isi buku serian Numbers Contoh isi buku serian Numbers Mengenalkan konsep jumlah dengan lebih 'konkret'. Tidak hanya mengenal simbo

[Puisi] Kembalilah!

Pixabay Begitu kerdilnya jiwa kita Yang selalu menuntut bahagia Namun enggan memberi dengan sempurna  Selalu terlontar kata penuh cela Meratapi luka dalam duka lara Memaki kemalangan dengan syak wasangka Bukankah Dia sudah memberi segalanya? Membasuh wajah sendu hingga ceria Mengganti nada pilu menjadi suka Dengan cara tak terduga Bahkan tak pernah terpikirkan sebelumnya Mengapa kita begitu bengal Tak jua menggubris segala peringatan Bahkan mengabaikan sebuah ujian Menjadikannya sebagai alasan bermalas malasan Bahkan hukum-Nya kita jadikan becandaan Seolah engkaulah yang raja Bertindak sesuka hati Meminta ini itu banyak sekali Tanpa mau menunggu Padahal Dialah pemilik sang waktu Yang paling tahu kapan sesuatu tepat menyapa kita Wahai diri Kembalilah merenungi Hingga batas apa egomu kau turuti Jangan biarkan penyesalan kelak kau jumpai Saat ragamu tak lagi menginjak bumi Dan hela nafas selamanya terhenti Terimaka