Langsung ke konten utama

KISAH RASULULLAH DAN RUMAH LABA-LABA

Doc pribadi

"Pada awal kemunculan Islam di Mekah, kaum kafir Quraisy amatlah bengis. Mereka tak segan menyiksa dan mengganggu umat muslim dengan sangat keji. Namun keimanan yang kokoh menjadikan mereka kuat dan teguh dalam ketaatan kepada Allah swt. Hingga akhirnya turunlah perintah untuk berhijrah. Berpindah dari negeri Mekah menuju Madinah. 
Malam itu, Nabi Muhammad hendak menuju Mekah bersama sahabat Abu Bakar As Shidiq. Namun rencana hijrah ternyata sudah pula terdengar hingga telinga orang musyrik quraisy. Mereka membuat makar, hendak membunuh Nabi di kediamannya.
Ali Bin Abi Thalib, sepupu sekaligus sahabat Rasul ditunjuk untuk menempati tempat tidur Rasul malam itu. Ia berbaring dengan berselimut milik Nabiyullah Muhammad saw. 
Kaum kafir quraisy telah siaga menunggu di luar. Mereka siap menyergap dan membunuh Muhammad saw saat beliau keluar.
Lalu, ketika Rasul dan Abu Bakar hendak keluar, rasa kantuk tak tertahanpun menyerang mereka yang sedang berencana membunuh Rasul. Merekapun terlelap. Tak menyadari kepergian Rasul dan Abu Bakar meninggalkan kediamannya.
Saat terbangun, mereka kaget, dan langsung melihat ke dalam rumah. Ternyata di atas pembaringan, Rasul sedang terlelap, pikir mereka. Tanpa ragu merekapun langsung menerobos masuk, menuju pembaringan Rasul dan membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Alangkah kagetnya mereka, ketika sosok Ali terlihat dibalik selimut. 
"Wahai Ali, dimana Muhammad?!!"
"Aku hanya diperintahkan menempati pembaringan beliau" ujar Ali tanpa rasa takut.
Mereka menggeram marah, kemudian berbalik menuju pintu, dan segera berlari mengejar Muhammad. 

Nabi Muhammad dan Abu Bakar tiba di depan Gua Tsur.
"Wahai Abu Bakar, mari kita istirahat sejenak"
"Ya Rosul, kita sedang dikejar, tidakkah kita lanjutkan kembali perjalanan?"
"Masuklah Abu Bakar" kata Rasul dengan penuh ketenangan.
Abu Bakarpun menurut, walau dalam hatinya rasa khawatir belum juga pudar.
"InsyaAllah, kita aman disini" Rasul kembali menenangkan Abu Bakar.
Ketika mereka telah masuk, maka Allah Yang Maka Perkasa memerintahkan seekor laba-laba penghuni Gua Tsur untuk membuat rumah pada pintu gua. 
Tak berapa lama, rombongan kaum quraisy tiba di mulut gua. Mereka berhenti, mencoba mencari jejak kemana arah Muhammad pergi.
Seketika mata mereka tertuju pada Gua Tsur.
"Mungkinkah mereka bersembunyi di dalam gua?" tanya salah satu dari mereka.
"Tak mungkin. Lihat saja rumah laba-laba memenuhi pintu gua, jika mereka masuk ke dalam, niscaya rumah laba-laba ini akan ikut terkoyak." Seru yang lain menimpali.
"Benar juga."
"Ayo kita lanjutkan lagi, mungkin mereka belum jauh."
Merekapun meninggalkan gua Tsur tanpa melongokkan kepala sedikitpun ke dalamnya.
Muhammad dan Abu Bakar mengucap syukur."

Ibu menutup kisah pagi ini.

"Wah Subhanallah ya, seekor laba-laba kecil ternyata mampu melindungi Rasul dengan kuasa Allah. "
"Kalau kita beriman dan taat sama Allah, juga selalu berbuat baik, nanti Allah pasti makin sayang. Kalau Allah sayang, ketika kita butuh bantuan, Allah pasti akan menolong kita."
"Abang mau gak di sayang Allah?"
"Iya, mau"
"Kalau mau disayang Allah abangnya harus apa?"
"Harus berbuat baik ya bu?"
"Iya, kalu berbuat baik nanti dapat pahala. Kalau pahalanya banyak nanti bisa masuk surga."
"Nanti di syurga abang mau makan eskrim yang banyak." celetuknya
"Haha. Iya, boleh. Makanya sekarang abang kumpulin dulu pahala yang banyak, biar bisa masuk surga ya." senyum ibu pun mengembang.
"Ibu, ibu bisa bikin laba-laba gak?"
"eh, laba-laba?" ibu tetegun sejenak. Memang ya anak kecil itu pikirannya amat random, tiba-tiba bilang ini tiba-tiba bilang begitu. 
"Emang abang mau bikin laba-laba?"
"Ibu yang bikin, sama rumahnya. Ayo!" serunya sambil membawakan kertas dan krayon.
Jadi, begitulah, berkisah hari ini berlanjut dengan ibu menggambar laba-laba dan rumahnya, yang kemudian diwarnai abang. 
Tak mengapa, walau gambarnya alakadarnya, yang terpenting adalah kesediaan ibu untuk teguh membersamai. 
Yeay, kerjasama yang baik ya nak.
Jadi, berkisah apalagi kita besok???  šŸ˜šŸ¤—šŸ˜Š

#Day1
#Bundaberkisah
#pejuangliterasi
#Rumah


Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. šŸ™šŸ˜Š

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga šŸ¤² Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta