Pagi ini, seperti biasa, sebelum mandi pagi, aku, ibu dan adik bermain di luar. Waktu favoritku nih. Waktunya main tanah tanpa diomelin ibu. Hihi.
Aku senang bisa main tanah sepuasnya.
Ibu mengambil batu-batu yang berserakan. Aku dan adik sesekali menatap penasaran sambil tetap asik dengan alat tempur kami: sendok dan wadah.
Kulihat ibu sedang berkonsentrasi menyusun batu yang ia kumpulkan tadi dengan sangat perlahan. Satu, dua, tiga dan seterusnya hingga batu dapat tertumpuk sempurna.
"Yeay!" Kami bersorak.
Tumpukan batu buatan ibu |
Kuhampiri ibu.
"Ibu lagi apa?" tanyaku penasaran.
"Ibu lagi mencoba menumpuk batu, menyusunnya supaya bisa tegak berdiri."
"Kok bisa gak jatuh ya bu?"
"Iya sayang, asalkan pondasinya kokoh dan bisa menempatkan batu pada posisi yang tepat, batunya gak akan roboh."
Aku manggut-manggut saja, walau tak sempurna mengerti apa yang ibu katakan.
"Abang suka main batu?"
"Suka bu."
"Kalau lagi main tanah sama batu, abang senang gak?"
"Iya bu, senang banget."
"Batu dan tanah adalah ciptaan Allah, bang. Abang harus besyukur sama Allah karena dengan batu yang Abang mainkan ini abang jadi merasa senang."
"Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah," ucapku kemudian.
"Selain mengucap syukur, cara berterimakasih sama Allah adalah dengan menjaga, memelihara dan menyayangi seluruh ciptaanNya ya bang."
Aku mengangguk.
"Tidak boleh merusak dan menyakiti ya bu?" ucapku mengulang perkataan ibu dulu yang masih kuingat.
"Ya. Betul sayang." ibu pun tersenyum menatapku.
"Abang tahu gak manfaat batu untuk apa?"
Aku menggeleng.
"Batu bisa dipakai sebagai pondasi bangunan. Kayak rumah ini," tunjuk ibu pada rumah kami.
"Sebelum rumahnya terbangun, bawahnya dibuat pondasi dari tumpukan batu, supaya rumahnya gak gampang roboh."
"Pondasi itu apa bu?"
"Pondasi itu...." ibu tampak berpikir.
"Bagian dasar dari bangunan. Bagian terbawah, tumpukan batu yang disusun di dalam tanah agar rumah yang dibangun tidak mudah roboh" lanjut ibu panjang lebar menjelaskan.
Aku tetap tak mengerti, tapi aku kasihan melihat wajah ibu yang tampak berpikir keras.
"Iya bu," kujawab sekenanya.
Abang dan adik, asyik bermain tanah |
Kuhampiri adik yang sedari tadi asik sendiri menyendok dan memasukkan tanah ke dalam wadah. Kuambil kembali sendok dan wadah milikku, aku pun kembali sibuk menyendok tanah dan kerikil ke dalam wadah, mengikuti jejak adik, kulihat ibu tersenyum menyaksikan keasyikan kami berdua.
#Day5
#BundaBerkisah
#PejuangLiterasi
Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊
Komentar
Posting Komentar