Langsung ke konten utama

Sehangat Rinduku Untukmu

Pixabay

Entah sudah berapa purnama aku terpenjara dalam gelap. Pengap, terlalu banyak partikel debu berdesakan disini. Aroma tak sedap semerbak berkelindan di udara. Aku terhimpit dalam ketidakberdayaan. Bukan inginku bila akhirnya ia berpaling pada yang baru. Mungkin ia lebih kinclong, sementara aku semakin kusam dan rapuh.

Ah, tak guna segala keluh yang kuucap dalam sunyi. Tak ada yang peduli. Dan mungkin tak akan pula ada yang menyadari ketiadaanku. Aku yang lapuk dimakan usia, penuh kerut dan noda. Siapa pula yang mau meminangku, setelah ia mencampakanku dalam gelap.

Hingga suatu hari, buncahan asaku memuncak riak, ketika seseorang memasuki ruangan.

"Kriet...." terdengar suara pintu berderik .
Hatiku seketika bersorak. Ternyata, aku masih menyimpan selaksa harap. Mungkinkah aku merindukannya? 

Lamat kudengar suara langkah kaki mendekat. Pintuku perlahan membuka, selarik cahaya memantul lembut, menghangatkanku yang semakin lembab dalam hampa. 
Aku terpana menatap wajahnya yang terlihat menua. Ada kerut halus menghiasi sudut mata. Namun kuakui, ia masih menawan seperti dulu. Wajah teduh dan menyenangkan.

"Bu, mau ambil apa sih dalam lemari?" kudengar suara nyaring khas gadis remaja memecah sunyi. Seorang gadis muda, cantik dan bangir mengekor di belakangnya.
"Ibu lagi cari sweater, nak."
"Buat apa?"
"Sekarang kan lagi musim hujan, udara dingin sekali. Sepertinya ibu masih menyimpan sweater kesayangan ibu di lemari ini."
"Ibu kan punya jaket yang lebih bagus di lemari kamar ibu."
Kulihat wanita tua itu mengulum senyum.
"Sweater ini istimewa, nak. Khusus dibuatkan oleh nenekmu untuk ibu. Banyak cinta bersemayam disana. Ibu mau hadiahkan itu untukmu. Sepertinya cocok."
"Benarkah?" Terdengar suara riang penuh antusias dari mulut mungil sang gadis.
"Aku bantu carikan ya...." Sang wanita mempersilakan si gadis.
Sang gadis bergegas menghampiri lemari, ia berdiri tepat di depanku. 
Tangannya cekatan menyentuh satu persatu tumpukan baju. Memilah satu demi satu. 

Tak lama kemudian, tangannya lembut menyentuhku, aku terkesiap. Matanya berkilau penuh binar saat menatapku.
"Bu. Aku menemukannya. Sweater istimewa ibu. Ini kan?" selorohnya sembari mengangkatku setinggi kepala, menutupi wajah cantiknya, memperlihatkanku pada wanita yang ia panggil ibu.
Kulihat wanita tua menoleh dengan raut haru.
Ah, ada kerinduan dalam tatapnya. Ternyata aku salah. Ia tak mencampakanku. Ia tetap menganggapku istimewa. 

Biarlah, mungkin kini aku sudah tak bisa menghangatkan kembali tubuhnya yang terlihat lebih lebar, setidaknya kesetiaanku padanya masih terjaga.
Kan kujaga gadisnya dengan sepenuh rasa, melindungi dari gebu angin yang menusuk kulit dengan kehangatan yang sama seperti ketika wanita itu memelukku erat dalam dingin, sebagai balasan kerinduannya padaku.

#TantanganODOP6
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi

Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em...