Dokumen pribadi |
Mendidik tanpa berteriak, bisakah? Saya pribadi tak yakin. Jujur saja, saya tipe orang yang tidak cukup cakap mengendalikan emosi. Dalam pengasuhanpun masih kerap berteriak saat anak tak gubris meski berulang kali di beritahu secara pelan-pelan. Secara otomatis suara saya meninggi dan cukup membuat anak saya jeri.
Walaupun pada akhirnya, saya akan erat memeluk ananda, meminta maap, dan menghujaninya dengan berjuta cinta.
Ia pun membalas rangkulan dengan lebih erat, mengatakan cinta sebagai balasan.
Setelahnya, bisa ditebak. Ya, saya menyesal. Namun tak buat saya kapok, berulangkali begitu lagi, serasa sulit mengontrol diri untuk tetap tenang menghadapi kelakuan anak yang bikin ubun mendidih.
Namun, seiring waktu, saya mencoba belajar, berdamai dengan diri, walau sesekali masih seperti itu, namun sekarang mungkin sudah mulai berkurang.
Apa kuncinya?
Membiasakan anak mandiri. Ya. Cukup terasa efeknya sekarang. Ketika si kakak sudah mempunyai adik. Ibu yang fokus ke adik terkadang secara tak sadar menomorduakan si kakak. Namun karena ia sudah mandiri pada beberapa hal, ibu tidak begitu kelabakan harus melayani dua balita. Terkadang si kakak dengan kesadaran diri secara sukarela melayani dirinya sendiri, tanpa bantuan ibu. Walau terkadang hasilnya tak sempurna, namun cukup meringankan tugas ibu.
Dan itu mampu membuat saya sedikit santai dan mereda amarah yang seketika memuncak tatkala lelah dan penat menyergap. Alhamdulillah.
Itulah mengapa, saya mulai concern akan pentingnya menumbuhkan kemandirian pada anak sedini mungkin. Secara tidak langsung itu pun menumbuhkan rasa percaya diri anak, karena dengan "membiarkan" kita sedang memberi pesan padanya bahwa ayah dan ibu percaya kamu mampu melakukannya.
Percaya atau tidak, dengan treatmen seperti itu, seringkali anak menjadi lebih melesat kemampuannya. Karena ia terbiasa "berlatih" tanpa rasa takut berlebihan ketika mempelajari hal-hal baru bahkan "menantang".
Dengan menumbuhkan kemandirian sejak dini pada anak, sejatinya kita sedang membekali ananda, agar kelak ia mampu berdiri sendiri, menjalani kehidupan dengan penuh percaya diri dan berani.
Apalagi pertumbuhan jaman yang semakin "gila" membuat kita semakin was-was melepas ananda. Namun dengan terbiasa menumbuhkan kepercayaan pada ananda, kelak ia akan tegak menjadi diri sendiri, tanpa mudah terwarnai jaman yang semakin carut marut.
Tugas kita hanyalah memberikan "pondasi" yang kuat sebagai prinsip yang harus ananda genggam, kemudian memberikan kepercayaan penuh atas apapun yang ananda pilih selama masih dalam koridor, serta mengawasi dan memantau dari jauh, memberi dorongan dan bantuan secukupnya jika diperlukan, bukan sekedar memanjakan dan melayani sepanjang waktu yang menjadikan ia lemah dan selalu bergantung pada orangtua hingga ia dewasa.
*imho*
#odop_6
#komunitasonedayonepost
Komentar
Posting Komentar