Langsung ke konten utama

Tantangan Komedi

Sumber: pixabay

Ayu adalah anak perempuan lincah dan enerjik. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menjadi sorotan, karena hadirnya mampu mencairkan suasana. Apapun yang ada pada Ayu, selalu membuat orang-orang di sekelilingnya merasa gemas sekaligus penuh tawa. Tingkahnya yang lucu seringkali mengundang tawa. Ada saja hal-hal jenaka hingga memalukan yang mau tidak mau membuat kita melepas tawa.

Suatu sore, selepas bermain, ayu bersepeda menuju rumahnya. Saat melintas rumah Pak erte, yang hanya berjarak dua rumah saja sebelum rumahnya, mata ayu berbinar. Ia melihat ada buah mangga yang sudah mengkal dan matang tergeletak di jalan. Tanpa pikir panjang iapun turun dari sepeda, dan mengambilnya.
Namun ternyata tak hanya satu, ada beberapa lagi buah mangga tergeletak disana. Serta merta dengan wajah penuh seri Ayu mengambil satu demi satu mangga yang bergeletakan.
"Wow, mangganya banyak tenan, ini udah matang juga. Kalau mangga jatuh nggak apa-apa kan ya aku ambil..." bisiknya pada diri sendiri.
Sebelum beranjak menuju sepedanya, tiba-tiba terdengar suara orang berdehem.
"Ehem ehem"
Ayu menoleh ke sumber suara. 
"Ora opo-opo nduk, ambil aja, ni bapak masih punya banyak disini" teriak pak erte dari atas pohon seraya menunjuk karung yang sudah penuh terisi buah mangga.
Oalah, ternyata pak erte memang sedang memanen mangganya. Mangga yang dipungut Ayu pun bukan mangga yang tanpa sengaja jatuh, tapi memang sengaja dipetik oleh pak erte, namun belum sempat masuk karung sudah terjatuh. Apesnya, Ayu lewat dan tak menyadari itu.
"Hihihi, injih pak. Matursuwun," ucapnya kemudian sembari lekas menaiki sepedanya dengan laju, menahan malu.

Sesampainya di rumah, Ayu menggeletakkan mangga di meja.
"Apa itu nduk?" Ibu bertanya.
"Mangga, bu, dari pak erte," jawab Ayu.
"Wah, baik benar pak erte."
Ayu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Makanlah bu," lanjutnya.
"Lho, kamu ndak mau toh," tanya ibu sumringah.
"Ndak bu, aku malu iki."
Ibu menatap anak gadisnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
Ayu kemudian menceritakan kejadian barusan. Tawa ibupun meledak.
"Hahaha. Oalah, Yu...Yu... Kamu tuh ya, mbo sehari aja gak bikin malu ndak bisa po?"
"Udahlah bu, jangan meledek terus.Ayu kan gak tahu kalau pak erte ternyata ada di atas pohon. Lagian suruh siapa, di bawahnya gak ada yang jaga," ucapnya sambil cemberut.
"Hahaha..." ibu belum berhenti tertawa.
"Masih mending loh bu, Ayu cuma ambil yang tergeletak di jalan, coba tadi ayu maksa ambil juga yang ada didalam pagar rumahnya, tambah malu lah...udah gak bisa kabur nahan malu lagi Ayu, bu..."
"Yo wis. Beneran kamu gak mau mangganya?"
"Mau bu..." ucapnya malu-malu.



"Sita... Ayu... sarapan dulu nduk..." Ibu memanggil dari arah dapur.
"Iya, bu...." Ayu tiba lebih dulu di meja makan.
"Kakakmu mana, nduk?"
"Biasa bu, dandan."
"Lemes nih," Sita muncul menyusul adiknya.
"La kan emang iya, mbak Sita ini dandan teruuus..."
"Udah udah, sarapan dulu," kata ibu menengahi.
"Mbak Sita iki udah punya pacar lo bu, makanya kerjaannya dandan mulu..."
"Sok tahu nih!" sanggah Sita seraya menyendok nasi goreng dari bakul.
"Lha, emang iya kan..."
"Bawel ah!"
"Mbak Sita, wis ojo lama lama dandan, walaupun bedaknya sekilo, ya tetep toh mba Sita iku 'php' kayak bapak."
"Siapa yang php. Sotoy nih."
"Lha emang bener kan bu? Kak Sita iku mirip koyo bapak, php. Lha aku yo mirip ibu. Nih..." ucapnya sambil menunjuk hidung.
Ibu dan Sita saling tatap tak mengerti apa yang sedang Ayu katakan.
"Ayu, mbak iku ya ndak php, kapan toh aku pernah ngibuli kamu, janjiin tapi gak ditepati?" 
"Ih. Siapa juga yang bilang mbak tukang ngibul?" jawabnya cuek.
"Lah, barusan kamu toh bilang kalau aku iku php!"
"Iya, php. Bukan tukang ngibul".
"Php iku kan pemberi harapan palsu toh? Ya, bilang aku php iku artinya kowe ngatain aku tukang ngibul!" kata Sita.
"Hahaha... bukan php yang itu mbak..."
"Lantas?" 
Ayu telah menyelesaikan sarapannya. Ia berdiri menghampiri ibu, berpamitan. Sebelum beranjak keluar, ia menoleh ke arah Sita.
"Php iku Pemilik Hidung Pesek," pekik Ayu seraya segera berlari sebelum Sita keburu mengejar.
Sita yang sedang menyuap sendok terakhir nasi goreng, terbatuk, dan segera mengejar Ayu.
"Ayu!!!!!" 

#tantanganODOP5
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi

*komedi garing, maap 😅😁✌️

Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em...