Langsung ke konten utama

BINTANG JELITA

Sumber: pixabay

Kicau burung bersahutan menyambut hari baru. Seolah mereka tahu, ada gejolak rasa penuh bunga di sudut hati Jelita, selepas pertemuannya dengan Bintang malam tadi.
Udara pagi begitu segar. Jelita menghirup begitu dalam, mengisi rongga paru penuh dengan oksigen, menggantikan karbondioksida yang sudah lebih dulu singgah disana. Lega rasanya.
Pandangannya kini terpaku pada helai daun yang perlahan bergoyang ditiup angin. Lembut membelai, namun cukup kuat menggetarkan dedaunan berayun naik turun.
Begitukah rasanya perhatian yang kerap ia terima dari seorang Bintang. Sederhana, namun mampu mendebarkan jantung seorang Jelita dengan begitu laju.
Ingatannya berlompatan ke satu moment yang membuatnya yakin, Bintang adalah seseorang yang Tuhan kirimkan untuk membuat harinya selalu penuh bunga.

"Lily!" Sebuah seruan memaksa langkah Jelita terhenti. Menoleh ke arah sumber suara. Mencari, dan pandangannya terhenti pada sesosok pria necis berkaos biru yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.
Pria tersebut tergopoh menghampiri Jelita.
"Lily?" tanyanya memastikan.
"Ya. Kamu siapa?" Lily tertegun menatap pria jangkung di hadapannya. 
"Maap, kamu menjatuhkan ini," ujarnya sembari menyodorkan sehelai sapu tangan bersulam "Lily" di salah satu tepinya.
"Oh...." Lily mengambil sapu tangan.
"Terimakasih," ucapnya tulus.
"Bintang." 
"Ya...." Lily tampak bingung.
"Nama saya Bintang," ucap si jangkung sambil menyodorkan tangan kanannya menunggu dijabat.
"Eh...Jelita," jawabnya seraya menjabat tangan pria berkaca mata dengan canggung.
"Panggil saja Lily," ucapnya menambahkan.

Bintang Mahendra. Siapa sangka pria penemu sapu tangan yang tampak kikuk dan kaku itu akhirnya menjadi sahabat terbaik bagi Jelita.

Ya, Bintang mungkin bukanlah seorang pembicara yang baik, yang mampu memotivasi dengan kata-kata bijak penuh metafora. Namun, bagi Jelita, Bintang adalah motivator terbaiknya. Keberadaan Bintang yang selalu siap sedia mendengar apapun yang Jelita lontarkan,  dari hal sepele, pepesan kosong hingga masalah yang sangat rumit sekalipun, menjadikan pria bangir berkulit sawo matang itu seorang bintang di hatinya. 

Jelita si ceriwis yang selalu berisik dimanapun ia berada, tak pernah merasa terbebani akan hadirnya Bintang si kalem yang kikuk dan pendiam. Mereka seolah ditakdirkan untuk terlahir sebagai pelengkap satu sama lain, seperti halnya sepasang sepatu, jika hanya ada sebelah kiri, ia tampak tak berguna, begitupun sebaliknya. Namun saat sepasang kanan kiri bersama, mereka sangat berguna melindungi kaki dari kotoran, pecahan beling, hingga debu sekalipun. 

Jelita dan Bintang bukanlah manusia sempurna, namun kebersamaan yang menyatukan mereka menjadikan keduanya merasa sempurna. 


#komunitasonedayonepost
#odop_6
#fiksi


Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. šŸ™šŸ˜Š

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga šŸ¤² Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

[DIY] Tiga Kreasi Mainan Edukasi Berbahan Flanel

Ketika menjadi Ibu, secara otomatis kita dituntut untuk lebih kreatif demi terselenggaranya pendidikan dan pengasuhan anak yang menyenangkan.  Kita dituntut untuk cakap berinovasi, menciptakan permaianan, ataupun kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak sekaligus membuat mereka merasa nyaman dan antusias. Sebagai Ibu, tentu saja kita menginginkan yang terbaik untuk buah hati kita. Adakalanya kita yang dulunya "malas", "tidak cakap", dan cuek tetiba harus menjadi seseorang yang baru, yang menguasai apapun secara otodidak. Hanya karena tekad yang kuat, menjadikan kita teguh memperjuangkan itu semua, sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban hakiki sebagai madrasah utama bagi buah hati tercinta. Pada kesempatan kali ini, saya akan sedikit berbagi tentang apa yang bisa kita kreasikan untuk membuat media bermain yang menyenangkan sekaligus "mencerdaskan" yang bisa kita buat secara mandiri, alias DIY (Do It Yourself) . Berikut beberapa cont