Langsung ke konten utama

Es Krim

Pixabay

Siang itu Hiro diajak menemani Ibu dan Hira ke minimarket. Kata Ibu, nanti mau bikin martabak mini kesukaan Hiro. Ibu mau beli bahan-bahan untuk membuatnya. Mereka berjalan kaki menuju minimarket yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Hiro girang sekali. Berjingkrak dan berceloteh penuh semangat sepanjang jalan.
Dari rumah, Ibu terus mengingatkan Hiro dan Hira bahwa tujuan mereka ke minimarket hanya untuk membeli bahan membuat martabak. Hiro dan Hira tidak diijinkan untuk membeli apapun selainnya. Hiro dan Hira mengangguk setuju. 

Sesampainya di minimarket, Ibu mengambil keranjang belanjaan. Hiro membantu mencarikan bahan-bahan yang Ibu bacakan. Terigu, telur, susu cair, gula, margarin, meises cokelat, keju dan baking soda.
"Ibu sini. Ini disini terigunya!" seru Hiro girang karena telah menemukan terigu di rak paling belakang.
Ibu menghampiri Hiro sambil menggandeng lengan Hira.
"Ayo de Hira kita cari meisisnya" seru Hiro seraya menarik lengan Hira dan berlari mencari dimana letak meisis.
"Pelan-pelan Hiro", seru Ibu.
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah masuk keranjang belanjaan, mereka pun berjalan beriringan menuju meja kasir. Namun
sebelum tiba disana, tangan Hiro menunjuk ke arah deretan tempat es krim.
"Tidak Hiro. Ingat, kita kesini mau apa?", kata Ibu mengingatkan.
Hira yang dari tadi diam saja pun mulai terprovokasi. Ia mulai menarik-narik lengan ibu. 
"Nggak! Hiro mau es krim aja!" teriak Hiro mulai meraung.
Hira pun ikut merengek. Akhirnya mereka pun menangis bersahut-sahutan. Ibu mengelus dada. Menarik napas panjang. Mencoba menata emosi agar tak terpancing amarah.
"Hiro, Hira. Kalian kan sudah janji tadi. Gak akan beli yang lain selain bahan-bahan ini" kata ibu lembut sambil menunjuk keranjang belanjaan.
"Tidak! Mau eskrim aja!" Hiro meraung semakin kencang.
Hira pun ikut menangis merajuk.
Untung saja minimarket sedang sepi. Tidak banyak pengunjung.
Ibu berjongkok berusaha melobi keduanya. Memberi pengertian kembali. Namun Hiro dan Hira mulai tantrum. Meraung lebih kencang dan mulai menghentakkan kaki ke lantai dengan keras.
Seandainya hanya salah satu yang ikut, mungkin Ibu hanya akan secepatnya menggendong paksa anaknya, membayar belanjaan dan pulang ke rumah.
Namun dengan dua balita yang tengah tantrum, ibu kewalahan. Hanya dua pilihan, terprovokasi atau meluluh.
Perlahan ibu memejamkan mata dan menarik napas lebih panjang.
"Oke. Ibu minta kalian berhenti dulu nangisnya ya. Kita buat ulang perjanjian kita ya."
Hiro dan Hira mendelik, menatap Ibu penuh tanya. Raungan keduanya pun sedikit mereda.
"Hiro mau eskrim aja, Ibu" tukasnya dengan suara parau.
"Hira juga", rengek Hira.
"Baik. Kalau kalian maunya es krim, berarti kita batalkan saja rencana membuat martabaknya ya."
"Hira mau martabak, bu" seru Hira.
"Hira mau martabak atau es krim?"
"martabak juga, eskrim juga"
Hiro mengangguk setuju.
"Tidak bisa dua-duanya, sayang. Uang Ibu tidak cukup. Pilih salah satu. Mau es krim atau martabak?" jawab Ibu tegas.
Mereka saling berpandangan. Lalu bergantian melihat ke arah keranjang belanjaan dan tempat es krim.
"Hiro mau es krim aja Bu," Hiro berujar pelan sekali.
"Ok, kita beli dua es krim. Satu untuk Hira, satu untuk Hiro. Martabaknya kita batalkan saja",  tegas Ibu.

Setibanya di rumah, mereka berdua langsung melahap es krim dengan terburu-buru.
"Pelan-pelan Hiro." kata ibu mengingatkan.
"Iya Bu"
"Sudah cuci tangan belum? Baca doa dulu sebelum makan."
"Iya Ibu" kata Hiro dan Hira berbarengan sambil berkejaran berebut duluan ke kamar mandi.

Ibu menghampiri Hiro dan Hira yang sedang asik melahap es krim.
"Hiro, Hira."
Keduanya menatap ke arah Ibu.
"Kalian tahu tidak, ciri-ciri orang munafik?"
Mereka menggeleng.
"Salah satunya adalah ketika berjanji, mereka mengingkari. Mereka tidak memenuhi janji yang telah dibuatnya. Dan Allah tidak suka sama orang munafik. Yang suka melanggar janji."
Mereka saling berpandangan.
"Nah, supaya disayang Allah harusnya gimana ya?"
"Menepati janji ya bu?", sahut Hiro.
"Betul. Kita harus memenuhi janji. Memenuhi janji itu perbuatan baik. Allah suka dan sayang pada orang yang suka menepati janji."
"Kalian mau kan disayang sama Allah?", tanya ibu kepada Hiro dan Hira.
"Iya bu, Hiro mau disayang sama Allah."
"Hira juga bu."
Ibu tersenyum, dibelainya rambut Hiro dan Hira bergantian.
"Yuk kita berlatih lagi untuk selalu menepati janji".
"Berarti Allah gak sayang ya sama Hiro?" ucapnya sedih.
"Kenapa Hiro bilang seperti itu?"
"Tadi kan Hiro melanggar janji sama Ibu."
"Hiro, Allah itu Maha Pemaaf. Kalau kita mau memohon ampun dengan bersungguh-sungguh, pasti Allah memaafkan. Hiro gak usah sedih lagi. Yang harus Hiro lakukan sekarang adalah mohon ampun sama Allah dan berjanji tidak mengulangi kesalahan yang sama."
"Iya bu. Hiro mau menepati janji aja. Maapkan Hiro ya bu. Tadi Hiro tidak menepati janji." ucapnya penuh penyesalan.
"Mulai sekarang, yuk kita latihan lagi untuk semakin baik dalam menepati janji ya."
"Iya Bu." kata Hiro sambil memeluk ibu dengan erat.
"Hira juga, Hira juga mau dipeluk Ibu."
Ibupun merangkul keduanya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

#odop_6
#komunitasonedayonepost

Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. šŸ™šŸ˜Š

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga šŸ¤² Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

[DIY] Tiga Kreasi Mainan Edukasi Berbahan Flanel

Ketika menjadi Ibu, secara otomatis kita dituntut untuk lebih kreatif demi terselenggaranya pendidikan dan pengasuhan anak yang menyenangkan.  Kita dituntut untuk cakap berinovasi, menciptakan permaianan, ataupun kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak sekaligus membuat mereka merasa nyaman dan antusias. Sebagai Ibu, tentu saja kita menginginkan yang terbaik untuk buah hati kita. Adakalanya kita yang dulunya "malas", "tidak cakap", dan cuek tetiba harus menjadi seseorang yang baru, yang menguasai apapun secara otodidak. Hanya karena tekad yang kuat, menjadikan kita teguh memperjuangkan itu semua, sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban hakiki sebagai madrasah utama bagi buah hati tercinta. Pada kesempatan kali ini, saya akan sedikit berbagi tentang apa yang bisa kita kreasikan untuk membuat media bermain yang menyenangkan sekaligus "mencerdaskan" yang bisa kita buat secara mandiri, alias DIY (Do It Yourself) . Berikut beberapa cont