Langsung ke konten utama

COKELAT


Pixabay

Hari ini Hiro mau berkunjung ke rumah nenek. Rumah nenek cukup jauh dari rumah Hiro. Harus naik mobil. Hiro senang sekali. Hira juga.
Hira adalah adik Hiro. Balita cantik menggemaskan yang belum genap tiga tahun. Hiro sangat sayang sama Hira, walau kadang suka bikin Hira nangis juga. Soalnya, Hiro suka kesal sama ibu yang kadang lebih sayang sama Hira. Tapi itu sebenarnya hanya pemikiran Hiro saja. Ibu sayang keduanya. Sayang sama Hiro dan Hira juga. Tapi saat sedang hectic kadang ibu suka keceplosan bentak Hiro yang ikutan tantrum. Makanya Hiro suka sedih dan nyari perhatian ibu. Tapi kalau lagi santai dan Hira tidur, ibu jadi baik lagi kok sama Hiro. Gak sering marah lagi. Hiro senang. Hiro bisa memeluk ibu sepuasnya. 

Perjalanan menuju rumah nenek cukup jauh. Butuh waktu sekitar 3 jam. Lewat jalan tol. Jalan yang besar. Banyak mobil-mobil besar juga. Tapi motor gak boleh lewat sini. Kenapa ya? Hiro juga penasaran. Kata ibu sih biar gak macet. Tapi dulu pernah kok waktu lebaran, mau ke rumah nenek lewat jalan tol, tapi macet. Hiro tahu dong apa itu macet. Macet itu mobil-mobil berjejer di jalan, semuanya berhenti, dan terkadang berisik. Bunyi klakson bersahut-sahutan. Hiro gak suka macet. Tapi Hiro suka jalan tol, karena bisa lihat mobil dumptruk, mobil bus dan mobil tangki, bahkan mobil semen dan ekskavator.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka pun tiba juga di rumah nenek. Nenek menyambut kedatangan mereka dengan hangat. 
"Hallo Hiro, cucu nenek yang ganteng," nenek memeluk Hiro dengan gemas.
Hira yang melihat adegan itu ikut menghampiri nenek, ingin dipeluk juga.
"Oh, Hira mau dipeluk juga ya. Sini sayang, cucu nenek yang paling cantik" nenek berganti memeluk Hira dengan penuh sayang.
Hiro berlari menuju rumah nenek, ia melompat kegirangan. Iya, Hiro selalu suka ke rumah nenek. Karena di rumah nenek selalu ada cokelat. Nenek selalu menyiapkan cokelat untuk Hiro dan Hira ketika mereka akan berkunjung ke sana. 
Dan berkali-kali ibu mengingatkan Hiro agar makan cokelatnya tidak berlebihan, dan segera minum air putih dan berkumur setelahnya. Agar cokelat yang menempel digigi tidak berkembang menjadi kuman yang bisa membuat gigi Hiro keropos dan terasa sakit.
"Iya ibu, Hiro tahu. Hiro nanti langsung gosok gigi, biar giginya gak keropos." selalu Hiro meyakinkan ibu agar ia tetap diperbolehkan makan cokelat dari nenek.
Ibu pun tersenyum.
"Ya sudah, jangan lupa cuci tangan dan baca doa dulu sebelum makan cokelatnya ya."
"siap boss." seru Hiro jenaka.
Ibu, nenek dan ayah pun tertawa menyaksikan tingkah lucu Hiro. 
Namun Hiro sungguh sungguh mengatakan itu. Karena pada kunjungan sebelumnya, Hiro pernah abai dengan nasihat ibu, ia makan cokelat terlalu banyak, dan malas menggosok gigi, esoknya Hiro kena getahnya. Ia meringis kesakitan. Giginya sakit. Dan ia pun jadi gak bisa makan dengan baik. Berhari hari Hiro kesakitan dan rasanya tidak enak sama sekali. Hiro kapok. Ia berjanji dalam hati, tidak akan makan cokelat berlebihan lagi dan rajin menggosok gigi.
Sejak saat itu, Hiro selalu menuruti kata kata ibu. Karena Hiro tahu ibu sangat sayang padanya, dan apa yang ibu bilang adalah untuk kebaikan Hiro. Dan Hiro pun sangat sayang sama ibu. Sama ayah juga, Hira juga, nenek juga, kakek juga, pokonya semuanya deh yang sayang sama Hiro, Hiro juga menyayangi mereka dengan tulus. 

#odop_6
#komunitasonedayonepost

Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em...