Langsung ke konten utama

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi


Pict: Pixabay
Bismillahirrohmaanirrohiim...

Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi.
Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet

Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups

Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki. 

Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🀲

Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mungkin karena saya tidak jago jualan juga ya. 🀭

Jadi ya, bukunya hanya untuk koleksi pribadi, dan sebagian saya bagikan, sesuai kemampuan isi dompet saya. 😁

Wah sudah pede bikin buku, tulisannya pasti bagus ya?!? 

Oh, no! Ikut even nulis buku ini, bukan karena saya merasa jago, tetapi lebih kepada "mempertahankan" eksistensi diri, mungkin ya.

Apa yang bisa saya berdayakan dalam rangka mempertanggungjawabkan potensi yang telah Allah anugerahkan?

Setidaknya saya berusaha tidak menyia-nyiakan potensi yang sudah Allah instal pada diri saya, sambil terus belajar, tentu saja.

Saya mencoba untuk terus berlatih menulis dengan baik dan benar. Walaupun tulisannya mungkin belum bisa dinikmati oleh khalayak ramai, karena keterbatasan ilmu dan jam terbang.

Namun, proses ini pun bagian dari ikhtiar saya untuk "membeli" jam terbang tersebut.

Saya sadar diri, kapasitas ilmu saya belum memadai. Maka, saya hanya mencoba menulis apa yang 'dekat' dengan diri saya.

Kadangkala, menuliskan pengalaman sendiri akan terasa lebih mengalir, dibanding menuliskan hal-hal yang tidak sama sekali kita kuasai.

Walaupun mungkin, di jaman digital ini, informasi apapun bisa kita akses dengan mudah. Namun, 'rasa' yang tercipta dari tulisan yang memang 'gue banget' akan tampil lebih 'kental' dan sampai ke hati.

Dari sekian banyak buku antologi yang saya ikuti, sebagian besar adalah bertema 'anak'. Entah cerita anak, ensiklopedia anak, atau bahkan tentang segala hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak, sebut saja: 

  • Sekantong  Kisah untuk Si Penyejuk Hati, berisi penglaman para ibu dalam membersamai putra putrinya lewat media bercerita.

  • Dunia Bermain Anakku, berisi tentang kiat-kiat mengisi waktu berkualitas dengan Ananda, lewat media bermain. Entah membuat mainan bersama, melakukan eksperimen sederhana hingga membaca buku bersama. Bahkan disertai dengan cara dan gambar dokumentasi serta bonus lembar aktivitas dalam halaman berwarna.

Dua di atas, bukunya sudah dalam dekapan.

Berikutnya buku yang masih dalam tahap Pre Order dan tahap cetak:

  • Petualangan Tak Terduga, berisi tentang informasi terkait hewan malam, semacam ensiklopedia yang disajikan dalam bentuk kisah seru, haru dan penuh hikmah. Bukan sekedar cerita, namun ada pelajaran yang bisa kita petik setelah membacanya. Ada kisah Lala si Lipan, ada kisah kunang-kunang, dan masih banyak lagi.

  • Buku Klasik, buku ini berisi tentang tulisan fiksi kami, para ODOPers batch 6, selama dalam masa 'pendidikan'. Dari beragam kisah dan penuturan yang tertulis dalam buku ini, bisa semakin memperkaya khasanah keliterasian kita. Dari ketidaksempurnaannya, kita bisa memetik pelajaran. Dari kisah dalam buku ini, kita bisa belajar tentang ragam genre dalam dunia fiksi. Ternyata, banyak sekali jenis tulisan fiksi ini. Entah fantasi, songlit, dan sebagainya.

Biarlah buku-buku ini menjadi saksi proses perjalanan saya untuk "membayar" segala karunia yang telah Allah titipkan, agar bisa memberikan manfaat semampu saya.

Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Beberapa antologi sudah bisa saya dekap dalam pelukan. Namun ada juga yang masih dalam proses pra cetak.

Dan ... kabar  tekini semakin melengkapi kebahagiaan saya, rupanya antologi terbaru sudah launching juga, siap untuk Pre Order, yeay ... 😍πŸ₯°



Buku ini berjudul  Mamaku (kayak) Bukan Monster

Buku ini berisi tentang perjalanan para Ibu dalam mengelola amarah saat menghadapi ulah para Ananda yang cukup menguras emosi.

Menulis kisah yang satu ini benar-benar mengajarkan saya tentang manajemen marah. Ya, setelah menulis kisah dalam buku ini, saya berasa ditampar. 

Kemana saja saya selama ini? Apakah saat marah tidak pernah terbersit dalam benak saya, bagaimana perasaan Ananda dalam situasi seperti itu?

Setelah menulis naskah untuk buku ini, saya pun semakin menyadari, bahwa mungkin saja, disebalik ulah mereka, ada rasa yang tak mampu terungkap lewat kata. Maka 'tingkah' mereka menjadi jawabannya. 

Tugas kita adalah, berupaya menerjemahkan perilaku tersebut secara tepat. Lewat empati dan penerimaan utuh. Lewat kesabaran dan keikhlasan. Lewat kucuran kasih dan cinta tanpa batas.

Maka buku ini, semoga bisa menjadi 'sahabat' para ibu dalam membersamai buah hati. Setidaknya, ketika amarah kembali meradang, kisah dalam buku ini bisa merekonstruksi 'hati yang luka' menjadi semakin penuh cinta.

Salam literasi. πŸ‘†✋

#ODOPbersamaEstrilook
#Day6


Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. πŸ™πŸ˜Š

Komentar

  1. Semangat berkarya, itu yang membuat awal saya pengen belajar menulis juga ka, tetapi terkadang untuk memulai sesuatu butuh proses yang panjang. Beruntung bertemu dengan temen-temen di odop yang selalu memacu untuk terus menulis dan menemukan ide-ide segar. Ide tersebut buat saya pun masih sebatas bumbu penyemangat untuk menulis, adapun hasilnya, mengalir begitu saja masih perlu tambal sana sini hahaha. .. Tulisan kaka diatas, menhub pita suara saya untuk membaca buku. . Makasih ya, semoga saya juga bisa punya koleksi antologi nya nih. .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat ya. Mulai aja dulu, insyaAllah, pasti ada jalannya. Terkadang dari arah yang tidak kita duga. Yang penting terus bergerak, jangan berhenti meraih mimpi. Semoga karya antologi bahkan buku Solonya bisa segera dalam pelukan....πŸ₯°πŸ’ͺ

      Hapus
  2. Ah pengen punya karya yg bisa dibukukan juga... Tapi masih awam banget nulis2 ini...

    Bagi tipsnya dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kuncinya hanya terus bergerak, menulis menulis menulis!
      Ikut komunitas menulis pun ok, banyak info kepenenulisan yang bisa kita ikuti. Salah satunya ODOP ini.
      Insya Allah akan banyak pintu yang dibukakan menuju titik impian.
      Manfaatkan kesempatan di ODOP ini dengan baik. Tetap semangat dan konsisten menulis hingga lulus ya... Semangatz! πŸ’ͺπŸ₯°

      Hapus
  3. Alhamdulillah... Jadi termotivasi untuk terus berkarya

    BalasHapus
  4. Wah, senang sekali ya, tahun ini panen karya antologi. Semoga next time bisa melaunching buku solonya :)

    BalasHapus
  5. sebelum ke buku-bukunya, aku suka dengan narasi-narasi kakak menyampaikan tulisan ini apalagi dipernyataan "Apa yang bisa saya berdayakan dalam rangka mempertanggungjawabkan potensi yang telah Allah anugerahkan?" hoaaalaaah, ini keren banget.

    dan ternyata buku-buku yang disematkan di atas menjadi bukti bahwa kakak ini memang luar biasa. Jujur saya tertarik dengan buku-buku yang ada, terlebih mungkin karena saya juga mempunyai ananda yang baru 2 bulan, bisa melihat dan merasakan setiap tulisan dalam buku-buku itu sepertinya akan sangat membantu saya dan istri, khususnya dalam mengasih ananda.

    tapi ternyata keuangan kita belum teranggarkan untuk buku baru, hehe. kemarin baru belanja beberapa buku di IBF Bogor.

    Lanjutkan Kakak, ceritanya menginspirasi

    BalasHapus
  6. mangat terus ya Nel, lanjooot... :D
    .
    .
    .
    Arsilogi.id

    BalasHapus
  7. Wah Masya Allah antologinya kerennnn ������❤❤❤

    Bikin antologi itu memang bikin pengen kekepin dompet ��

    BalasHapus
  8. Semoga kelak saya bisa menyusul 😌😌😌 sukses kakak dgn karya2 nya

    BalasHapus
  9. Wow keren, smoga bisa ikutan menyusul..
    Betul banget, saya suka nulis tujuannya ingin berbagi juga ditujukan utk diri sendiri

    BalasHapus
  10. Cita-citaku, semoga saya juga bisa berkarya seperti mbak. Aamiin. Memanfaatkan potensi ya Allah berikanπŸ˜ƒ

    Btw, cover bukunya lucu-lucu.

    BalasHapus
  11. Masyaa Allah, barakallah Mba Lee dan keluarga, semoga istikamah dalam menebar manfaat melalui karyanya 😍😍😍

    BalasHapus
  12. Masyaallah Ndan Lee... Memantik semangat sy ini... Allahu yubarik fiik Ndan....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Resep Praktis Membuat Ebi Furai

Alhamdulillah , masa-masa krisis pada proses penyapihan telah usai. Setelah sekitar semingguan dibikin cemas, sedih sekaligus galau karena anak gadis kelihatan semakin layu setiap hari akibat sakit dalam masa penyapihan, kini ibu bisa bernapas lega. Setelah keluar dari badai kegalauan, akhirnya masa 'panen' pun tiba. Kini ibu bisa dengan tenang mengantar anak gadis tidur siang dan malam tanpa rengekan. Kalau sudah terlihat terkantuk-kantuk, cukup diboyong ke tempat tidur, dengan sedikit diayun-ayun dulu sebentar dalam gendongan, dan kemudian anak gadis pun segera terlelap dengan nyaman.  Masya Allah, tabarakallah. Nah, selepas masa 'mogok' makan berakhir, terbitlah masa mulai doyan makan.  Kebetulan duo krucil ini lagi gemar sekali makan udang balut tepung roti, alias ebi furai.  Jadi, ibu manfaatkan saja peluang ini sebelum mood makan mereka kembali surut. Paling tidak, seminggu tiga kali mungkin ya ibu bergulat dengan perudangan akhir-