Langsung ke konten utama

Mengenalkan Enam Emosi Dasar pada Ananda



Anak berlatih merasa kecewa, bukan untuk mengingat rasa kecewa itu hingga dewasa, tetapi mengingat how to ketika merasa kecewa. Sehingga ketika menghadapi kekecewaan, kelak ia bisa lebih survive dan mengantisipasinya dengan benar. 

Sesekali anak butuh latihan kecewa. Untuk belajar bagaimana cara mengatasi kekecewaan itu dengan langkah yang tepat dan bijak. 

Tidak melulu menuruti keinginannya. Tidak selalu melayani kebutuhannya. Tidak terus menerus memanjakannya. Namun, tidak pula terlalu membatasi 'ruang geraknya'. 

Adakalanya anak harus belajar bagaimana rasa kecewa agar kelak bisa merespon rasa kecewa dengan lebih bijaksana. Agar kelak bisa mengelola emosi dengan lebih baik. Belajar untuk menerima kecewa sebagai bagian dari kehidupan yang memang kadangkala harus kita tempuhi. Sesuatu yang wajar saja sesekali kita alami. Sehingga nantinya mereka tidak kaget lagi jika kelak mendapati giliran menerima kekecewaan. Cukup mengahadapinya dengan selow. Tidak mudah terpuruk. Tidak mudah menyerah. Tidak langsung galau. Tidak malah menyalahkan orang lain atau keadaan, bahkan sampai menghujat Tuhan.

Ya, mengenalkan anak dengan emosi itu bagian dari pengasuhan. Ketika ia mengenal emosi dengan baik dan benar, maka ia pun akan bisa memperlakukan setiap emosi dengan 'treatment' yang benar. 

Jika ia merasa marah, misalnya, perkenalkan itu sebagai perasaan marah, berikan gambaran seperti apa rasa marah itu, pahami perasaannya, beri empati, kemudian bekali ia dengan kebijaksanaan, apa yang perlu ia lakukan ketika ia merasa marah.

Ingat ya, bedakan emosi dan marah. Emosi merupakan perasaan, suasana hati, sedangkan marah merupakan bagian dari emosi. Namun emosi, tidak melulu berarti negatif. Karena setiap diri kita memiliki enam emosi dasar yang menjadi penggerak dan penentu langkah atau sikap apa yang kelak kita pilih sebagai respon dari setiap peristiwa.

Nah, apa saja sih enam emosi dasar yang harus kita kenalkan pada Ananda?

Bahagia

Seperti telah kita bahas, bahwa emosi tidak melulu berarti hal yang tidak menyenangkan.
Bahagia merupakan salah satu emosi dasar yang ada pada setiap manusia. Dimana emosi bahagia digambarkan sebagai sesuatu yang menyenangkan, membuat hari terasa indah, yang biasanya kita ekspresikan dengan senyuman, wajah ceria, dan gerik tubuh yang santai dan penuh semangat.

Sedih

Rasa sedih merupakan salah satu emosi negatif, yang ditandai dengan rasa tidak nyaman dalam hati. Rasa sedih ini bisa bertransformasi menjadi rasa kecewa hingga putus asa.
Biasanya, ketika sedih, kita mengekspresikannya dengan tangisan, wajah yang muram, gerik tubuh yang lesu dan tidak bersemangat.

Takut

Rasa takut merupakan emosi negatif. Saat rasa ini muncul, biasanya tubuh kita akan merespon dengan cepat: jantung berdetak lebih kencang, berkeringat, mata melotot, otot menegang, napas lebih cepat, tubuh menggigil, suara bergetar, namun sekaligus menstimulasi pikiran menjadi semakin waspada.

Jijik

Ketika kita merasa jijik, biasanya timbul rasa mual dan ingin muntah. Rasa jijik biasanya kita ekspresikan dengan menyipitkan mata, menekuk bibir ke atas, dan mengerutkan hidung.
Perasaan jijik akan muncul ketika kita melihat sesuatu yang jorok, kotor, menggelikan, atau mencium bau yang tidak sedap, juga dengan menyentuh sesuatu yang lengket, dsb.

Marah

Ketika marah, umumnya kita akan mengekspresikan emosi itu dengan berteriak, mata melotot, otot wajah menegang, dan gerakan tubuh yang kasar dan penuh hentakan.
Marah merupakan ekspresi negatif. Namun jika kita tidak mengeluarkan emosi tersebut, hanya menyimpan hingga mengendap lama, justru suatu saat ia akan keluar dengan wujud yang lebih besar, serupa bom wakru yang siap meledak.
Maka, jangan pernah mengesampingkan emosi marah, termasuk pada ananda. Jika ia merasa marah, biarkan ia mengeluarkan emosi negatif tersebut, kemudian setelah mereda, beri pengertian bagaimana mengelola emosi marah tersebut agar tidak justru merugikan diri dan orang lain.

Kaget

Emosi dasar betikutnya adalah kaget. Ekspresi rasa kaget biasanya kita gambarkan dengan wajah melongok, mengelus dada, berteriak, mulut menganga. Sebagai respon dari rasa kaget biasanya kita akan spontan melompat, atau berlari menjauh, menutup mulut, menutup wajah bahkan histeris.

Nah, keenam emosi dasar ini sangat penting dalam proses pengasuhan. Karena, tanpa kita sadari, kehadiran enam emosi ini justru bisa melatihakan respon alami tubuh dan pikiran kita ketika mengahadapi ancaman, bahaya, menimbulkan reaksi positif yang justru semakin meningkatkan kemampuan kita dalam berinteraksi dan bertahan dalam lingkungan, dalam kehidupan.

Misalnya, dari rasa takut, jika kita bisa merespon dan mengendalikannya dengan tepat, bisa memunculkan keberanian, kewaspadaan, ketelitian, dan sebagainya.

Maka ketika ananda merasakan keenam emosi dasar tersebut, jangan menghalanginya untuk mengekspresikan dan mengeluarkan emosi tersebut, namun tugas kita adalah memandu bagaimana mengelola emosi tersebut sehingga bisa kita optimalkan kemanfaatannya, bukan justru menjadi penghambat dan merugikan diri dan orang lain.

Wallahu a'lam bishawab 

*pict by pixabay

#nonfiksiOdop
#Day12

Terima kasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

  1. benar mbak..belajar mengekspresikan emosi itu pun tak mudah..

    BalasHapus
  2. Emm. Kak Lia bagus nih tulisannya. aku jadi dapat pencerahan untuk mengenalkan emosi ke Anakku.

    masih penasaran dengan "cara" mengenalkan emosi pada Ananda dengan contoh dan praktik. hikhiks.

    terus kapan sekiranya kita bisa mengajarkan itu.
    mungkin saat Ananda 5-6 Tahun? atau

    BalasHapus
  3. Tulisan yang informatif bagi para orangtua

    BalasHapus
  4. Informatif banget mbaaa. Terimakasih tulisannya

    BalasHapus
  5. mengajari mengontrol emosi ini yang masih susah, karena ketika dia menangis, aq jadi marahin si kecil, hiks,
    harus sabar, sabar, jadi orang tua

    BalasHapus
  6. Bener banget mba, anak memang juga harus belajar menghadapi kekecewaan agar nantinya tidak manja

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta