Anak berlatih merasa kecewa, bukan untuk mengingat rasa kecewa itu hingga dewasa, tetapi mengingat how to ketika merasa kecewa. Sehingga ketika menghadapi kekecewaan, kelak ia bisa lebih survive dan mengantisipasinya dengan benar.
Sesekali anak butuh latihan kecewa. Untuk belajar bagaimana cara mengatasi kekecewaan itu dengan langkah yang tepat dan bijak.
Tidak melulu menuruti keinginannya. Tidak selalu melayani kebutuhannya. Tidak terus menerus memanjakannya. Namun, tidak pula terlalu membatasi 'ruang geraknya'.
Adakalanya anak harus belajar bagaimana rasa kecewa agar kelak bisa merespon rasa kecewa dengan lebih bijaksana. Agar kelak bisa mengelola emosi dengan lebih baik. Belajar untuk menerima kecewa sebagai bagian dari kehidupan yang memang kadangkala harus kita tempuhi. Sesuatu yang wajar saja sesekali kita alami. Sehingga nantinya mereka tidak kaget lagi jika kelak mendapati giliran menerima kekecewaan. Cukup mengahadapinya dengan selow. Tidak mudah terpuruk. Tidak mudah menyerah. Tidak langsung galau. Tidak malah menyalahkan orang lain atau keadaan, bahkan sampai menghujat Tuhan.
Ya, mengenalkan anak dengan emosi itu bagian dari pengasuhan. Ketika ia mengenal emosi dengan baik dan benar, maka ia pun akan bisa memperlakukan setiap emosi dengan 'treatment' yang benar.
Jika ia merasa marah, misalnya, perkenalkan itu sebagai perasaan marah, berikan gambaran seperti apa rasa marah itu, pahami perasaannya, beri empati, kemudian bekali ia dengan kebijaksanaan, apa yang perlu ia lakukan ketika ia merasa marah.
Ingat ya, bedakan emosi dan marah. Emosi merupakan perasaan, suasana hati, sedangkan marah merupakan bagian dari emosi. Namun emosi, tidak melulu berarti negatif. Karena setiap diri kita memiliki enam emosi dasar yang menjadi penggerak dan penentu langkah atau sikap apa yang kelak kita pilih sebagai respon dari setiap peristiwa.
Nah, apa saja sih enam emosi dasar yang harus kita kenalkan pada Ananda?
Bahagia
Seperti telah kita bahas, bahwa emosi tidak melulu berarti hal yang tidak menyenangkan.
Bahagia merupakan salah satu emosi dasar yang ada pada setiap manusia. Dimana emosi bahagia digambarkan sebagai sesuatu yang menyenangkan, membuat hari terasa indah, yang biasanya kita ekspresikan dengan senyuman, wajah ceria, dan gerik tubuh yang santai dan penuh semangat.
Sedih
Rasa sedih merupakan salah satu emosi negatif, yang ditandai dengan rasa tidak nyaman dalam hati. Rasa sedih ini bisa bertransformasi menjadi rasa kecewa hingga putus asa.
Biasanya, ketika sedih, kita mengekspresikannya dengan tangisan, wajah yang muram, gerik tubuh yang lesu dan tidak bersemangat.
Takut
Rasa takut merupakan emosi negatif. Saat rasa ini muncul, biasanya tubuh kita akan merespon dengan cepat: jantung berdetak lebih kencang, berkeringat, mata melotot, otot menegang, napas lebih cepat, tubuh menggigil, suara bergetar, namun sekaligus menstimulasi pikiran menjadi semakin waspada.
Jijik
Ketika kita merasa jijik, biasanya timbul rasa mual dan ingin muntah. Rasa jijik biasanya kita ekspresikan dengan menyipitkan mata, menekuk bibir ke atas, dan mengerutkan hidung.
Perasaan jijik akan muncul ketika kita melihat sesuatu yang jorok, kotor, menggelikan, atau mencium bau yang tidak sedap, juga dengan menyentuh sesuatu yang lengket, dsb.
Marah
Ketika marah, umumnya kita akan mengekspresikan emosi itu dengan berteriak, mata melotot, otot wajah menegang, dan gerakan tubuh yang kasar dan penuh hentakan.
Marah merupakan ekspresi negatif. Namun jika kita tidak mengeluarkan emosi tersebut, hanya menyimpan hingga mengendap lama, justru suatu saat ia akan keluar dengan wujud yang lebih besar, serupa bom wakru yang siap meledak.
Maka, jangan pernah mengesampingkan emosi marah, termasuk pada ananda. Jika ia merasa marah, biarkan ia mengeluarkan emosi negatif tersebut, kemudian setelah mereda, beri pengertian bagaimana mengelola emosi marah tersebut agar tidak justru merugikan diri dan orang lain.
Kaget
Emosi dasar betikutnya adalah kaget. Ekspresi rasa kaget biasanya kita gambarkan dengan wajah melongok, mengelus dada, berteriak, mulut menganga. Sebagai respon dari rasa kaget biasanya kita akan spontan melompat, atau berlari menjauh, menutup mulut, menutup wajah bahkan histeris.
Nah, keenam emosi dasar ini sangat penting dalam proses pengasuhan. Karena, tanpa kita sadari, kehadiran enam emosi ini justru bisa melatihakan respon alami tubuh dan pikiran kita ketika mengahadapi ancaman, bahaya, menimbulkan reaksi positif yang justru semakin meningkatkan kemampuan kita dalam berinteraksi dan bertahan dalam lingkungan, dalam kehidupan.
Misalnya, dari rasa takut, jika kita bisa merespon dan mengendalikannya dengan tepat, bisa memunculkan keberanian, kewaspadaan, ketelitian, dan sebagainya.
Maka ketika ananda merasakan keenam emosi dasar tersebut, jangan menghalanginya untuk mengekspresikan dan mengeluarkan emosi tersebut, namun tugas kita adalah memandu bagaimana mengelola emosi tersebut sehingga bisa kita optimalkan kemanfaatannya, bukan justru menjadi penghambat dan merugikan diri dan orang lain.
Wallahu a'lam bishawab
*pict by pixabay
#nonfiksiOdop
#Day12
benar mbak..belajar mengekspresikan emosi itu pun tak mudah..
BalasHapusBagus kk🙂
BalasHapusEmm. Kak Lia bagus nih tulisannya. aku jadi dapat pencerahan untuk mengenalkan emosi ke Anakku.
BalasHapusmasih penasaran dengan "cara" mengenalkan emosi pada Ananda dengan contoh dan praktik. hikhiks.
terus kapan sekiranya kita bisa mengajarkan itu.
mungkin saat Ananda 5-6 Tahun? atau
Tulisan yang informatif bagi para orangtua
BalasHapusInformatif banget mbaaa. Terimakasih tulisannya
BalasHapusmengajari mengontrol emosi ini yang masih susah, karena ketika dia menangis, aq jadi marahin si kecil, hiks,
BalasHapusharus sabar, sabar, jadi orang tua
duhhh bekallll bekallll
BalasHapusBener banget mba, anak memang juga harus belajar menghadapi kekecewaan agar nantinya tidak manja
BalasHapus