Langsung ke konten utama

Resume Tanya Jawab Kulwapp Kreatif Bermakna Tips Bermain Anak Usia Dini


Pada postingan sebelumnya, saya sudah sampaikan resume materi dari Kulwapp Kreatif Bermakna Tips Bermain Anak Usia Dini yang diselenggarakan oleh Kursusku.id.

Nah, kali ini, akan saya sajikan resume tanya jawab dari kulwapp tersebut.

Ada 20 pertanyaan yang telah disampaikan kepada pemateri.

Berikut rangkumannya, selamat belajar. 🙏



Tanya:  Kak contoh permainan untuk anak usia >1th gimana ya?

Jawab:
Anak usia 1 tahun setahu yang saya pahami, pada usia ini anak sedang belajar untuk mengenali diri, mengenali orang terdekat, memahami bahwa dirinya adalah suatu objek hidup. Hal yang bisa dijadikan stimulasi diantaranya: permainan yang berhubungan dengan gravitasi, contohnya ayunan untuk bayi, belajar berjalan dengan lebih sering/ bisa diajak jalan-jalan keliling rumah/ komplek, diajak ngobrol/ bercerita/ dibacakan buku cerita. Di tahap ini juga anak sudah memasuki fase MPASI, untuk menghindari adanya picky eater bunda bisa menyiasatinya dengan cara mengenalkan ia pada berbagai macam makanan sehat, ajarkan ia memegangnya/ melakukannya sendiri. Selain itu permainan motorik halus sangat dianjurkan untuk melatih indra sentuhannya (tactile). Contohnya,  memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain, main jelly-jellyan, dsb.

Bunda bisa cek ragam aktivitas juga di website "pinterest.com", tinggal di klik saja keywordnya, insyaaAllah disana ada banyak beragam kegiatan yang bisa dimodifikasi disesuaikan dengan umurnya.

Tanya: Sampai usia berapa seorang anak masih disebut wajar lebih suka bermain daripada melakukan tugas yang lain?

Jawab:
Mohon maaf, Saya belum terlalu paham soal ini. Maksud dari tugas yang lain pun belum terlalu jelas. Namun jika dikaitkan dengan "tugas yang lain" adalah kemandirian anak, sedari kecil anak sudah bisa diajarkan soal kemandirian. Bahkan Rasulullah pun menganjurkan untuk menyusui anak sampai usia 2 th, ini juga merupakan salah satu bagian dari mengajarkan kemandirian.

Jika disebut wajar atau tidaknya, sepemahaman saya saat ini bisa dikatakan wajar itu sampai kisaran usia 8-9th. Namun ini tentunya dengan syarat, apabila di 7 tahun pertamanya ia mendapatkan/ mengalami stimulasi yang tepat dan sesuai.

Untuk ini saya hanya bisa menyarankan, semangat ya mom, jika permainan yang dilakukan justru bermakna dan ia banyak mengambil pelajaran didalamnya. InsyaaAllah tugas yang lain akan lebih mudah ia lakukan.


Tanya: Untuk seorang ibu yang bekerja, bagaimana cara bermain dengan anak agar efektif? Bagaimana jika membiarkan anak main sendiri di playroom sedangkan saya memperhatikan sambil bekerja?

Jawab:
Untuk soal ini, dikarenakan saya belum menikah, saya jawab berdasarkan pengamatan saya dari beberapa orang yang bekerja kemudian memiliki anak ya mam.

Cara agar efektif:
  1. Tentukan waktu bermain khusus bersama dengan bunda. Misal: pukul 9- 11 pagi bermain khusus dengan bunda. Membuat jadwal akan membuat permainan lebih berkualitas karena kedua belah pihak telah bersepakat untuk bermain bersama.
  2. Hadir penuh. Ketika bermain usahakan hanya fokus kepada anak dan objek permainan.
  3. Pilih permainan secara demokratis. Tidak mendikte, namun disepakati bersama. Bisa dengan kata-kata, "Kita main apa ya sekarang? Gimana kalau main drama boneka?". Dan sebagainya.

Tanya: Anak saya mudah sekali bosan, seringkali saya kehabisan ide. Bagaimana mengatasi ini ya kak Kimel?

Jawab:
Semangat bunda!! Saya pun sama, tak selalu permainan yang saya rencanakan itu "berhasil" dan membuat anak suka.

Ketika sudah seperti itu hal yang biasa saya lakukan:
  1. Mengevaluasi permainan
  2. Mengevaluasi cara menyampaikan
  3. Mengajak anak untuk berdiskusi/ berimajinasi permainan yang ia sukai
  4. Mencari sumber/ contoh permainan. Bisa bunda searching, ada banyak sekali jenis permainan yang bisa kita dapatkan di platform-platform online maupun buku cetak.
  5. Sederhanakan istilah "bermain". Sesederhana membantu bunda memasak, memotong sayuran dengan tangannya, mencuci tempe dsb. Itu sangat bisa dijadikan permainan 😊

Tanya: Bagaimana cara bermain yang SERU dengan anak usia 2-3 tahun yang sering tantrum berebut mainan?

Jawab:
MaasyaAllah ya mam. Memang menghadapi anak yang tantrum itu tidak mudah. Pernah suatu ketika anak didik saya ada yang tantrum, 3 orang sekaligus dalam satu waktu. Disini kita sangat diuji mengenai mental dan kedewasaan seorang orang dewasa.

Hal yang pernah saya dapatkan dan juga lakukan tentunya terkadang tidak selalu berjalan mulus.

Namun pada prinsipnya, ketika anak tantrum ada beberapa hal yang perlu bunda ketahui, di antaranya:
  1. Bunda tidak ikut-ikutan tantrum (tiba-tiba marah, melotot/ memasang wajah kesal pada anak, atau bahkan melukai secara fisik dan psikis, ini sangat tidak dianjurkan).
  2. Be Calm. Tetap tenang, jika memang diperlukan untuk pergi sebentar untuk menenangkan diri itu bisa jadi lebih baik agar menghindari ibu yang ikut tantrum.
  3. Pahami bahwa anak sedang belajar "mengenali dan mengendalikan emosinya." Maka yang perlu dilakukan adalah "sikap yang bijak dari orang tua."
  4. Jika berebut perlu digali dan dicari tahu, "siapa orang pertama yg memiliki/ memakai barang tsb". Ajarkan anak untuk menghadapi yang ia lakukan, ketika ia merebut barang milik temannya/ saudaranya tanpa izin, ajarkan pdanya untuk meminta izin/ bicara dengan baik-baik baru meminta izin. Jangan dihindarkan/ diiming-imingi mainan lain, cobalah menjadi fasilitator bagi anak untuk menyelesaikan masalahnya.

Tanya: Bagaimana caranya menghadapi insecure fasil agar maksimal dalam mengajar?

Jawab:
Hal yang selalu saya ingat salah satunya nasihat dari Aa Gym, yaitu 3A.
Aku aman bagimu.
Aku menyenangkan bagimu.
Aku bermanfaat bagimu.

Coba saja ini yang diingat. InsyaaAllah teh, sesuatu yang datang dari hati akan sampai kepada hati pula.

Perihal orangtua yang melihat memang ini tak jarang membuat saya juga kurang nyaman. Tapi jika kita yakin bahwa apa yg kita ajarkan itu sebuah kebenaran, lalu mengapa kita harus mendengar apa kata orang? Orang tua insyaaAllah akan memahami dan mengerti apa yang gurunya lakukan jika gurunya pun paham dan meyakini apa yg dilakukannya. InsyaaAllah.


Tanya: Adakah maksimal/ minimal durasi bermain?

Jawab:
Setahu saya belum ada. Namun prinsipnya, apa yang menjadi kewajiban tetap harus dilakukan walaupun permainan belum selesai.
Contohnya: masuk waktu sholat ya harus sholat, sudah waktunya tidur, waktunya mandi/ makan, dsb.

Agar sama-sama enak dan anak bisa menerima, saran saya sebelum memulai permainan tentukan dulu durasi mainnya berapa lama.


Tanya: Bagaimana cara kita bisa tahu dengan tepat berbagai permainan yang kita ajukan ke anak, bisa sesuai dgn kondisi anak, misal usia?

Jawab:
Ada guiding-nya bunda. Bunda bisa coba cek dan download STTPA Anak, atau kepanjangan dari Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak. Di sana terdapat 6 aspek minimal yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.

Setahu saya kalau di Puskesmas ada bulan posyandu, disana bisa di cek perihal perkembangan kesehatan (BB, TB, LP) juga konsultasi gizi.

Untuk lebih lanjutnya bunda bisa konsultasi dengan dokter tumbuh kembang anak.


Tanya: Bagaimana caranya memfasilitasi anak bermain untuk anak yg sedang aktif-aktifnya? Agar tetap aman dan seru.

Jawab:
Pahamkan pada anak mengenai permainan yg aman/ tidak aman, berbahaya/ tidak berbahaya. Tetap awasi dan yakini anak kita bisa dipercaya.

Minimalisir juga tempat-tempat/ lokasi yang mengundang kejadian berbahaya jika anak-anak main di tempat tsb. Misal: keramik yg terbuka, ujung lemari yg runcing, area tangga, dsb.


Tanya: Bagaimana jika membiarkan anak bermain HP misal nonton youtube?

Jawab:
Zaman sekarang memang tidak bisa dipungkiri lagi ya bunda mengenai keberadaan gadget ini. Kalau saya dikembalikan ke prinsipnya: jika membantu perkembangan tumbuh kembang anak diperbolehkan dan jika ada esensi/ manfaat yang diambil.

Semoga artikel ini bisa menjawab ya bun.



Tanya: Bagaimana cara mengajak 2-3 anak bermain bersamaan? Karena pasti masing-masing punya karakter yang berbeda tetapi saya ingin membersamai keduanya.

Jawab:
Untuk ini pasti tidak mudah ya bun. Bunda bisa menyiasatinya dgn memberikan masing-masing kegiatan bermain. Bisa hal yang sama atau yang berbeda sesuai dengan usianya. Hal yang perlu di-sounding ke anak mungkin "jika terjadi rebutan", pada prinsipnya tetap dipahamkan mengenai kepemilikan barang tsb dan diajarkan untuk meminta baik-baik, tidak dengan cara merebut. Jika adik-kakak bisa juga mengajak kakaknya untuk mengajari adiknya. Sehingga permainan pun tetap bisa dilakukan bersama dengan suka cita.


Tanya: Bagaimana cara menstimulasi sensori motorik untuk anak usia 1th

Jawab:
Bunda ini jawabannya cukup panjang. Saya kirimkan penjelasan lengkapnya dari artikel yang dipilih ya bun.



Tanya: Bagaimana kalau saya sebagai seorang ibu tidak memiliki kemampuan "yang asik dan seru" untuk bermain bersama anak-anak?

Jawab:
Pada fitrahnya, Allah telah memberikan kemampuan kepada setiap orangtua untuk mendidik anaknya. Salah satu contohnya adalah orangtua kita. Zaman dahulu akses informasi mengenai mendidik anak belum sedetail zaman sekarang, namun nyatanya beliau2 sanggup dan bisa mendidik putra putrinya. Saya belum merasakan secara langsung ya bun bagaimana menjadi seorang ibu yang memiliki anak biologis. Jawaban dari saya mungkin lebih pada penekanan bahwa "bunda harus yakin bahwa bunda bisa". Allah telah memberikan keistimewaan pada bunda untuk mendidik dengan segala karakter dan kemampuan yang telah Allah berikan pada bunda.

Untuk cara agar asyik dan seru ini hanya dari pandangan dan pengalaman saya saja. Sebetulnya ada banyak banyak sekali cara/ teknik agar bermain bisa menarik bagi anak. Tak harus menjadi seperti saya, tetap jadilah seperti diri bunda seutuhnya yang tentunya tak patah semangat dalam belajar untuk membersamai dan mendidik putra putri bunda.

Bismillah ya bun


Tanya: Bagaimana jika saat bermain anak kita tidak menunjukkan ekspresi apa-apa padahal ayah/ ibunya sudah heboh dan lebay?

Jawab:
Ini menarik sekali. Saya pribadi pun pernah mengalaminya. Beberapa hal yang kemungkinan membuat anak seperti ini diantaranya:
- permainan tidak menarik
- permainan terlalu sulit
- anak tidak paham
- karakter

Nah menurut pengalaman bunda, hal apa yang kiranya ada di putra/ putri bunda?

Sesekali untuk crosscheck boleh loh bun untuk bertanya pada anak mengapa dirinya seperti itu adakah yg membuatnya tidak nyaman/ tidak suka.


Tanya: Bagaimana cara memahami keinginan anak untuk bermain?

Jawab:
Pastikan diri kita benar-benar siap untuk mendengarkan keinginan anak. Sesekali ajaklah ia berdiskusi bahkan untuk sekedar memilih permainan. Ini tentunya berlaku bagi anak yang sudah bisa bicara dan mengerti instruksi >3th


Tanya: Bagaimana agar bisa memahamkan pada anak bahwa "ini waktunya main, ini waktunya belajar?"

Jawab:
Mohon maaf ya bun, bagaimana jika kita ubah pertanyaannya menjadi seperti ini, "bagaimana jika membuat belajar serasa seperti bermain yang menyenangkan?"

Banyak pemahaman di antara kita bahwa, jika bermain itu saya tidak belajar. Namun bagi anak usia dini, bermainnya itu justru belajarnya. Jadi pernyataan bahwa ketika bermain itu tidak bisa belajar merupakan suatu pernyataan yang kurang tepat.

Ketika anak sudah menyukai proses pembelajaran, insyaaAllah ketika dalam kondisi apapun ia akan menemukan nilai pembelajarannya sendiri, termasuk dalam bermain.


Tanya: Bagaimana tips supaya anak tetap bersosialisasi dengan teman-teman lain tapi tidak mendapat pengaruh buruk yang mungkin timbul dari teman bermainnya?

Jawab:
Anak usia dini pada hakikatnya belum memasuki usia bersosialisasi yang sesuai adab dan moral. Tetapi mereka sudah mengenal dan dikenalkan tata cara berperilaku yang baik, terutama di usia 5th. Dengan pengenalan yang menyenangkan, tidak bersifat interogatif.

Pola pengasuhan dan lingkungan merupakan 2 hal terbesar yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Berdasarkan pengamatan saya, hal yang bisa bunda/ ayah lakukan di rumah yaitu: 
memiliki/ memberikan batasan kepada anak mana yang boleh/ tidak boleh anak tiru/ contoh dari temannya. Contohnya, saya dididik oleh kedua orangtua saya untuk tidak "ikut-ikutan hal buruk yang teman saya lakukan", awalnya dari cerita sederhana namun beliau selalu menyampaikan hal tersebut ketika ada hal yang dirasa kurang baik untuk ditiru.


Tanya: Dengan alasan ibu bekerja apakah anak usia dini baik untuk di sekolahkan? Dengan harapan bisa bermain di sekolah selama ibu tsb bekerja?

Jawab:
Menurut pemahaman saya. Bekerja di ranah domestik maupun di ranah publik bukanlah suatu hal yang harus diperdebatkan dengan sangat alot. Setiap manusia memiliki pemahaman juga caranya tersendiri, terutama dalam mendidik anaknya.

Kalau menurut Cak Nun, tidak ada yg benar-benar bisa mendidik anak-anak kita kecuali Allah Swt. Ranah kita berada di bagian ikhtiar/ usaha yang dilakukan dengan penuh kesungguhan.

Pernyataan bunda boleh saja bunda yakini seperti itu. Karena dengan bekerja di ranah publik pun bukan suatu hal yang buruk jika memang bunda meyakini itu baik dan mendatangkan kebaikan yang lebih banyak.

Kembali ke pertanyaan. Boleh saja anak di sekolahkan, pemilihan sekolah juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Selain itu untuk menyiasatinya mungkin bunda bisa mengkhususkan waktu untuk anak/ keluarga jika memang sudah pulang dari tempat kerja, agar anak tidak merasa kehilangan ibunya.

Pertemuan yang berkualitas. Pertemuan yang hadir dan membersamai. Itu yang anak perlukan dan butuhkan.


Tanya: Pertanyaannya dalam bermain apakah bermain itu kita bertanya pada anak mau main apa atau kita yang inisiatif sendiri misal bermain rumah2an atau bagaimana?

Jawab:
Ini sebetulnya bisa keduanya bun. Bisa bunda yang inisiatif, atau anak yang memberikan usul, atau kesepakatan bersama mau main apa.


Bisa bunda pertimbangkan juga. Permainan/ sesuatu yang anak yakini akan kebenarannya usahakan bersifat "inside out" bukan "outside in", hal ini bisa meminimalisir anak untuk ikut-ikutan orang lain, memiliki teguh pendirian dan juga melakukan sesuatu dengan secara sadar.


Tanya: Apakah metode montessori disarankan?

Sejauh ini saya belum terlalu paham dan mendalami mengenai montessori, plus minusnya seperti apa, awal mulanya metode tsb. Sehingga mohon maaf dari saya belum bisa membahasnya terlalu jauh dan mendetail untuk saat ini.

Namun pandangan saya mengenai metode. Metode yang saya yakini pada prinsipnya: buatlah kegiatan/ permainan/ pembelajaran yang menitikberatkan kepada meningkatnya rasa ingin tahu anak, terasahnya imajinasi yang kreatif juga memantik kemampuan logika berfikirnya, serta adab dan moral/ nilai baik yang perlu dan berguna untuk kehidupan anak.


Sekian dari saya, semoga bermanfaat dan bunda, ayah, kakak semua tidak puas dengan jawabannya sehingga tak akan pernah berhenti untuk belajar dalam membersamai, mendidik salah satu amanah terbesar yang Allah berikan, yaitu mendidik anak.

Bermain yang asyik itu mudah. Semudah bunda dan ayah saling tersenyum satu sama lain.

Bunda/ ayah/ fasilitator yang bahagia ketika membersamainya jauh lebih anak butuhkan ketimbang berbagai fasilitas yang diberikan tanpa disertai dengan yang namanya 'kehadiran'.

InsyaaAllah, jika ketika lelah menghampiri kemudian teringat kepada tujuan awal mengapa harus bermain bersama anak, saksikanlah akan ada banyak keberkahan yang ayah bunda dapatkan. Wallahu'alam.

Akhirul kalam. Wassalammu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh 😊🙏🏽

Semoga bermanfaat. 🙏

#NonfiksiOdop
#Day18

Terima kasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta