Langsung ke konten utama

Tips 25 tahun Menikah ala Armand Maulana dan Dewi Gita

Beberapa hari lalu, saya sempat menyimak channel Youtube Ussy Andhika Official, dengan bintang tamu pasangan legendaris Armand Maulana-Dewi Gita.


Pada obrolan tersebut, Armand dan Dewi berbagi tips bagaimana mengelola rumah tangga ala mereka, sehingga bisa awet hingga usia pernikahan yang ke 25 (semoga langgeng hingga selamanya).

Saya pikir, banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik lewat obrolan ringan ini. 

Karena nonton di platform "itu" kan cukup menguras kuota, ya, jadi biar saripati obrolannya bisa saya akses lagi di kemudian hari tanpa menyedot banyak kuota, saya coba rangkum saja dalam bentuk tulisan. 😁

Nah, berikut saya coba rangkumkan, poin-poin apa saja sih yang penting dalam membangun rumah tangga yang samawa ala Armand-Dewi.

Tidak mengumbar masalah pribadi, khususnya masalah rumah tangga di media sosial

Nah, tips pertama yang menjadikan kehidupan pernikahan mereka jauh dari berita miring adalah, karena mereka sangat menjaga diri dari curhat masalah pribadi di media sosial.
Bagi Armand dan Dewi Gita, media sosial adalah sarana untuk promosi pekerjaan dan karya, bukan ajang curahan hati dengan kalimat yang bisa "mengundang" sehingga memicu pihak-pihak tertentu untuk menggunakannya sebagai "sumber berita atau sensasi".

Saling memahami

Armand dan Dewi Gita menyadari kalau mereka itu berbeda. Memiliki karakter yang beda, punya hobi yang beda, punya kebiasaan yang beda. Namun, perbedaan itu bisa dikompromikan. 
Kita tidak bisa memaksakan perubahan kepada pasangan kita. Yang harus kita lakukan adalah berkompromi, saling memahami, saling mengimbangi keinginan masing-masing. 

Selalu mengkomunikasikan apapun

Jangan sekali-kali menghindari konflik dengan menyimpan atau menahan kemarahan, karena lama-lama, hal sepele yang kita simpan bisa menjadi bom waktu. Ini yang di kemudian hari bisa menjadi pemantik kemarahan yang membara.

Jika ada hal yang tak disuka, bicarakan saja. Jangan disimpan.

Saat emosi sedang 'on', jangan buru-buru mengeluarkan semua unek-unek. Cooling down dulu. Misalnya dengan menyendiri, merenungi, setelah agak 'dingin', baru bicarakan baik-baik. 

Walau mungkin berat banget dan 'sakit' rasanya, tapi kalau sudah diungkapkan, maka akan terasa lebih lega. Pasangan pada akhirnya saling tahu apa yang masing-masing mereka suka atau tidak suka.

Mungkin dari obrolan itulah, nantinya justru kita bisa lebih beradaptasi, lebih menghargai pasangan, lebih peka dengan kemauan masing-masing.

Jika bosan?

Usia pernikahan yang panjang, memang rentan menghadirkan rasa jenuh. Pasti ada beda, antara usia pernikahan yang masih hitungan bulan, dengan yang sudah hitungan tahun, bahkan dekade.

Dewi Gita ibaratkan itu sebagai api, yang pasti ada masanya untuk meredup. Namun, jangan biarkan ia  hanya menyisakan asapnya. Walaupun hanya api kecil, atau bara, upayakan ia untuk menyala kembali. 

Nah salah satu tipsnya adalah dengan meluangkan waktu untuk berdua. Entah dengan jalan-jalan, atau berlibur berdua saja, tanpa 'direcokin' siapapun, bahkan anak dan kerjaan.


Selain itu, ketika ditanya kepada masing-masing, apa yang membuat mereka bertahan hingga saat ini?

Keduanya memiliki prinsip, pernikahan adalah sebuah ibadah. 

Selalu libatkan Allah di dalamnya. Agama itu perlu. Begitu Armand menambahkan.

Bagi Armand, Dewi sudah melakukan perannya dengan sangat baik. Sesibuk apapun ia berkarya di luar sana, ia paham kodratnya sebagai istri dan ibu. Ia bisa memberikan porsi yang tepat pada semua perannya, entah sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai pekerja seni.

Bahkan Dewi Gita begitu dekat dengan anaknya. Ia bisa menempatkan diri sebagai teman curhat, sehingga membuat anak merasa nyaman ketika ingin bercerita.

Salah satu tips dari Dewi dalam mendampingi anak yang beranjak remaja, adalah, posisikan kita sebagai sahabat yang 'sejajar', sehingga membuat anak merasa nyaman dan tidak canggung. 

Jangan malas untuk belajar 'hal-hal kekinian' yang memang dekat dengan kehidupan anak di zaman now. Jangan antipati dengan teknologi, kita harus update agar bisa mengimbangi anak. 

Saat ia bercerita, dengarkan dengan penuh perhatian, beri respon yang membuat anak merasa kita berada di pihaknya, kemudian baru pelan-pelan masuklah kita pada peran sebagai ibu, yang memberi pengarahan bagaimana bersikap yang baik dan bijak.

Dewi berujar, ia bisa bertahan sejauh ini dengan Armand, karena ia merasa takut sama Allah. Pernikahan adalah ibadah dan perintah Allah. Maka Dewi merasa ini sebuah tanggungjawab untuk dikerjakan dengan sepenuh hati. 

Karena pernikahan adalah ibadah, maka dalam menjalaninya, kita harus memegang tiga prinsip dasar, yaitu ikhlas, sabar dan syukur.

Ada kalanya kita pasti menghadapi titik terendah dalam hidup, entah dalam segi pekerjaan, kesehatan, keturunan, apa pun itu, sebagai pasangan kita harus saling support, saling membantu, saling menguatkan.

Harus ada salah satu yang mengalah untuk meredakan 'ketegangan'. Harus selalu saling pengertian.

Bagi keduanya, adaptasi dalam pernikahan itu tidak akan pernah selesai. Artinya, saling mengenal pasangan selama dalam ikatan pernikahan itu pekerjaan seumur hidup, yang pasti harus terus menerus dijalani, bukan dihindari.

Demikian rangkuman ala saya. Semoga bisa bermanfaat juga untuk kalian semua yang sudah bersedia membaca tulisan ini. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan dalam penyajiannya. 

Hatur nuhun. 🙏



#nonfiksiOdop
#Day10

Terima kasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

  1. pernikahan adalah ibadah. Kuncinya itu. Jadi segala hal yang dianggap ibadah tentu dalam pelaksanaan nya akan dilakukan dengan sebaik-baiknya. terima kasih rangkuman nya mba.

    BalasHapus
  2. Wah..bener banget..emang mengungkapkan perasaan ke suami itu ada seninya, gak asal menyampaikan saja..

    BalasHapus
  3. Masyaa Allah, ilmu manfaat banget ini Mba Lee. Makasih ya Mbaa atas tulisannya <3

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Resep Praktis Membuat Ebi Furai

Alhamdulillah , masa-masa krisis pada proses penyapihan telah usai. Setelah sekitar semingguan dibikin cemas, sedih sekaligus galau karena anak gadis kelihatan semakin layu setiap hari akibat sakit dalam masa penyapihan, kini ibu bisa bernapas lega. Setelah keluar dari badai kegalauan, akhirnya masa 'panen' pun tiba. Kini ibu bisa dengan tenang mengantar anak gadis tidur siang dan malam tanpa rengekan. Kalau sudah terlihat terkantuk-kantuk, cukup diboyong ke tempat tidur, dengan sedikit diayun-ayun dulu sebentar dalam gendongan, dan kemudian anak gadis pun segera terlelap dengan nyaman.  Masya Allah, tabarakallah. Nah, selepas masa 'mogok' makan berakhir, terbitlah masa mulai doyan makan.  Kebetulan duo krucil ini lagi gemar sekali makan udang balut tepung roti, alias ebi furai.  Jadi, ibu manfaatkan saja peluang ini sebelum mood makan mereka kembali surut. Paling tidak, seminggu tiga kali mungkin ya ibu bergulat dengan perudangan akhir-