Langsung ke konten utama

Membuat Resolusi Tahunan sebagai Panduan Mewujudkan Impian

Menentukan tujuan adalah kunci utama yang harus kita siapkan sebelum kita mulai melangkah. Dari tujuan tersebutlah, kemudian kita akan menyusun strategi atau metode yang paling sesuai.


Nah, berkaitan dengan menentukan tujuan inilah, biasanya kita menetapkan resolusi di penghujung tahun. Resolusi tahunan ini bisa berfungsi sebagai panduan yang menuntun kita menuju impian yang ingin diwujudkan dalam rentang satu tahun kedepan.

Resolusi tahun sebelumnya, bisa juga kita gunakan sebagai bahan evaluasi atau pertimbangan pada penyusunan resolusi yang baru. Dengan perencanaan yang matang, diharapkan segalanya bisa berjalan semakin lancar.

Bagi saya pribadi, tahun 2018, merupakan tahun penuh anugerah. Bagaimana tidak, perjalanan yang saya tempuhi bagai sebuah proses metamorfosis, dimana saya menikmati peran sebagai seorang penulis amatir yang awalnya begitu 'polos', benar-benar pemula, kemudian terus diberkahi dengan kesempatan demi kesempatan untuk belajar dan menambah jam terbang.

Dari mulai menulis caption media sosial, dengan penulisan yang tidak berkiblat pada kbbi, puebi dan sebagainya, hingga menulis antologi dengan kualitas tulisan yang agak mendingan

Dulu, itu semua bagaikan angan kosong yang terbersitpun saya merasa tak layak, karena memang terlalu tinggi untuk digapai, sehingga tak mungkin terjangkau oleh seseorang seperti saya. 

Bersyukur, lewat berkomunitas, kemudian saya pun dipertemukan dengan orang-orang hebat yang tak pelit berbagi ilmu dan pengalaman. Dengan modal ilmu yang belum seberapa itulah, akhirnya saya menantang diri untuk berani mencoba. Walaupun belum seberapa, segala pencapaian yang saya dapatkan hingga hari ini, merupakan kebanggaan sekaligus kecemasan, karena hal ini bisa menjadi tolak ukur, sejauh mana perkembangan saya dalam bidang menulis di kemudian hari.

Apakah akan semakin baik tulisannya? Apakah akan semakin produktif? Apakah akan 'naik kelas'? Atau justru hanya mandeg disitu-situ saja. Bahkan mundur teratur? (Semoga tidak demikian).

Namun, benar adanya, dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Ketika dahulu, saya mulai serius untuk meniti jalan di sini, maka peluang demi peluang itu seolah hadir begitu saja. 

Pada akhirnya, menghantarkan saya pada lingkungan yang memiliki minat dan mimpi yang serupa. Sehingga aktivitas menulis menjadi bagian dari alur hidup saya yang memberikan warna dan gairah baru dalam menempuhi hari-hari monoton sebagai ibu rumah tangga biasa.

Tak terbayangkan sebelumnya, jika saya ternyata mampu melangkah sejauh ini. Dalam kurun satu tahun ini, sekitar 10 judul antologi dengan nama saya tercatat sebagai salah satu kontibutor di dalamnya bisa saya dekap dalam pelukan, 6 judul lainnya sedang dalam proses penerbitan, dan anak pertama saya, sebuah cerita anak berjudul Dongeng Alfabet pun terlahir dengan selamat. Walau tak sempurna, walau banyak kekurangan, walau tidak cukup memuaskan, nyatanya, saya telah turut berkarya. Meramaikan dunia perliterasian dengan persembahan yang semoga bisa memberikan menfaat bagi yang membacanya, walau belum sempurna.

Maka untuk melengkapi mimpi saya yang belum sempurna terwujud di tahun ini, saya tuliskan resolusi 2020 sebagai panduan, bagaimana proses menulis yang akan kembali saya geluti dalam rentang waktu setahun kedepan:

  1. Membuat pictbook dan mencoba peruntungan di penerbit mayor
  2. Optimasi blog
  3. Ikut lomba kepenulisan bergengsi
  4. Tembus media 

Setelah menentukan tujuan, maka harus kita lengkapi dengan langkah-langkah konkrit.

  1. Mengikuti kelas kepenulisan, khususnya cerita anak, baik yang free amaupun yang berbayar
  2. Rutin berlatih menulis cerita anak
  3. Aktif dalam komunitas menulis, sehingga bisa mendapatkan berbagai informasi seputar kepenulisan dan penerbitan buku
  4. Belajar lebih dalam tentang blog dengan mengikuti kelas blog, baik yang free maupun yang berbayar
  5. Merutinkan kembali aktivitas membaca buku, membaca lebih banyak referensi seputar cerita anak
  6. Menulis
  7. Menulis
  8. Menulis
  9. Menulis
  10. Menulis
  11. Dst

Tak perlu panjang lebar, sebagai seorang penulis, tentu saja tugas utamanya adalah menulis. Walau pun menguasai teori kepenulisan setinggi elangit, jika tidak pernah dilatihkan, tentu saja tak akan pernah menjadi sebentuk tulisan yang sempurna.

Jadi, tak usah cemaskan apa pun, yang penting, nulis aja dulu! 😁

#NonfiksiOdop7
#Day22
#Tantanganpekan4

Credit pict by pixabay

Terima kasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

  1. Ya, saya tak cemas. Saya hanya menulis saja.. Eh..maksudnya, makasih mbak^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Ide Main dari Instagram

Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang melelahkan sekaligus membahagiakan.  Lelah karena pada praktiknya kita dituntut untuk terus belajar, mencukupkan bekal dalam mendampingi tumbuh kembang putra putri kita. Ada banyak hal yang harus kita persiapkan. Entah secara mental maupun secara materil. Ada banyak ilmu yang musti kita kaji, kulik dan pelajari agar proses pendampingan berjalan dengan baik.  Tidak hanya menguras energi, namun proses tersebut dapat menyita waktu dan pikiran kita, sehingga adakalanya pada beberapa kesempatan membuat kita frustasi, ketika kita berhadapan dengan situasi yang clueless . Sebagai orang tua baru, tentu saja ada banyak kebingungan, kecemasan dan ketakutan yang terus menggerogoti pikiran kita.  Hal inilah yang mendorong kita untuk mencari tahu. Menggali sebanyak mungkin referensi yang bisa kita tiru. Menemukan sosok panutan. Menemukan alternatif cara dan kreativitas yang bisa kita terapkan dalam menjalankan peran kita sebagai orang tua

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em