Mungkin di sisi kiri atas, kita akan melihat hal yang membuat hati teriris. Geser sedikit ke kanan, akan ada hal lainnya yang membuat hati berbunga. Lebih ke kanan lagi, ada pemandangan yang membuat hati merasa nyaman. Semakin ke kanan tampak jalanan terjal berbatu, hingga semakin ke kanan, ada rumpun belukar yang tumbuh meninggi, dan seterusnya, dan seterusnya.
Ada banyak hal yang bisa kita lihat, tetapi kita selalu bisa memilih ke arah mana mata kita akan tertuju.
Jadi, mungkin di satu sisi ada hal-hal buruk yang membuat hati merasa gemas, kecewa dan marah. Namun selalu ada sisi lain yang mungkin saja menawarkan kebahagiaan, kenyamanan dan rasa aman.
Maka, fokuslah pada hal yang membuatmu semakin bersemangat. Bukan berarti kita menghindari masalah, namun jangan terlalu berpaku pada sisi yang buruk. Biarkan saja ia berjalan seperti seharusnya, tugas kita berikutnya hanyalah terus melangkah menuju perbaikan diri.
Keburukan yang terjadi, bukanlah hal yang harus kita keluhkan hingga berlarut-larut. Tetapi, akan lebih baik jika hal tersebut bisa kita jadikan sebagai sarana untuk semakin bertumbuh dan menghebat dalam jalan kebaikan.
Setidaknya, kemalangan yang awalnya hanya sebatas 'nasib buruk', bisa bertransformasi menjadi "guru kehidupan" yang semakin mengokohkan eksistensi kita di jagad semesta raya ini. Bukan sekedar kokoh secara materil, namun juga secara spirituil; teguh dalam menjalankan takdir hidup sesuai kehendak-Nya.
Ya, selalu ada hal-hal baik dalam setiap jejak hidup yang kita tempuhi, bahkan jika itu adalah titik terendah dalam takdir kehidupan.
Bukankah Tuhan sudah berfirman, bahwa dalam setiap kesempitan, selalu beriringan dengan kelapangan? Bahwa setiap ujian yang kita terima, selalu berbanding lurus dengan kapasitas dan kemampuan yang Dia titipkan pada kita?
Jadi, mengapa kita begitu mengkhawatirkan apa yang seharusnya bisa kita lewati dengan baik-baik saja?
Kita yakini, bahwa setiap diri memiliki potensi yang unik, yang hanya ada pada dirinya. Potensi unik tersebut, tentu saja bukan sekedar 'pemanis' hidup.
Segala potensi yang tersemat pada diri, tentu saja sudah melalui tahap "seleksi" yang tepat.
Maka, seseorang yang memang sudah tertitipi potensi sebagai penulis, misalnya, jika ia bisa menyadari potensinya, kemudian mengakrabi dan terus berupaya memahami dan 'menguasai' dengan menambah jam terbang, kelak ia akan menjadi seorang penulis yang sukses.
Kuncinya adalah komitmen dan konsisten.
Maka, tak perlu kita merasa iri dengan kesuksesan orang lain. Karena setiap orang memiliki kesuksesannya sendiri.
Tentu dengan patameter yang berbeda ya. Maka tidaklah fair jika kita membandingkan kesuksesan kita dengan milik orang lain. Karena potensi yang kita punya, upaya yang kita lakukan dan jam terbang yang kita miliki, tentu berbeda dengan milik orang lain.
Daripada terus menggerutu dan menangisi takdir hidup yang terasa menyedihkan, bukankah lebih baik jika sisa waktu yang kita punya, kita manfaatkan untuk semakin 'menggodok' potensi yang kita punya agar bisa semakin meluaskan manfaatnya dan kelak menjadi wasilah kebaikan untuk menambah pundi-pundi pahala?
Karena kita selalu punya 'kuasa' untuk memilih, menatap apa yang paling mata kita butuhkan, merasa apa yang paling hati kita butuhkan, mendengar apa yang paling telinga kita butuhkan, bukan hanya sekedar memperturutkan keinginan semata, yang bisa jadi justru membuat kesyukuran kita semakin terdegradasi.
Wallahu'alam bishawab
#ODOPbersamaEstrilook
#Day15
Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊
Mantap. andai saja kita bisa konsisten menguasai keinginan mata, hati, atau telinga. mungkin hidup menjadi selalu penuh hikmah ya kak
BalasHapus