Pixabay |
Hujan, disaat kemarau engkau kami rindui.
Namun tak jarang kami caci.
Ketika engkau datang bertubi-tubi.
Menghadirkan cemas di hati.
Akankah bulirmu berganti genangan tinggi.
Yang menghanyutkan asa dan mimpi.
Menyisakan isak tangis tanpa henti.
Mentari, cahayamu hangat, selalu ku nanti.
Namun saat kau hadir panjang sekali.
Menyusutkan sumber air yang kami miliki.
Ketakutan kerap menelusup dalam diri.
Tetumbuhan mulai mati.
Bencana kelaparan perlahan menghantui.
Tak ada padi.
Tak jua air sebagai pelepas dahaga ini.
Oh, manusia...
Alam pun kini enggan berkawan setia
Karena kesal dengan tingkahmu yang serakah
Hanya bisa menjajah namun enggan memelihara
Ulurkanlah tanganmu,
Singsingkan lengan baju,
Bukan dengan menggerutu,
Apalagi saling menuduh,
Sudah saatnya kita maju,
Sebagai manusia peduli,
Bukanlah sekedar merutuki.
#kelasfiksiodop6
Penulisan puisi, setiap barisnya disertai titik ya, ka?
BalasHapusGak tahu... 😂😂😂
HapusSalah ya? 😁🙏
Hujan ... Berhentilah barang sejenak
BalasHapusSampai jemuran pakaian mengering ya? 😂
BalasHapusHujan oh hujan hehehe
BalasHapusHujan oh hujan kenapa engkau turun
BalasHapus