Langsung ke konten utama

Kisah Haru Bagus


Sumber: lakon hidup

Judul: Kasur Tua Bapak
Karya: Rahmy madina
Dipublikasikan: Suara Merdeka
Tanggal : 30 April 2017
Alamat Link : Kasur Tua Bapak

Tokoh dan penokohan:
  • BAPAK
Pekerja keras, sabar, penyayang.
  • Bagus
Lugu, perasa, kesepian.

Konflik cerita
Cerpen ini berkisah tentang seorang anak remaja seusia SMP bernama Bagus dan bapaknya.
Bagus anak tunggal dan piatu. 
Bapaknya adalah pekerja keras, demi masa depan Bagus, anaknya, ia rela banting tulang, meski hanya pekerjaan serabutan.
Sehari-hari ia bekerja sebagai kuli panggul di pasar, yang mengharuskannya bekerja selepas subuh hingga petang menjelang magrib. Karena itu, Bagus hampir tak punya waktu untuk bercengkrama dengan bapaknya, terlebih lagi, terkadang bapak pergi lagi malam harinya untuk bekerja, ketika pasokan sayur datang untuk beberapa kios di pasar.

Cerita berfokus pada kerinduan Bagus kepada Bapak, ia rindu sekedar mengobrol ringan dengan bapak.
Maka, satu-satunya cara yang bisa membuat bapak ada di rumah lebih lama adalah ketika bapak menambal kasurnya yang robek digigit tikus.
Dan itulah yang Bagus lakukan. "Mengundang" bapak agar menggelar kasurnya di luar, untuk di tambal, walau harus ditempuh dengan cara yang ekstrim.

Konflik cerita sangat dramatis, mampu mengubek hati pembaca yang larut dalam cerita.
Penuturan cerita lugas, tidak banyak metafora yang puitis, namun terasa indah, bikin betah dibaca sampai akhir.

Alurnya maju, dengan penyampaian konflik yang sistematis, terasa semakin "panas" begitu menuju klimaks.

Pesan yang ingin disampaikan penulis sangat terasa, tanpa narasi berlebihan.  
Tentang perbedaan sudut pandang arti "kebahagiaan" bagi si anak dan bapaknya.

Bapak yang ingin masa depan terbaik bagi anaknya dengan kerja keras, sementara anak yang merindukan sosok ayah yang sedia memberikan "waktu"nya.
Mengharukan sekaligus menampar. 


#TugasReviewCerpen
#KelasFiksiODOP6
#KomunitasOneDayOnePost

Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

  1. I love my Father
    Awalnya aku juga keoengin review tulisan yang judulnya Bapak. Tapi karena ada 7 komen yang ini itu. Kagak jadi deh akhirnya. Eh, ada juga nih yang judule ada kata Bapaknya. Asyikk. Aku udah baca ceritanya

    BalasHapus
  2. Review yg bagus, hingga aku pingin bc ceritanya.

    BalasHapus
  3. Penasaran sama cerpennya. Nampar banget itu pesannya ya, mbak.

    BalasHapus
  4. MasyaAllah... Terima kasih banyak Lia Anelia sudah sedia mereview tulisan saya ^^
    Semoga bermanfaat dan menginspirasi ya..
    Salam kenal, Amy. ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah, mba Rahmy Madina, terima kasih sudah mampir. Tulisannya keren banget. Sukses selalu dengan karyanya. 🥰🥰

      Hapus
    2. Kembali kasih, dear ^^
      Amiin ya Robbi...
      Barakallahu fii kum, semoga Lia juga sukses selalu ya. 🌹

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta