Langsung ke konten utama

Menjadi Ibu itu ...


Menjadi Ibu itu butuh skill yang mumpuni. Tidak sembarangan. Karena Ibulah madrasah pertama putra-putri kita. 

Menjadi ibu itu musti kreatif, harus pandai mencari celah terbaik guna memuluskan jalan menuju goal yang diharapkan.

Menjadi ibu itu harus multitasking, harus bisa ini itu, dan punya kemauan keras untuk belajar lagi hal-hal baru, sebagai bekal dalam pendampingan tumbuh kembang Ananda.

Tapi, mengapa tidak ada perkuliahan dengan jurusan menjadi ibu ideal, misalnya?

Bukankah, kiprah seorang ibu terhadap lahirnya generasi bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia begitu penting?

Jika ibu tak piawai, bagaimana bisa mendidik anak-anaknya menjadi pandai?

Hampir setiap ibu baru, pasti merasakan kebingungan ketika pertama kali menyandang gelar mulia tersebut.

Banyak tanya melintas di dalam tempurung kepala. Namun, terkadang jawaban yang ia dapat hanyalah 'petuah' yang membuat sesak dada.

"Kan aku tuh ibu baru, wajar kali enggak tahu ini itu. Aku tuh butuh pencerahan, bukan sekedar 'ceramah', Marimar!"

Beruntunglah kita hidup di zaman digital, di mana segala informasi bisa kita akses dalam hitungan detik. 

Butuh resep simpel bikin ebi furai, misalnya, cukup masukan kata kunci, dan klik, resep-resep pun bermunculan.

Butuh inspirasi bikin mainan dari kardus? Langsung meluncur saja ke Pinterest. Semua ada di sana.

Atau ketika butuh panduan bagaimana cara menggunakan alat potong rambut, buka saja aplikasi Youtube, maka muncullah berbagai tutorial yang mencerahkan.

See? Beruntunglah kita. 

Maka, ketika segala kemudahan sudah nampak di depan mata, masihkah kita abai dan enggan untuk mencari tahu? Masihkah kita berdiam diri, menyerah dengan kemalasan yang menguasai hati?

Namun, adakalanya, segala informasi yang kita dapatkan tidak sepenuhnya benar. Maka tugas kita adalah menyaringnya. 

Memilih dan memilah sumber informasi yang terpercaya.

Atau mungkin saja, apa yang kita pelajari, tak bisa sepenuhnya kita kuasai.

Bersabarlah. Cobalah lagi di lain waktu, mungkin saja memang butuh latihan berkali-kali untuk kemudian menjadi ahli.

Nah, sekalian mau cerita deh. Jadi, begini ...

Si sulung ini dari usia dua tahunan, setiap kali disuruh potong rambut, selalu menolak.

Kalau dipaksa malah jadi tantrum.

Maka ibu cari solusi, dan akhirnya setelah dirayu-rayu ia mau di potong rambutnya, tapi sama Ibu.

Doeng. Ibu kan nggak tahu caranya gunting rambut anak cowok. Bagaimana ini?!?

Namun, ibu ingat kalimat di atas, bahwa menjadi seorang ibu itu harus memiliki jiwa pembelajar. Kalau tak tahu, ya cari tahu, kalau enggak bisa, ya belajar.

So, dengan semangat membara, ibu pun berselancar di dunia maya, mencari tutorial mudah menggunting rambut anak dengan gunting.

Karena saat itu kami hanya punya gunting sebagai alat cukur.

Dengan modal nekad dan 'ilmu' secuil hasil nyomot dari tutorial tersebut, beraksilah ibu. 

Sret sret sret. Helai demi helai rambut si sulung pun 'berguguran'.

Diiringi dengan rengekan dan keluhan si sulung yang protes terus saat potongan rambut jatuh ke kulit dan membuatnya merasa gatal dan tak nyaman, proses potong rambut pun berlangsung cukup panjang.

Gemas, cemas sekaligus penasaran, bisa enggak ya? Gagal enggak, nih?

Namun, pantang rasanya jika tidak menuntaskan apa yang sudah dimulai. Walaupun hasil akhirnya tidak memuaskan.

Nah, setelah pengalaman pertama itu, rupanya si sulung merasa cukup nyaman ketika ibu yang potong rambutnya, walaupun sepanjang proses ia tak berhenti mengeluh. Walaupun hasil potongan rambutnya tidak rapi atau terlihat aneh? 🤭

Maka, berikutnya, berikutnya dan berikutnya lagi, si sulung selalu mau di potong rambutnya, jika sama ibu.

Dan, inilah eksekusi ter-update. Jika sebelumnya hanya menggunakan gunting, kini ibu mencoba mengeksekusi dengan mesin cukur rambut.

Ini tantangan baru, karena ibu benar-benar 'buta', tidak tahu bagaimana cara yang benar menggunakan alat tersebut. 

Maka, lagi-lagi, tutorial youtube menjadi penyelamat sekaligus guru andalan. 😁

Setelah pertempuran cukup alot, beginilah hasil akhirnya.

Kiri: before. Kanan: after.

Ok, fix ini kependekan. Tapi, lumayanlah, pakai alat cukur hasil potongannya terlihat lebih merata, dibandingkan ketika ibu hanya menggunakan gunting saja. (Menghibur diri 🤭)

Siip.

Selamat  menikmati tampilan barunya, ya, Bang. Semoga nyaman. 🥰

Sekian curhatan panjang ibu, terima kasih sudah menyimak, semoga ada manfaat (walau sedikit) yang bisa dipetik. 🙏
Wallahua'lam bishawab. 

#ODOPbersamaEstrilook
#Day17



Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

  1. Wah, boleh dicoba nih. Toleku juga gak mau dibawa ke tukang cukur. Selama ini juga pakai gunting manual, seringnya petal sih hasilnya 😂

    BalasHapus
  2. Aku salfok pas bagian akhir ada foto dedeknya. Cakep.

    Aku ngga kebayang gimana kalo ada sekolah buat jadi istri dan ibu baik. Dah penuh kali ya jurusannya. Heheh

    Semangat terus mbaknya buat jadi ibu baik yang menyenangkan ;))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

[DIY] Tiga Kreasi Mainan Edukasi Berbahan Flanel

Ketika menjadi Ibu, secara otomatis kita dituntut untuk lebih kreatif demi terselenggaranya pendidikan dan pengasuhan anak yang menyenangkan.  Kita dituntut untuk cakap berinovasi, menciptakan permaianan, ataupun kegiatan yang mendukung tumbuh kembang anak sekaligus membuat mereka merasa nyaman dan antusias. Sebagai Ibu, tentu saja kita menginginkan yang terbaik untuk buah hati kita. Adakalanya kita yang dulunya "malas", "tidak cakap", dan cuek tetiba harus menjadi seseorang yang baru, yang menguasai apapun secara otodidak. Hanya karena tekad yang kuat, menjadikan kita teguh memperjuangkan itu semua, sebagai bentuk tanggung jawab dan kewajiban hakiki sebagai madrasah utama bagi buah hati tercinta. Pada kesempatan kali ini, saya akan sedikit berbagi tentang apa yang bisa kita kreasikan untuk membuat media bermain yang menyenangkan sekaligus "mencerdaskan" yang bisa kita buat secara mandiri, alias DIY (Do It Yourself) . Berikut beberapa cont

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung