Langsung ke konten utama

BUKU ANAK IMPORT KECE BBW SERBA TIGA PULUH RIBUAN

Menyambung pembahasan BBW kemarin di sini , kali ini saya mau mencoba mereview beberapa produk import serba 30.000 an.

Alhamdulillah, ada juga buku import yang kece dengan harga bersahabat.

Let check this out!

1. Serian The Montessori Methode, My First book of

Nah, ini buku kece sekali. Jadi, di dalamnya ini kontennya mengadaptasi metode montessori gitu. Ini semacam buku aktivitas jadinya. Jadi si anak nggak sekedar baca, tetapi juga sambil 'bekerja'.

Seriannya ada banyak, ada yang Farm Animals, Numbers, Wild Animals, Feelings sama Shape kayaknya.

Tapi, menimbang kondisi rekening yang mengenaskan, jadi saya hanya ambil dua judul saja. Yang Numbers sama Wild Animals. šŸ¤­

Ini beneran kece sih, dan kebetulan Si sulung lagi 'suka' sama angka angka, jadi buku ini tuh favorit banget. 

Contoh isi buku serian Numbers

Contoh isi buku serian Numbers

Mengenalkan konsep jumlah dengan lebih 'konkret'. Tidak hanya mengenal simbol, tapi juga paham kalau dua itu berarti jumlah bendanya segini, kalau tiga segitu, dan seterusnya. 

Selain itu ada aktivitas tracing angka juga, dengan petunjuk yang amat jelas, jadi si anak bisa menuliskan angka dengan benar.

Kalau yang wild animals lebih ke menganalisis kali yah. Aktivitasnya semacam mencocokan gambar dan bayangan, mencocokan motif kulit hewan, mencocokkan hewan dan makanannya,  pengenalan ukuran, mengurutkan dari yang kecil ke besar, yang pendek ke tinggi, sekaligus pengenalan nama nama hewan liar, alias wild animals juga. Ya semacam itu lah. Pokoknya cukup seru lah dan lumayan bikin anteng berfaedah. šŸ¤­

Contoh isi buku serian Wild Animals

Contoh isi buku serian Wild Animals


Dan yang paling seru adalah harganya yang cukup bersahabat. Setiap judul dibanderol dengan harga tigapuluh ribuan saja. 

2. Hungry Chameleon

Koleksi pribadi

Jadi lagi-lagi buku tentang numbers atau jumlah. Karena memang Si sulung lagi masa sensitifnya di ranah matematika sih. 

Ini tuh bukunya kece banget. Ceritanya simpel, ilustrasinya kece, penyajiannya menarik. 

Walau text nya bahasa inggris, tapi kosakatanya lumayan mudah dipahami, jadi ibu juga gak pusing pusing amatlah ya "nerjemahin" ke bahasa Indonesia...

Ini berkisah tentang si anak bunglon yang kepengen sarapan pie lalat. Nah si ibunya minta dia cariin 10 lalat buat bahan bikin pie. 

Dan si anak bunglon pun mencari ke hutan, selama perjalanan berburu lalat ia ketemu berbagai macam hewan dengan jumlah tertentu. 
Contoh isi buku

Contoh isi buku

Hingga akhirnya dapatlah tuh si sepuluh lalat. 

Asli recomended sih kata saya mah... šŸ˜
Harganya? Sama, 30 rebuan.... šŸ˜

3. Super Dinky Doodles

Koleksi pribadi


Kalau yang ini kayaknya sih diperuntukkan buat anak yang agak gedean yang hobi gambar, lima tahun ke atas mungkin ya. 

Ini seru sih, banyak banget aktivitasnya. Bisa bikin betah sih kalau anaknya memang sedang suka 'corat-coret'.

Selain bisa digambarin, disediain juga stikernya buat ditempel tempel di gambarnya.

Contoh isi buku : stiker

Contoh isi buku: gambar real

Dengan segambreng aktivitas, dibanderol harga 30rebu sih, worth it lah.

Cuma karena duo bocil belum paham gegambaran yang benar, jadinya buku ini masih sebatas dibacain aja sih, atau paling tempel tempel stiker sama mainan sama beberapa halaman yang lumayan interaktif.

Untuk ilustrasi sih oke banget lah. Lumayan 'memanjakan' mata. Apalagi sebagian pakai gambar 'real', jadi bisa banget sekalian  buat ngenalin benda benda, kendaraan, buah, hewan dsb. 

Nah sekian review singkat alakadarnya dari saya. Semoga bisa sedikit mencerahkan. Semoga ada manfaatnya walau tak seberapa. 

Selamat membaca
Selamat mebersamai buah hati tercinta...

Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. šŸ™šŸ˜Š

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga šŸ¤² Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta