Langsung ke konten utama

Keseruan Wisuda Offline IP Cirebon Raya



Hari Ahad, tanggal 28 April 2019 lalu, alhamdulillah, saya berkesempatan mengahdiri acara wisuda offline kelas matrikulasi dan bunsay regional Cirebon Raya. 

Ini merupakan acara wisuda offline untuk member IIP regional Cirebon Raya, lulusan kelas matrikulasi batch 5, 6 dan 7. Juga ada yang lulusan bunsay periode yang lalu.

Pokoknya hari ini mau cerita keseruan wisuda offline gabungan kelas matrikulasi batch 5,6,7 dan kelas bunsay regional cirebon raya.

Sayangnya, sepertinya saya melewatkan beberapa momen akibat datang ketelatan. 😕

So, mungkin kisahnya tidak akan sempurna.

Ya, walau bagaimanapun, saya tetap bersyukur karena masih berkesempatan bertatap muka dengan para bunda pembelajar yang super kece.

Aseli banget, saya berasa minder duduk diantara para bunda super kece ituh.

Hanya bisa duduk 'manis', mencoba menetralisir rasa grogi yang menyeruak dalam lubuk hati.

Ramai dan riuh. Bukan hanya para ibu, tetapi juga para bayi, balita dan anak anak turut memeriahkan acara.

Ada yang duduk manis, ada yang khusuk lihat hape, ada yang berlari kesana kemari, ada yang anteng bermain di ruangan bermain yang sudah disediakan, ada pula suara tangisan yang menyayat hati.

Ya, begitulah, dimana ada ibu, disitu pasti ada para "kesayangan" yang "membuntuti".

Setiba di tempat acara, saya langsung menuju tempat pendaftaran ulang, kemudian diberikan souvenir dan kartu tanda pengenal berupa stiker yang bertulisakan nama saya.

Saat memasuki ruangan, rupanya acara sudah sampai pada selayang pandang IP regional Cirebon Raya.

Disana, pengisi materi menjelaskan sejarah terbentuknya IP Ciraya yang awalnya masih 'alakadarnya' hingga saat ini yang sudah semakin stabil.

Kemudian berlanjut dengan perkenalan dengan kepengurusan yang baru.

Setelah itu giliran perkenalan para member alias para wisudawati.

Dilanjutkan dengan inti acara yaitu pengalungan medali sebagai simbol kelulusan.

Setelah prosesi kelulusan dengan simbol penyematan medali, maka resmilah kami (untuk ketiga kalinya) menjadi seorang alumnus matrikan IIP, yang kelak mendapatkan tiket kesempatan untuk menempuhi jenjang berikutnya, kelas Bunda Sayang.

Matrikan batch 7 IP Cirebon Raya


Keseruan belum berakhir, untuk semakin menyemarakan acara, panitia membagikan doorprize yang lumayan banyak.

Satu persatu hadiah berpindah tangan. Namun senyum dan tawa, tidak hanya dimiliki mereka yang mendapat hadiah doorprize, namun semua peserta tampak menikmati kebersamaan dalam buncahan rasa bahagia.

Acara berlanjut dengan workshop decaupage.

Workshop Decaupage

Semua tampak begitu khusuk mengerjakan "tugasnya". Ada yang begitu hati hati, ada yang masih bingung, ada juga yang "disibukkan" oleh si kecil.

Ya, kebersamaan yang hanya sekejap mata, mungkin tidak serta merta membuat kita bisa mengenali satu sama lain dengan sangat baik, namun permulaan ini semakin mengokohkan tekad kami untuk kembali belajar bersama di jenjang berikutnya.

Semoga, kita bisa kembali bersua kembali di momen berikutnya. 

Salam ibu pembelajar.
Kalian luar biasa! 💪





Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...

Musik Klasik versus Musik Tradisional

Judul film: Our Shinning Days (2017) Cast: Xu Lu (Chen Zing) Peng Yuchang (Li you) Luo Mingjie (Wang Wen) Asal film: China Genre: comedy romance Durasi: 103 menit Beberapa bulan ke belakang, di  newsfeed akun facebook  saya muncul cuplikan sebuah film yang membuat jari saya tak kuasa menolak menekan tombol play . Benar kan, adegan yang terlihat kemudian membuat saya betah menonton sampai akhir. Menarik. Kata pertama yang terlintas di kepala. Sayangnya, saat itu saya tidak menemukan informasi lebih lanjut apa gerangan judul film tersebut. Ajaibnya, semalam, ketika iseng berselancar di platform youtube , tampaklah satu  channel yang mempost sebuah film drama asia berjudul " Our shinning days" yang ternyata adalah versi full dari cuplikan adegan film di facebook. Kebetulan lagi di kelas fiksi odop ada tugas me review film, pucuk dicinta ulam pun tiba.  Film ini bergenre comedy romance. Berlatar...