Langsung ke konten utama

Jangan Takut Melangkah Meski Harus Berubah




Terkadang kita harus berani keluar dari zona nyaman untuk menemukan hal-hal baru. Walaupun itu tidak selalu berarti baik.

Adakalanya, di zona baru kita bertemu kerikil tajam hingga batu godam. Namun, tak jarang, justru lewat jalan tersebut, kita pun akhirnya menemukan jawaban atas pencarian yang lama terendap dalam sudut angan.

Mungkin dari sana, akhirnya kita bisa berkembang, menambah pengalaman tak terlupakan hingga wawasan yang tak bisa tergantikan oleh sejumlah recehan.

Ya, jika ingin maju, kita harus berani mengambil risiko. Tentu saja tidak sembarangan memutuskan. Ada persiapan dan kesiapan diri dulu untuk menerima setiap perubahan.

Karena perubahan, tidak hanya mengundang euforia semata namun juga sekaligus memunculkan ketakutan dan kekhawatiran yang tak terprediksi bahkan di luar ekspektasi.

Apa saja sih yang perlu kita persiapkan untuk menyambut hadirnya perubahan?

Pertama, tentu saja kesiapan mental.

Siapkan diri untuk menerima perubahan, berikan afirmasi positif dalam diri, sehingga ketika perubahan yang justru menghadirkan rasa atau situasi yang tak diharapkan itu datang menghardik, kita sudah siap dengan segala konsekuensinya.

Kedua, siapkan wawasan semampunya.

Sebelum kita mengambil keputusan untuk berani mengambil risiko, ada baiknya kita kumpulkan dulu informasi sebanyak mungkin. Jika keputusan ini terkait pekerjaan, misalnya, cari tahu dulu tentang jobdesk, lingkungan kerja, dan sebagainya.

Ketiga, kondisikan lingkungan.

Jangan sampai kita mengambil keputusan dengan tergesa, tanpa melibatkan orang-orang terdekat, atau mereka yang bisa terdampak oleh keputusan kita. Jangan sok memberi surprise.  Karena, terkadang keputusan yang kita ambil, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap kehidupan orang lain, terutama orang-orang terdekat kita.

Keempat, semangat mengosongkan gelas.

Artinya, dalam lingkungan baru, kita pasti dituntut untuk kembali belajar. Maka, persiapkan diri untuk menerima pelajaran baru. Kosongkan gelas pikiran, sehingga kita bisa menerima setiap pelajaran baru dengan hati riang, penuh semangat, fokus yang penuh dan konsentrasi yang utuh.

Kelima, yang tak kalah penting adalah siapkan tenaga dan jaga kebugaran.

Dengan fisik yang kuat tentu kita akan bisa melewati hari-hari sibuk dengan lebih baik. Menjaga asupan makanan, istirahat yang cukup dan melemaskan ketegangan saraf dengan sedikit rileksasi, bisa meredam gejala stres akibat tekanan di nuansa yang baru.

Jangan paksakan tubuh dan pikiran untuk bekerja melebihi kekuatan dan kapasitasnya. Pelajarilah secara perlahan. Beradaptasilah pelan-pelan. Tidak perlu terburu-buru, hanya karena kita sedang penuh semangat, atau sebaliknya hanya karena ingin segera mengakhiri kesibukan yang mendera.

Nikmati saja. Jangan terlalu berambisi bahkan terobsesi. Biarkan semuanya berjalan secara organik. Tak perlu menggegas, pun tak berarti berjalan lambat dengan alasan masih beradaptasi. 

Saat menentukan pilihan, tentu kita sudah pula mengukur kemampuan. Maka, yakinlah, walau berat semua akan terlewati, dan pada akhirnya mungkin kita bisa benar-benar menikmati perubahan, ketika kita sudah "klik" dengan ritme yang baru.

Dan perlu diingat, dalam perkara apapun, kita harus mendahulukan kewajiban dan bijak menempatkan prioritas. Mana yang lebih urgen, mana yang bisa ditunda, mana yang tidak perlu dikerjakan, atau mana yang bisa kita delegasikan.

Berilah porsi yang proporsional pada tiap-tiap aktivitas. Porsi tenaga, porsi waktu, porsi perhatian, porsi pelayanan, dan sebagainya. Tidak melulu mendedikasikan diri hanya pada pekerjaan atau tugas yang dibebankan, hingga abai terhadap kewajiban lainnya. Beri yang terbaik, tanpa mengorbankan hak lainnya. 

Karena, segala hal tentu akan berjalan dengan baik hanya ketika dilakukan secara selaras dan seimbang sesuai porsinya, bukan?

Wallahu a'lam bishawab. 🙏

#nonfiksiOdop7
#day4

Terima kasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

  1. Mari berubah lebih baik dan lebih baik. Semangat Mbak

    BalasHapus
  2. Berubaaahhhh.....

    Aku suka ajakannya. Makasih mbak lee....

    Mari kita berubah lebih baik....
    Yuk ya ....yuuuk...

    BalasHapus
  3. Jadi semakin semangat saya kakak

    BalasHapus
  4. Berubah ala power rangers ehee semoga siap jadi lebih baik

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...