Anak-anak mempunyai parameter kebahagiaanya sendiri. Bisa jadi seiring dengan apa yang kita pikirkan, atau justru berkebalikan dari apa yang kita persepsikan.
Boleh jadi, bagi orang dewasa hal itu berarti ribet, tapi bagi mereka justru seru.
Mungkin saja, bagi kita hal itu membahayakan, namun bagi mereka itu menyenangkan.
Atau seringkali bagi kita, itu kotor dan jijik, akan tetapi bagi mereka itu justru bikin happy.
Nah, terkadang perbedaan ini pula lah yang membuat kita tiba-tiba bertanduk, ingin marah, ingin mengomel, ingin "mencereweti", karena merasa mereka 'membangkang', tidak menurut, selalu bikin ulah, dan nakal?
Untungnya di zaman now, banyak materi parenting yang bisa dengan mudah diakses hanya dengan sentuhan jemari.
Jadi, perkara tersebut, sebagian besar sudah bisa 'diterima' dengan legowo oleh orang tua yang 'open minded'.
Setidaknya, kita bisa menerima secara bijak, bahwa memberikan kesempatan kepada ananda untuk menikmati masa tumbuh kembangnya sesuai dengan fitrah dan minat adalah suatu hal yang baik.
Tidak mengapa kotor, berantakan, toh dari situ mereka belajar sesuatu, mungkin kelak mereka mempunyai jiwa kreatif, inovatif, observatif ...
Tidak mengapa membahayakan (selama dalam pengawasan dan masih dalam taraf 'wajar'), toh dari situ mereka bisa belajar untuk menjadi pemberani, waspada, berpikir strategik, jeli, solutif...
Tidak mengapa ribet, toh dari sana mereka bisa belajar bersabar, ulet, teliti, tekun dan sebagainya...
Ya, jika dulu, pengasuhan lebih berorientasi pada menjaga anak dan 'menunjukan jalan yang benar', namun di masa kini, para orang tua menjadi lebih luwes. Pengasuhan tidak berarti memimpin anak untuk menjadi apa yang orang tua anggap baik dan terbaik bagi si anak. Namun, penggasuhan adalah memberikan fasilitas dan pendampingan disertai pengawasan kepada ananda untuk memilih, jalan mana yang terbaik versi mereka, sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang memang sudah terinstal dalam dirinya.
Secara teori, hal itu sempurna. Namun dalam praktiknya, tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Walaupun berlembar-lembar catatan parenting sudah kita lahap, beratus-ratus artikel pengasuhan sudah kita kunyah, berpuluh-puluh kulwapp, workshop, kelas diskusi hingga seminar menjadi orang tua yang ideal sudah kita telan, tentu berbagai kendala, hambatan, kesulitan dan khilaf akan tetap membayangi.
Itulah mengapa, menjadi orang tua adalah pelajaran seumur hidup. Kita dipaksa untuk belajar sepanjang hayat. Bahkan jika sudah ada template-nya pun, kita tidak bisa benar-benar mengaplikasikan dengan sama persis. Karena tiap individu tentu memilki keunikannya sendiri dan tiap keluarga memegang prinsip hidup yang tak serupa. Hal inilah yang memungkinkan bagi kita untuk ATM dan memodifikasi berbagai metode menjadi yang paling 'gue banget'.
Tidak semua template bisa kita pakai plek ketiplek tanpa penyesuaian, karena mungkin saja kitanya yang tidak cocok dan tidak sreg dengan metode tersebut. Atau bahkan si anak yang memang tidak bisa 'menerima' cara itu karena tidak sesuai dengan karakter yang tertanam dalam dirinya. Atau bisa jadi hal itu tidak sejalan dengan nilai yang diyakini dalam keluarga.
Ya, belajar parenting berarti belajar untuk terjatuh dan bangun, try and error, gagal dan bangkit, hingga kita benar-benar menemukan formula yang paling sesuai dengan kebutuhan.
Jangan berkecil hati, jika hingga saat ini, kita masih dalam tahap pencarian. Jalani saja dengan penuh rasa syukur. Karena kesyukuran bisa mengundang hadirnya kebahagiaan. Dan kebahagiaan adalah kunci dari keberhasilan.
Jika kita bahagia, maka kita bisa menjalani proses demi proses tanpa stres. Maka itulah kelak yang akan menuntun kita, untuk melakukan hal-hal baik, yang bisa jadi adalah jawaban yang selama ini kita cari.
Ya, anak yang bahagia terlahir dari ibu bahagia, bukan?
Maka, bersyukurlah, dan kebahagiaan akan hadir sebagai jawaban.
Semoga kita bisa menjadi orang tua bahagia yang melahirkan generasi masa depan: para calon ayah dan calon ibu yang bahagia.
#nonfiksiOdop7
#day3
Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊
Aku pun telah menurunkan standard biar tetap waras ��
BalasHapusSemangat Mbak, salam kenal ya
BalasHapusNoted!!! :)
BalasHapusSenantiasa Bersyukur kakak
BalasHapus#semangat
Anak anak yg rasa ingin taunya tinggi kadang dibilang nakal, tapi gapapa selama nakal kepanjangan dari baNyAk aKAL..😊
BalasHapusTetep semangat menebar kehangatan 😊
BalasHapusSemungut kk😙😙
BalasHapusAamiin mudah2an bisa ❤️
BalasHapusMasyaa Allah, harus belajar sejak dini sepertinya aku... Ilmu parenting nggak main-main berarti ya Mba Lee.. Terima kasih atas sharingnya, Mba. Jazaakillahu khayra. Salam untuk Mas jagoan dan si kecil yang ikut hehehe
BalasHapusAku bahagia, anakku pasti juga bahagia... Amiin... Hehe
BalasHapusAda saatnya memang harus melebur ambisi dan keinginan supaya lebih bersyukur.
BalasHapus