Namun disaat yang sama kita merasa kecewa saat apa yang kita lakukan tidak diterima dengan baik, atau tidak mendapatkan respon seperti apa yang kita mau.
Saat kau bilang tulus, bukankah seharusnya penolakan tak akan membuat semangat tulusmu berkurang? Pun jika pada akhirnya orang lain tak melakukan seperti apa yang engkau perbuat, walaupun itu sebenarnya suatu keharusan bagi mereka, engkau tetap berbuat baik tanpa ada perasaan "dirugikan", dan tak menyerah untuk tetap berbuat baik hanya karena beralasan, "masa saya doang yang berbuat baik?"
Sungguhkah kita sudah benar benar tulus?
Jika tulus adalah melepaskan, bukankan sejatinya kita diminta untuk tidak "menagih" balasan dalam setiap ketulusan?
Jika masih terselip rasa ingin "dinilai" dan direspon dengan baik, gugurkah ketulusan yang sudah kita bangun?
Mari, kuatkan lagi tekad tulusmu, karena ketulusan yang sebenar benarnya adalah, ketika engkau tak hirau dengan apa yang akan terjadi setelahnya, bilapun itu membuat kerja kerasmu tak dianggap bernilai, karena engkau hanya tulus, tak mengharap apapun di sebalik itu semua, bukan?
Ketulusan itu selalu bersanding dengan keikhlasan. Maka belum dikatakan tulus ketika seseorang melakukannya tanpa disertai dengan keikhlasan.
Artinya, ketika kita tulus mengerjakan sesuatu, atau memberikan sesuatu kepada seseorang, maka kitapun diharuskan melengkapinya dengan keikhlasan menerima respon dari orang lain yang tidak sesuai dengan harapan kita.
Bahwa respon negatif dari orang yang kita bantu, tidak membuat ketulusan kita berkurang sedikitpun. Ataupun prasangka buruk dan caci maki dari orang yang kontra tidak serta merta membuat kita surut untuk melakukan ketulusan.
Maka belajar untuk ikhlas menerima respon yang tidak kita harapkan adalah bagian dari ketulusan.
Karena ketulusan sejati tak mudah terpatahkan hanya karena sebuah respon yang bersebrangan.
Tetaplah semangat melakukan kebaikan dengan tulus disertai keikhlasan menerima segala respon yang menyerta walaupun hal itu rentan menimbulkan rasa kecewa dalam dada.
Artinya tugas kita hanyalah memberikan yang terbaik, selepasnya, serahkan dan pasrahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Jangan mengharapkan kebaikan dan balasan dari manusia semata.
*Correct Me If I'm Wrong. CMIIW*
Kurasa setiap manusia mengharap pamrih. Jika tak didapatkan pamrih dari manusia, setidaknya mendapatkannya dari penciptanya manusia
BalasHapus