Langsung ke konten utama

Biografi Singkat Ahmad Fuadi, Negeri Lima Menara



Penulis novel best seller Negeri Lima Menara yang dikenal sebagai A. Fuadi ini bernama lengkap Ahmad Fuadi, yang terlahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, pada 30 Desember 1973. 

Kisah Alif, tokoh utama dalam karyanya merupakan refleksi dari kisahnya sendiri yang sempat mengenyam pendidikan di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan Internsional di Universitas Padjadjaran. Pada tahun 1998 ia mendapatkan beasiswa Fullbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Bersama istri tercintanya, Yayi, mereka pun hijrah ke Washington DC. 

Kemudian pada tahun 2004, ia mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di Royal Holloway, University of London melalui beasiswa Chevening untuk bidang film dokumenter. 

Pria berdarah minang yang menguasai 4 bahasa (Indonesia, Inggris, Perancis dan bahasa Arab) ini sempat bekerja sebagai wartawan di Tempo selepas lulus kuliah di Bandung.

Novel Negeri Lima Menara merupakan buku pertama dari trilogi novelnya dan sekaligus novel pertama karyanya yang langsung mendulang kesuksesan, menjadi salah satu novel best seller kala itu dan berhasil meraih penghargaan Anugerah Pembaca Indonesia 2010 serta menjadi nominasi pada  Khatulistiwa Literary Award.

Pada tanggal 23 Januari 2011, buku keduanya dengan judul Ranah 3 Warna kembali diluncurkan, menyusul buku ketiga Rantau 1 Muara yang terbit pada Mei 2013. Ketiga buku trilogi tersebut mendapat sambutan sangat baik dari masyarakat Indonesia, menjadi salah satu novel yang paling dicari kala itu.

Karena ketertarikannya dalam dunia sosial, kemudian lahirlah Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini Komunitas Menara memiliki sebuah sekolah anak usia dini yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

Beberapa penghargaan lainnya yang sudah diraih Fuadi, antara lain:


  • Penulis dan Fiksi Terfavorit, Anugerah Pembaca Indonesia 2010
  • Penulis/Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia 2011
  • Liputan6 Award, SCTV untuk Kategori Pendidikan dan Motivasi 2011
  • Penulis Terbaik, IKAPI/Indonesia Book Fair 2011
  • Writer in Residence, Bellagio, Lake Como - Italy, Rockefeller Foundation 2012
  • Penghargaan Nasional HKI, kategori novel, DJHKI, Kementerian Hukum dan HAM 2013
  • Artist in Residence, University of California, Berkeley, USA, 2014

#ReadingChallengeOdop
#Tantangan2RCOlevel4

Source: wikipedia

Terimakasih sudah berkunjung, boleh jejak di kolom komentar ya jika berkenan. 🙏😊

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...