Langsung ke konten utama

Menulis Bareng Komunitas Odop Batch 6


MasyaAllah, tabarakallah. Setelah sekian lama "berjuang sendiri", akhirnya menemukan komunitas menulis yang luar biasa. Alhamdulillah, setelah beberapa bulan ini mencoba konsisten menulis, hanya sekedar menuang isi kepala, tanpa tahu ilmu kepenulisan yang baik dan benar, dan justru itulah yang menghantarkan saya pada salah satu komunitas menulis yang menekankan konsistensi pada seluruh  anggotanya. 
Terimakasih "komunitas one day one post" yang telah bersedia menerima "pinangan" saya untuk terlibat didalamnya, gak nyangka bisa sampai "sejauh ini", semoga bersama komunitas ini saya tetap menjaga konsistensi menulis dengan keilmuan yang lebih baik, dan suatu saat bisa menetaskan karya yang bisa memberikan manfaat bagi banyak orang, bukan sekedar curhatan tanpa makna seperti selama ini saya posting di media sosial. 😁 
Itulah sekilas gambaran bagaimana saya bisa bergabung dengan komunitas odop.
Sekarang lanjut intip apa saja yang saya dapatkan di komunitas odop dalam kurun waktu semingguan ini. Hihihi...
Udah gak sabar belajar bareng disana, tapi mengingat baru semingguan odop batch 6 ini launching, belum banyak cerita yang bisa saya narasikan. Sejauh pemahaman saya selama berada dalam grup, dengan segala keterbatasan karena tidak selalu bisa on ketika grup lagi "panas-panasnya", sehingga terpaksa beberapa kali skip obrolan asyiknya, dan langsung ke topik utama yang seringkali harus ditempuh dengan memanjat hingga chat teratas. Luar biasa euforia adek adek, ibuk ibuk dan bapak bapak disana. Ya, lintas generasi ada disana, jadi memang kita berada dalam satu pohon walaupun terlahir di jaman yang berbeda. (iya gak ya 🙊)
Keseruan odop mungkin belum sepenuhnya saya rasakan, tapi euforia, semangat dan tekad para anggotanya sudah berhasil menelusup juga dihati saya. Semoga dimampukan untuk konsisten menggenggam semangat menulis ini minimal hingga even ini berakhir, syukur-syukur bisa tetap menulis dari hati walaupun even sudah berakhir. 
Dengan segala keterbatasan yang saya miliki, akhirnya memberanikan diri untuk menulis di praodop ini, karena menulis adalah keterampilan yang bersifat practical, yang untuk mempelajarinya harus dibarengi dengan praktek, bukan sekedar teori, maka untuk menjadi penulis yang baik dan berkualitas memang harus terus dilatih dengan konsisten menulis, menulis dan terus menulis, walaupun tulisanmu kini belum sempurna dan tidak sesuai dengan kaidah kepenulisan yang baik dan benar. Mari menulis, tuangkan rasa, emosi dan pikir dalam untaian kata yang terjalin dengan tertata dan berbahasa. 

Komentar

  1. Semoga odop bisa menjadi rumah yg nyaman 😍😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, mohon bimbingannya kaka senior ������

      Hapus
  2. Mantaaap..semoga kita bsa sinergi dan saling menyemangati ya.

    BalasHapus
  3. Semoga kerasan, kakak ☺️🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek ...

SETULUS CINTA DEWI

Courtesy: Google "Segumpal rasa itu kau sebut cinta Seperti pelangi selepas hujan Ada rindu disana Bersemayam dalam harapan Yang perlahan memudar Saat rasamu ternyata tak kunjung terbalas" Dewi Maharani. Kisah asmaranya seumpama puisi. Indah membuai namun hanya ilusi. Berbilang masa ia setia. Namun waktu tak jua berpihak padanya. Adakah bahagia tersisa untuknya? *** "Wi, kamu habis ketemu lagi sama si Wijaya?" Suara ibu menggetarkan udara, menyambut kedatangan anak perempuan satu-satunya itu. Dewi bergeming. Matanya lekat menatap semburat cahaya mentari yang memantul lembut dari sebalik jendela. "Wi, kenapa sih kamu terus memaksakan diri. Wijaya itu sudah beranak istri. Sudahlah, berhenti saja sampai disini. Sudah telalu banyak kamu berkorban untuknya," Wanita paruh baya itu menambahkan, kembali menasehati gadisnya untuk kesekian kali. Perlahan si gadis pemilik mata sayu menghela nafas, sejenak mengumpulkan kekuatan untuk membalas ucapan ibunda ...

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo ...