"Langit senja merona jingga
Temaram lampu syahdu memadu cahaya
Ada rasa tertinggal di ufuk utara
Hangat, berkolase disudut ruang jiwa
Bukan yang pertama
Namun tertancap dalam dada
Gemuruh menanda tanpa suara
Hanya hening namun penuh makna
Aku tertunduk dalam kecamuk
Entah apa gejolak yang semakin terpupuk
Segalanya bermula dalam sebuah senja
Ketika hati pilu bertemu jiwa perkasa
Seolah luka sekonyong hilang tak berbilang
Sekejap gulita menjelma kilau gemilang
Sekelebat kata tertata
Terapung menyisir udara
Tak sempurna sekaligus penuh pesona
Dan aku terhuyung dalam asa
Menggenggam rindu yang jumawa
Berpeluh kumengeja makna
Mentasbih segala gerik memuja
Getar sukma membuncah ruah
Seolah nirwana bersambut mesra
Lesatan waktu tertinggal di ujung senja
Terngiang bisik angin di telinga
Menghembus gelagat dalam tatap mata
Tajam menghujam namun menyejukkan
Entah apa yang berdesir bagai harapan
Pena tergores berbait-bait
Cerita menguntai berbaris-baris
Linang berurai bertetes-tetes
Hati berdegup terseret-seret
Tengadah tanganku mengiba
Sudilah DIA mengatur rencana
Disuatu senja merona jingga
Aku dan dia berpadu menjadi nyata."
Ah, kututup kembali buku spesial yang kupersembahkan untukmu. Ya, sengaja kubuat untuk menyimpan kenangan kita, walaupun pada akhirnya aku tak mampu lagi menjangkaumu kini.
Pertemuan pertama yang sangat berkesan, tak ingin kulupa, walau sepanjang perjalannannya penuh duri dan luka. Namun apapun tentangmu, tetap membuatku tegak menggenggam harapan walau terlihat penuh keridakmungkinan.
Ya, kau yang selalu meyakinkanku disaat keraguan datang menyerta. Kau yang selalu membangkitkan semangat disaat langkahku semakin gontai. Kau yang warnai hidupku ketikan hanya kelam yang kupunyai. Dan, kaulah sumber inspirasiku ketika aku terjebak dalam kebuntuan yang tak berkesudahan.
Terimakasih untuk semua yang telah kau hadirkan dalam liku perjalanan kita yang terjal dan penuh kelok. Aku tak pernah menyesali seluruh episode kita berdua, karena setiap cerita selalu punya sisi tak terlupakan.
Biarlah masa itu terkubur jauh di belakang, tak mengapa. Biarlah jejak kita terhapus oleh ombak ketidakmungkinan yang niscaya, tak mengapa. Biarlah kebersamaan kita terhenti tanpa tahu kapan akan terulangi, tak mengapa. Biarlah aku disini berdiri sendiri tanpa kau menemani hari demi hari, tak mengapa.
Aku tak menyesali, walau harapaan kerap menghantui. Aku tak menyimpan benci walau terkadang rasa kecewa sesekali menghampiri. Aku tak hendak miminta paksa dirimu untuk kembali, walau kerinduan membuncah hari demi hari. Aku hanya terikat dalam kenangan, bukan untuk terjebak dalam masa lalu, namun hanya sekedar mengguggah hasrat untuk tegak kembali, menyusuri episode baru dalam hidupku, dengan harapan yang meluap, walau tanpa sosokmu lagi. Yang kupunya hanyalah semangat yang kau tulari, bergemuruh menggelora dalam lubuk hati.
Terimakasih. Kau yang telah lebih dulu singgahi nirwana. Doa terbaik tulus kupanjatkan untukmu, selalu, setiap hari, tanpa jeda.
Komentar
Posting Komentar