Langsung ke konten utama

kau sempurnaku

Caramu menatapku membunuhku, mendadak lidahku kelu, hanya mampu bergumam panjang dalam hati "Tuhan, mengapa hatiku berbunga?". Entah mengapa, hanya sekelebat terlintas dalam benak ; "You're my guardian angel".

Awal jumpa denganmu biasa saja, tak ada yang istimewa. Postur tubuhmu yang pendek, geligi yang tak beraturan, warna kulit yang pucat. Tak ada yang menarik. Hanya satu mungkin yang membuatku tak lepas menatap wajahmu, ketika senyummu merekah, kau tampak sangat manis dengan lesung pipit itu.

Aku terpesona hanya karena lesung pipit itu? Gila! Ini sungguh gila, bukan?!? Namun cinta memang gila, tak rasional, dan sulit dipahami.


Kau tahu, semakin ku mengenalmu, maka rasa cintaku padamu semakin mendalam. Kau sempurnakan hidupku. Bukan, bukan dengan kesempurnaan fisik yang kini begitu diagung agungkan khalayak ramai, namun sikapmu yang telah meluluhkan hatiku. Walau harus kuakui, semuanya berawal dari lesung pipitmu yang entah mengapa membuatku terpikat.

Kau sungguh sempurnaku, lupakan tubuh pendekmu, lupakan geligi tak rapi, lupakan kulit pucatmu, karena cintaku bukanlah sekedar tampilan luar, tanpa esensi... aku jatuh cinta pada segala tutur lembutmu, laku bijakmu, kerja keras dan kegigihanmu berbagi semangat tanpa pamrih.

Kau telah mengajarkan hakikat kebahagiaan, yang tak selalu tampak kasat mata, dengan segala kekurangan yang ada padamu, tak lantas buatmu terpuruk, justru semakin meninggikan eksistensimu, membuatmu terlihat semakin bersinar dengan perangai yang membuat semua orang nyaman berada di sisimu.

Dan akupun belajar untuk menerima kekuranganku, tak kupedulikan lagi jerawat yang tak pernah absen dari wajahku, tak ku keluhkan lagi rambutku yang rontok parah, tak kuratapi lagi badanku yang tak seramping model iklan obat pelangsing...

Aku tetap percaya diri dan bahagia dengan segala yang ku miliki, dan itu karena aku memilikimu. Kau yang selalu memperlakukanku dengan sangat baik, kau yang selalu tulus menularkan semangat optimis yang tak ada habisnya, kau yang (tanpa kau sadari) telah mengajarkanku arti bersyukur dan pentingnya menularkan aura positif di sekelilingku, yes, you are my guardian angel....karena kau sempurnaku.

#flash fiction ini ditulis untuk sekedar meramaikan program dari #nulis buku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta