Langsung ke konten utama

Postingan

Menumbuhkan Sikap Kemandirian pada Anak Usia Dini

Postingan terbaru

Ayah dan Kapal Van der Wijck

Namaku Rosita. Ayahku berprofesi sebagai reporter. Profesi yang membuatnya sangat tidak punya waktu untukku. Terkadang, oleh sebab pekerjaan itu, aku tidak bisa bertemu dengannya hingga beberapa hari. Aku sangat kesal sekaligus sedih. Aku benci pekerjaan ayahku. Ya, dulu, sebelum insiden itu terjadi, yang justru karena kesibukan ayahku bekerja, ia terlambat datang, dan itulah yang rupanya yang menyelamatkan kami dari kecelakaan. Ayah bekerja di salah satu surat kabar lokal di Surabaya. Ketika itu, usiaku baru sebelas tahun. Kami berencana akan pergi berkunjung ke rumah oma di Jakarta. Sudah lama aku tak pernah bepergian bersama ayahku. Karena kesibukannya, ia selalu tak punya waktu untuk menemani kami, bahkan jika hanya mengantarkan ke pelabuhan. Tapi, kali ini lain. Rupanya, ayah sengaja mengambil cuti demi bisa bepergian bersama kami. Kami berencana naik kapal dari Tanjung Perak menuju Tanjung Priok, Jakarta. Mungkin ayah tak ingin melihat aku ngambek lagi. Ya, pokoknya, hari in

Curahan Hati Pejuang Deadline

Kesan yang saya rasakan selama ikut kelas non fiksi adalah, keteteran. Ya ampun, rasanya tiada hari tanpa utang tulisan. Antara cemas, lelah dan penasaran. Bisa nggak ya menuntaskan apa yang sudah dimulai?  Tapi, kalau harus menyerah, kok ya enggak tega. Apalagi pije kelas nonfiksi sudah berbaik hati memberi kesempatan membayar semua utang pekan sebelumnya pada hari terakhir ini. Makanya, walau terasa berat, tetapi komitmen harus dipegang. Siap memulai, maka harus siap menuntaskan. Walau tersaruk, pada akhirnya, utang delapan postingan bisa juga tuntas dalam dua hari. Entah apa yang merasukiku. 😁 Mungkin karena semangat teman sekelas yang begitu melimpah ruah, hingga saya yang notabene jarang hadir tepat waktu saat materi berlangsung sekalipun, masih kecipratan semangatnya. Banyak materi per-blogan yang kami dapat di kelas ini. Walau sejujurnya, saya baru sebatas membaca sebagian kecil teorinya, dan belum mulai mengaplikasikannya. 😅 Ah, malu sih rasanya, kese

Review Perbedaan dan Persamaan Dua Negara dalam Secangkir Kisah Para Orang tua Spesial

Pada RCO batch enam tingkat ke tiga, para peserta diberikan tantangan untuk membaca buku terjemahan, dengan jumlah minimal sebanyak 195 halaman. Setelah selesai membaca, seluruh peserta dibetikan tugas untuk menuliskan perbedaan dan persamaan tradisi atau kebiasaan antara negara yang bukunya kita baca dengan negara Indonesia. Pada kesempatan kali ini, saya memilih sebuah buku antologi terjemahan berjudul A Cup of Comfort for Special Parents, yang memiliki ketebalan 350 halaman. Sejak awal membaca, fokus saya teralihkan, bukan sekadar menikmati kisah demi kisah menyentuh hati yang disajikan secara apik, namun fokus saya terpecah karena sembari mencermati setiap kalimat yang disajikan, adakah yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk menunaikan tugas RCO6 level ketiga. 😁 Setelah membaca halaman demi halaman hingga tuntas, berikut beberapa perbedaan kebiasaan maupun tradisi yang saya temukan dalam buku tersebut, yang secara garis besar saya rangkum menjadi empat poin utama

Membuat Resolusi Tahunan sebagai Panduan Mewujudkan Impian

Menentukan tujuan adalah kunci utama yang harus kita siapkan sebelum kita mulai melangkah. Dari tujuan tersebutlah, kemudian kita akan menyusun strategi atau metode yang paling sesuai. Nah, berkaitan dengan menentukan tujuan inilah, biasanya kita menetapkan resolusi di penghujung tahun. Resolusi tahunan ini bisa berfungsi sebagai panduan yang menuntun kita menuju impian yang ingin diwujudkan dalam rentang satu tahun kedepan. Resolusi tahun sebelumnya, bisa juga kita gunakan sebagai bahan evaluasi atau pertimbangan pada penyusunan resolusi yang baru. Dengan perencanaan yang matang, diharapkan segalanya bisa berjalan semakin lancar. Bagi saya pribadi, tahun 2018, merupakan tahun penuh anugerah. Bagaimana tidak, perjalanan yang saya tempuhi bagai sebuah proses metamorfosis, dimana saya menikmati peran sebagai seorang penulis amatir yang awalnya begitu 'polos', benar-benar pemula, kemudian terus diberkahi dengan kesempatan demi kesempatan untuk belajar dan menambah ja

Ide Main: 4 Aktivitas Bermain yang Bisa Menstimulasi Kemampuan Motorik, Sensorik dan Kognitif Anak.

Pada postingan yang lalu , telah dipaparkan apa urgensi stimulasi sensorik, motorik dan kognitif pada anak usia dini. Mempertimbangkan manfaat besar yang akan kita dapatkan, maka sebagai ibu, kita wajib memfasilitasi aktivitas yang bisa menunjang kebutuhan ananda dalam menstimulasi ketiga elemen tersebut. Ada banyak ide bermain yang bisa kita kembangkan, dengan menyesuaikan minat, bakat dan usia anak tentu saja. Intinya, setiap aktivitas main yang akan mereka lakukan, haruslah sesuatu yang memang mereka sukai, nikmati dan lalui dengan perasaan bahagia. Jangan sampai, demi memenuhi ambisi menstimulasi kemampuan motorik, sensorik dan kognitif tersebut, kita memaksakan suatu aktivitas yang justru bikin anak bete dan tak nyaman. Tugas kita hanya memfasilitasi kebutuhan dan keinginannya, sekaligus mengarahkan, agar proses bermain bisa lebih dioptimalkan kemanfaatannya. Namun, tidak dengan memaksakan kehendak pada anak.  Misalnya, kita sudah capek-capek menyiapkan permaina

Menumbuhkan Minat Belajar pada Ananda lewat Bermain di Alam

Musim penghujan sudah mulai menyapa. Suhu lingkungan yang semula begitu menyengat, bahkan di pagi hari sekalipun, kini semakin bersahabat. Anak-anak yang biasanya anteng main di dalam rumah, kini mulai tertarik untuk kembali bereksplorasi  di halaman belakang rumah. Seperti di pagi yang cerah, beberapa hari yang lalu. Seperti biasa, sepagian sebelum mandi mereka sejenak menikmati udara pagi di halaman belakang rumah. Entah sekedar saling berkejaran, memanjat tempat jemuran pakaian, atau bahkan bermain tanah. Namun, ada yang istimewa pagi itu. Sekilas tatapan ibu terpaku pada satu tanaman yang tampak tak lagi berdaun. Setelah diperhatikan semakin dekat, rupanya ada penghuni istimewa di sana. Ya, ada beberapa ulat hijau yang berjalan di sepanjang rantingnya. Di sisi lainnya, bahkan ada yang telah bertansformasi menjadi kepompong. Anak-anak yang ikut memperhatikan, terlihat begitu tertarik. Mereka menampakkan wajah penuh penasaran. Tanpa henti mulutnya saling berceloteh, tang