Langsung ke konten utama

socmed feat dumay


Terkadang socmed atau dumay bisa menjadi tempat ternyaman untuk jujur-jujuran menjadi diri sndiri yang ternyata berkebalikan 180o dari keseharian kita. Nyaman menjadi “pribadi lain” bukan berarti berpura-pura menjadi orang lain, tapi justru memunculkan sosok lain diri kita, memunculkan sisi lain dalam diri kita yang tidak mudah untuk terekspos dalam kehidupan nyata…tetapi dengan mudah menampakkan diri dalam dumay.
Mungkin karena di dunia maya, kita akan merasa lebih bebas berekspresi, leluasa menuangkan “uneg-uneg”, lebih berani melontarkan ide-ide ga biasa bahkan gila, karena bagi sebagian orang (mungkin sebagian besar) merasa dumay adalah “somewhere I belong” tempat dimana bisa melakukan apapun semau gue.
Walaupun kenyataannya, socmed sendiri bukan tempat yang “aman” berbagi hati, bukan tempat yang menyediakan penuh2 ruang privasi…banyak celah hingga apapun yang kita buat akan secara cepat terekspos kemana2…tapi apapun itu, dumay tetap menjadi pilihan sebagian besar kita untuk “berekspresi”.

Karenanya, dumay dan socmed bisa menjadi media “terpercaya” untuk bercermin diri, untuk mengenal lebih dalam karakter kita yang tak tersentuh di dunia nyata…karena dari status, postingan, komentar, note bahkan “arena narsis” (galeri foto2)….kita bisa melihat secara tidak langsung seperti apa wujud asli kita yang sebenarnya….^_^

Komentar

  1. hahaha..
    memang sulit ditebak yang jelas ada yang terlihat baik maupun buruk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta