Langsung ke konten utama

Dan ternyata pilihanya memang hanya 2, mengeluhkan atau mengikhlaskan….

Suasana di tempat kerja tiba2 terasa garing, membosankan!
Rutinitas yang itu2 saja, teman2 yang tetiba selalu menjengkelkan, perasaan selalu menjadi yang ‘teraniaya’, pembagian kerja yang terasa berat sebelah, ga adil!
Yah…kadang2 masa2 itu teralami juga…rasanya sudah kayak jungkir balik dari atas gunung, berguling guling, terhempas di jurang yang gelap. Pengap!
Ah…hiperbola mungkin…whateverlah!

Saat hati tak menerima semua dengan lapang, yang terjadi adalah segala sesuatunya berjalan sangat sangat tidak menyenangkan. Pekerjaan pun dilakukan dengan keterpaksaan berselimut keluh kesah yang tiada henti terlantun dari bibir yang sudah mengalahkan panjangnya hidung pinokio! Manyun sepanjang hari!
Ah…capek hati, capek badan, capek pikiran!
Karena yang ada di kepala hanyalah prasangka yang tidak mengenakan, yang menyesakkan dada, yang  membuat mood makin ngedrop…
Apa yang didapat???
Nothing!
Udah capek ga dapet apa2, rugi banget!!!!

Akan beda rasanya  kalo pilihan kita jatuh pada kata “mangikhlaskan”.
Suasana setidakmenyenangkan apapun, bukan penghalang untuk tetap menjalani hidup dengan rasa syukur penuh2.
Bila kita ikhlas…prosesnya akan terasa nikmat…keluh kesah? No!
Yang ada hanyalah perasaan  senang, tenang dan lapang!
Indah bukan???  ^_^
Sudah senang dapat pahala pula….

Dan ternyata, hidup itu pilihan , mau mengeluhkan atau mengikhlaskan…..
Kita yang menentukan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta