Langsung ke konten utama

Antara Pari dan Pulau Tidung


Beberapa hari lalu, tepatnya tgl 07-08 September 2013, ber 16 kami menjelajahi pulau pari, Kepulauan seribu. 
Kenapa di awal saya katakan antara pari dan pulau tidung? 
Tak lain hanya karena saya blum smpat mnceritakan keceriaan perjalanan ke pulau tidung yang sdh bjalan setahun yg lalu.
Ya... Saya memang sempat 'malas' menuliskan bagaimana serunya menghabiskan waktu 2d1n di tidung pada 8-9 september stahun yg lalu... Hanya saja untuk skedar mengingatkan kembali moment moment yg smpat terlupa, maka 2 trip, yg serupa tapi tak sama ini, sya rangkum dalam satu *judul*
            
Kedua trip ini secara kebetulan dilakukan pd bln september awal, dan sprti pjlanan pulau lainnya, mau tk mau kami pun harus 'menumpang' kapal yg hndak mnyebrang ke pulau yg kami tuju...
Kapal bertolak dari muara angke mnuju pulau. Dengan waktu sekira 2 jam, kami harus rela terombang ambing di lautan luas hingga tiba di dermaga pulau. Kelelahan trpancar bhkan di awal prjalanan, sbagian bsar merebahkan diri dan memejamkan mata skedar mlepas penat dan meredakan rasa mual yang mulai bkcamuk seiring melajunya kapal membelah lautan... 

Pertama kali kaki menjejak di tanahnya, saat tiba di dermaga pulau, maka sejurus mata memandang, terlihat 'simbol selamat datang' yg seolah-olah mnyambut kami dengan keramahannya... Yang segera saja dikerubungi wisatawan yang tak mau melepas ksempatan berpose dilatari 'sambutan slamat datang' tsb.

          
Pemandangan sekeliling di kedua pulau pun tak jauh beda, hamparan lautan biru seolah-olah meliputi dermaga dan pulau dengan ke eksotisannya...

homestay at tidung



Terik matahari yg mulai meninggi, tak surutkan langkah kami yang bergegas dengan semangat 45 menuju 'homestay' yng sudah menanti untuk di singgahi...




Di pulau pari, di sepanjang jalan yang kami lewati berdiri rumah rumah yang siap di huni para wisatawan, dan hampir di setiap hunian tersebut berdiri gagah pohon jmbu air dengan buahnya yang ranum dan siap petik, membuat siapa pun yang melihat seolah-olah di 'undang' untuk segera mametik dan menikmati kesegaran buahnya yang merah memikat...

Setiba di homestay, selepas rehat sejenak dan menikmati 'fasilitas' jambu air yang manis kecut dan menyegarkan, kami pun dipersilakan mengisi 'kekosongan' dengan bersepeda ria menjelajahi pulau yg ternyata seolah olah luasnya tak selebar daun kelor.
Karena terlalu padatnya Pari hari ini oleh para wisatawan yg memiliki 'misi' yg sama dengan kami, maka kami pun harus rela 'mengalah', snorkeling yg semula dijdwalkan selepas dzuhur pun diundur hingga ke esokan paginya...



Segera kami menggowes dng sepenuh hati, menjelajahi pulau pari, dan spot prtama yg kami tuju adalah pantai bintang... Sesuai dengan namanya, disini, sejauh mata memandang di sepanjang pantainya berlimpahan bintang laut yang sedang 'berjemur' menikmati hangatnya mentari di balik pasir putih dlm laut yang dangkal... Tangan jail kamipun mulai beraksi, dengan semena mena kami pun memunguti dan mendaulat bintang laut yng sedang tenang menikmati harinya sebagai objek bernarsis ria... Maka bintang laut yang malang pun akhirnya 'dengan terpaksa' dan 'tanpa daya' hanya pasrah ketika dengan penuh antusias kami renggut ketenanganya dan aksi perdana dengan bintang lalut pun sempurna 'menghangatkan' hari pertama kami menginjakan kaki di pulau pari yang eksotis ini...

Setelah berpuas diri menjepret dan berpose brsama bntang laut, kami pun kembali menggowes menuju spot berikutnya... Terburu, mengejar waktu, karena angka digital yang bertengger di pergelangan tangan menunjukkan waktu 'jam makan siang' dan seolah olah tanpa mau tau, rasa lapar terus saja meneror kami dengan suara kruyuk nyaringnya dan sensasi perih di lambung yang semakin menegaskan 'waktunya makan siang kawan'... ^_^


Spot ke 2, pantai kresek pun kami singgahi sejenak...
Entah knapa pantai ini dinamai kresek, mungkin karena efek suara ombaknya yang seolah olah melantunkan bunyi kresek kresek??? Hehe...
Karena spanjang mata memandang, hanya terlihat lautan biru yang menghampar luas, sejenak menikmati pasirnya dan airnya yang menghangat ditimpa sinar mentari, dan setelah berpuas diri menikmati jepret demi jepret dari “kamera beneran”, kamipun segera meluncur, kembali ke kediaman tercinta kami dengan halamannya yang ditumbuhi phon jambu air yang buahnya  menggoda dan 'menggiurkan' untuk dicicipi...
Selepas cuci kaki, cuci tangan, menunaikan dzuhur dan menikmati menu makan siang yg disajikan seolah olah prasmanan, saling bercengkrama, mengenalkan diri dan penjelajahan pun kami lanjutkan kembali...
Lets go to pantai pasir perawan, kawan!

Jangan heran dan dengan polosnya bertanya 'kok dinamain pantai pasir parawan' sih ?
Maap maap, sebenernya bukan kapasitas saya menjelaskan alasannya dsini, tapi biar ga terus terusan penasaran, anggap saja seolah olah pasir pantai ini blum prnah dijelajahi sebelumnya, dan setiap kita adalah orang pertama yang menjejakkan kakinya di pasir pantai ini... :)

Sebenarnya, panorama pantai ini tak jauh beda dngan spot sblumnya, hanya yang membedakan hanyalah hamparan laut hijau kebiruan yang dangkal hingga sekira sejauh mata memandang dari bibir pantai, dengan pantainya yang bersih dan luas ditaburi pasir putih yang halus, dan untuk menikmati itu semua, kita harus melewati gerbangnya yang dijaga, dan hanya boleh dilewati setelah membayar tiket masuk...

Setiba disana, sebagian yang tak bisa diam melihat air laut “nganggur” langsung saja menceburkan diri, seolah olah bgi mereka, hamparan laut yng dangkal dan jernih ini memanggil untuk di renangi... Sebagian berpoto dan mengabadikan eksotika pantai pasir perawan, bernarsis ria dilatari cakrawala biru laut dan langit yang biru, dan terik matahari pun sempat menggentarkan sebagian lainnya yang segera berlindung di bawah keteduhan pohon pohon yang berjejer tak jauh dri bibir pantai, dan hanya menikmati keindahan laut dengan memandangnya dari jauh... Sesekali menyoraki sebagian lainnya yang tengah asik masyuk menikmati kehangatan air laut yang ditimpa teriknya mentari siang itu... 

Setelah merasa puas dan kelelahan, mereka pun kembali ke daratan, dan merebahkan diri di pasir pantai yang terasa seolah olah sedang berbaring di kasur yang empuk... Entah bagaimana mulanya, dengan komando, serentak kami 'mengerjai' salah seorang teman kami, segera saja tubuhnya kami timbun dengan pasir, dengan hanya menyisakan kepala saja... Dan ia hanya bisa pasrah menerima keisengan kami, dan dengan polos bersoloroh... 'ntar gantian ya...', sontak kami terbahak dan makin bersemangat meng'aniaya' nya...
Dan kreatifitas kami pun kami abadikan... 123…cheese…^_^


Kekonyolan demi kekonyolan, candaan serta keriangan berlangsung tanpa kendali... Dan keisengan itu pun kembali terulang saat ada ksempatan, dan korban ke dua pun kembali pasrah menerima nasibnya yang 'beruntung'.
o em ji…:P



Senja hampir merekah, seolah olah mengingatkan kami untuk segera kembali menuju kediaman, dan mentari yang hampir kehilangan teriknya pun mengantar kepergian kami dengan sisa sisa kehangatanya...
Gud bye pantai pasir perawan... *melambaikan tangan

Selepas rehat sejenak, kembali menggowes, dan waktunya berburu sunset di pantai LIPI...


Keindahan itu selalu menggoda kami untuk menikmatinya berlama lama...

Maka saat mentari smakin menipis, dan akhirnya menghilang tanpa jejak, kesedihan sempat singgah di ruang hati dan kerinduan kembali hadir melengkapi harapan yang dilantunkan kuat kuat untuk bisa kembali menikmati keindahannya, suatu hari nanti, semoga... :)




Kembali ke homestay, menikmati istrahat sjenak, dan mngisi perut yang keroncongan dengan menu yang disediakan, selang beberapa jeda, kembali beramai ramai meluncur ke pantai kresek, menikmati barbeque di tepi pantai, ditingkahi debur ombak yang sayup sayup terdengar, walaupun keramaian tetangga sebelah dengan dentuman musiknya mengurangi kesyahduannya...
Sekedar menghibur diri, dalam 'penantian' cumi dan ikan yang tak kunjung datang. Kamipun mengisinya dengan bermain 'abcd 5 dasar'
apakah itu?
Mari kita tanyakan pada nobita, sakura dan sisuki bagaimana aturan mainnya?
Atau tanyakan pada kamara bleszynski dan rita guttawa apa hukumannya?
Dan jangan lupa tanyakan pula pada wisnu teungku dan keke cut bagaimana serunya permainan ini, dilatari debur ombak pantai kresek dan meriahnya senandung 'open lillte josh' yang menggema spnjang malm itu….
Permainan belum berakhir, namun aroma cumi dan ikan bakar yang menusuk hidung pun sejenak menghentikan keasikan kami menikmati permainan. Seketika menu barbeque pun raib dalam sekejap, 16 pasang tangan ternyata cukup sigap berebut, menarik dan menyuapkan potongan demi potongan ikan dan cumi bakar yang menggugah selera dengan lahap dan hampir kalap. hehe...
Ah, dan akhirnya mari sudahi permainan ini dengan hamdalah, karena malam kian larut, walau air laut tak juga surut, namun esok ketika mentari menyambut, petualangan akan berlanjut, sgera tarik selimut, dan berdoa Bismika Allahuma ahya wa amuut...

Pagi menjelang, azan subuh pun berkumandang, selepas shalat, sebagian menetap dan sibuk dengan aktivitasnya, dan sebagian lainnya menikmati aroma pagi di pulau pari.
Bergegas, menggowes sepeda menuju dermaga, berpacu dengan waktu, berharap tak melewatkan sedetikpun pesona terbitnya sang mentari pagi ini…

Malang tak bisa ditolak, kendati sudah berpagi menuju dermaga, namun pagi ini, rupanya mentari malu malu bersembunyi di balik awan… dan sekian lama menanti, akhirnya kami hanya mampu menatap langit yang diam bergeming tanpa mentari…
Aah… mungkin kesempatan itu belum menghampiri kami pagi ini, namun keindahan sun rise yang selalu kami nanti nanti akan tetap tersimpan di hati, apapun yang terjadi, walaupun faktanya hanya langit sunyi yang kami tatap dalam sepi, dan sebelum mentari benar benar meninggi, dengan lapang hati walau tak berseri kamipun kembali…

Pukul 07.00, kami pun bersiap menaklukan lautan. Berjalan riang, beramai ramai, saling berceloteh, menikmati sensasi antusiasme yang bergemuruh dalam dada. Its show time, saat kapal mulai bergerak menjauhi dermaga, rasa itu pun semakin membuncah, akhirnya, snorkelingan juga kawan…. Hajar!!!! ^_^

Awalnya malu malu, takut takut, lama lama jatuh hati, serasa enggan mengakhiri “memandangi” keindahan karang dan “bermain main” dengan segerombolan ikan ikan beragam bentuk dan warna yang hilir mudik di sekitar karang…
Ah, selalu menyenangkan memang ketika akhirnya kita bisa benar benar menikmati keindahan. Dan pada akhirnya, seolah olah tak rela bila keindahan ini hanya berlalu sia sia, maka keinginan mengabadikannya dalam sebentuk gambar pun membuat kami berebut untuk berpoto. Narsis is never die. ^_^
Berpacu dengan waktu, dengan berat hati, kamipun harus mengakhiri petualangan ini… namun penjelajahan belum berakhir, perjalanan berlanjut menuju pulau tikus..

Sempat terperangah melihat keindahan terbentang di depan mata, maka tanpa menunggu lebih lama, kami pun segera mendarat dan menjelajahi pesisir pantai pulau tikus dengan airnya yang bersih, hijau cemerlang dan semakin menarik hasrat kami untuk bernarsis ria…
Ooh… indahnya….^_^


Dan kesemuanya membuat kami betah berlama lama di pulau ini, namun apa daya, waktu kami tak banyak, sekejap menikmati keindahan memang tak pernah cukup, ah.. seandainya bisa lebih lama lagi….

Dan petualangan ini pun akan segera bertemu titik akhirnya, namun segala cerita dan rasa yang terangkum dalam benak kami akan tetap menetap di ruang hati, segala kesan akan terekam dalam memori, entah menyenangkan, entah menyebalkan, atau mungkin mengecewakan… hanya masing masing kita yang tahu… dan apapun itu, kesempatan ini haruslah di syukuri penuh penuh… ^_^

Lain pari, lain tidung…
Walau terlihat serupa, namun tak sama…
Fasilitas yang nyaman, sarana dan prasarana yang memudahkan menjadi poin plus dalam trip kali ini…
Petualangan bersenorkeling pertama kami pun bermula disini. Sekira pukul 14:00, selepas rehat dan bersantap siang dengan menu seafood yang menggoda, kami pun bergegas menuju kapal yang akan membawa kami menuju spot snorkeling.

Keindahan karang pun berhasil kami nikmati spanjang siang hingga senja menampakkan wajah jingganya…. Dan setelah berpuas diri menikmati biota laut dan mengabadikannya, kamipun bergegas kembali menuju kapal…

Lelah menggelayuti, dan energy yang cukup terkuras pun membuat perut kami terasa lapar, maka saat kapal yang kami tumpangi berpapasan dengan kapal penjual makanan, maka sejenak kami menambatkan kapal dan menikmati seporsi popmie hangat di atas kapal yang mengapung di tengah lautan…
Suasana yang syahdu dan cukup ramai, menambah kemeriahan acara makan sore kami… dan, walau menunya hanya mie, namun nikmatnya sungguh luar biasa. ^_^

Kapal kembali melaju menuju dermaga, senja semakin menampakkan pesona jingganya, dan disaat bersamaan kamipun menikmati keindahan mentari yang perlahan lahan menghilang ditelan gelap malam…



Hari ke dua, selepas subuh, kembali bergegas menuju jembatan cinta, jembatan penghubung dengan tinggi sekira 7 meter dari permukaan laut, yang menjembatani pulau tidung besar dan tidung kecil…

Menikmati keindahan mentari yang perlahan lahan mulai meninggi di atas permukaan jembatan yang lebarnya tidak lbih dari satu meter memberikan sensasi tersendiri, kesyahduan menikmati hampatan laut yang terbentang luas dengan hembusan angin yang cukup kencang, menambah romantis suasana pagi ini…

Berjalan selangkah demi selangkah melewati jembatan kayu yang mulai merapuh dan sudah lapuk di makan usia, dan sesekali melompati permukaan jembatan yang bolong di sana sini, bekas terbakar yang hanya menyisakan serpihan kecil kayu  yang menghitam seperti arang… membuat was was dan mendebarkan namun berkesan.
Setelah puas menjelajahi tidung kecil, dan bernarsis ria di spot spot tertentu, kami pun kembali melewati jembatan kayu yang terbentang memanjang menuju tidung besar.
Tak ingin kehilangan kesempatan menikmati wahana pemicu adrenalin, kami pun berkesempatan menikmati keceriaan ber banana boat. Tak berakhir di situ, jiwa petualang kami pun terpacu untuk melakukan lompatan ekstrim dari atas permukaan jembatan cinta menuju permkaan laut yang tingginya sekira 7 meter…

Berkali kali merapalkan doa, dan berkali kali urung melompat, namun akhirnya nekat juga… dan…
Byuuur…


Berteriak sekencang mungkin, lalu terhempas di permukaan laut, sejenak tenggelam di kedalaman lautan, untuk kemudian mengapung dan memaksakan kaki ‘mengayuh’ dan mendorong kuat menuju tepian…
Legaa rasanya… kenekatan akhirnya mengalahkan rasa takut dan memupuskan penasaran yang sempat membuat galau.
yey yey...I’ve done. ^_^

Berbalut pakaian yang basah sempurna, kami pun kembali ke rumah singgah tepi pantai kami, untuk segera bersiap siap mengakhiri perjalanan, dan kembali menikmati rutinitas. ^_^

Entah pari maupun tidung, keduanya menyimpan eksotika masing masing, yang tak bisa di bandingkan satu sama lain…
Namun, bagaimanapun… perjalanan ini, baik pari maupun tidung memberi kesan tersendiri
Pari, dengan segala keindahan pulau tikusnya, bintang lautnya, kekonyolan dan keisenganya,
Dan tidung dengan fasilitasnya, keramahannya, dan ke eksotisan jembatan cinta dengan lompatan ekstreemnya,
Apapun, kesempatan yang sudah kita nikmati ini, maka kesyukuran adalah ‘imbalan’ yang harus kita persembahkan….
Entah esok diberi kesempatan lagi, ataupun harus terhenti disini…
Bagaimanapun,
Akan ada masa, ketika kita bisa terbang bebaaaas… namun, suatu ketika akan ada masanya kepak sayap kita harus terhenti sejenak
Maka, nikmatilah, dan syukurilah… enjoy it perfectly…^_^


Komentar

  1. Siippp!!
    Ke dua pulau yang menawan sama2 memanjakan mata melihat keindahan laut yang biru dan bersih...
    like it...

    BalasHapus
  2. mantap oleh-olehnya...
    eksporasi terus dan ceritakan tetang keindahan alam indonesia...

    BalasHapus
  3. mantap...
    eksporasi terus dan ceritakan keindahan alam Indonesia

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga 🤲 Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Lintang, Sang Penghibur

Pixabay Hai namaku Lintang.  Ini kisahku dengan seseorang yang sangat aku sayangi... Orang-orang mengenalnya sebagai penemu alat pembunuh kanker yang kini sedang menjadi pembicaraan banyak kalangan. Katanya dia bergelar Profesor Doktor. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai 'War' padaku saat kita pertama kali berbincang. Karena kupikir ia terlihat sangat dewasa, dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, memberi kesan begitu 'pintar', maka kuputuskan untuk memanggilnya "Papi War". Namun, tahukah kalian, pertemuan pertama kali dengannya adalah ketika ia sedang menunggu bus di salah satu halte.  Ia terlihat basah kuyup. Memang hari itu hujan deras tengah mengguyur kota.  Aku terduduk lemas di sampingnya, menatap jalanan yang mulai tergenang air hujan. Sekilas ia menoleh padaku. Akupun menoleh padanya. Namun dia hanya diam saja. Akhirnya kuberanikan diri saja mengajak dia bicara terlebih dulu. Awalnya ia cuek saja. Ta