Langsung ke konten utama

Tantangan ODOP 2

Cerita 2

Sumber: pixbay

Sudah pukul satu siang, saat kulihat jam di pergelangan tangan. Artinya sudah lewat dua jam kau duduk di hadapanku tanpa sepatah katapun. Hanya asyik mengaduk kopi hitam legam dengan aroma menyengat di atas meja. 
Pengunjung kafe semakin riuh, pertanda jam makan siang telah tiba. Namun kau tetap bergeming. Tak terpengaruh sedikitpun dengan suasana kafe yang kini meramai. 
"Gak diminum?" tanyaku memecah kebisuan.
Kau hanya mengulum senyum sebagai jawaban.
"Sayang tahu udah mahal-mahal gak diminum. Mubazir." selorohku mencoba mencairkan suasana.
Tawa renyahmu berderai. 
"Kamu mau?" cangkir putih beraroma kopi kini berada tepat dihadapanku.
Ah, sungguh, hanya senyum ini yang ingin ku tatap sedari tadi. 
"Beneran?!"
"Coba aja."
"Pahit gak?"
"Pahitnya tidak sebanding dengan aroma magik yang akan kau kenang sepanjang hidupmu ketika kau cecap di lidah dengan sepenuh rasa." Rentetan kata kembali meluncur dengan cepat, kuat dan penuh kharisma. Aku senang. Artinya kamu sudah kembali menjadi dirimu lagi. 
"Gak ah! Aku gak suka pahit. Hidupku udah cukup pahit, gak perlu ditambah kopi pahit. Hehe."
"Hahaha."
"Kamu udah baikan?"
"Emang aku sakit?"
"Suasana hatimu. Tadi kan mukamu ditekuk terus. Kayak baju kusut."
"Makasih ya." Ketulusan kurasakan bergetar dalam ucapmu.
"Untuk apa?"
"Untuk terlahir sebagai wanita terindah dalam hidupku." Senyummu kembali merekah.
Ah, aku semakin terhanyut. Kau, mungkin tak sempurna, namun saat bersamamu, aku selalu merasa istimewa. Bukankah seharusnya aku yang berterimakasih padamu?! Sudahlah. Aku tahu, kau tak mengharapkan itu. Karena ketika bersama, kita selalu saling menguatkan tanpa perlu penjelasan. Itu saja sudah cukup. 
"Pulang yuk!" Suara itu memecah lamunanku.
"Kopinya?"
"Hahaha."
Dan akupun mengerti mengapa kita tercipta untuk selalu bersama.


#onedayonepost
#odopbatch6


#tantanganODOP2
#fiksi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenalkan Literasi Sejak Dini Lewat Program 'Duta Baca Cilik'

Sejak tujuh hari yang lalu, saya telah mendaftarkan Abang dalam kegiatan literasi bertajuk 'Duta Baca Cilik' yang infonya saya dapatkan melalui sebuah postingan di Facebook.  Begitu membaca, saya langsung tertarik untuk ikut serta, walaupun saya belum yakin, apakah bisa konsisten mengikuti rule yang diberlakukan, karena kebetulan pada saat yang bersamaan, saya sedang memegang banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun, demi menemukan kembali ritme kebersamaan bersama duo krucil, saya pun 'menerima' tantangan ini. Dan, sejak Senin lalu, resmilah kami sebagai bagian dari peserta 'Duta Baca Cilik'. Sebuah kegiatan literasi, dimana, kami, para peserta, diwajibkan untuk membaca atau membacakan buku setiap hari.  Sebuah gerakan, yang memiliki tujuan untuk saling mendukung dan memotivasi para Ibunda dalam mengenalkan literasi sejak dini dengan pembiasaan membaca / membacakan buku setiap hari kepada buah hatinya. Bagi saya, ini kesempatan em

Menggali Potensi Diri dengan Menulis Antologi

Pict: Pixabay Bismillahirrohmaanirrohiim... Tahun ini adalah tahunnya panen buku antologi. Huaaa... ini bahagianya campur-campur sih. Antara senang tapi gemes, soalnya perbukuan ini kok ya launchingnya hampir berbarengan... *kekepindompet Terlepas dari itu, ya pastinya saya sangat bersyukur dong, sekaligus bangga, ternyata saya bisa mengalahkan bisik ketakutan dalam diri yang merasa tak mampu, malas hingga cemas. Bisa nggak ya? Bagus nggak ya? Laku nggak ya? *ups Sebenarnya, dari awal, tujuan saya ikut berkontribusi dalam even nulis buku bareng ini, hanya karena ingin punya karya, yang kelak bisa juga membuat saya, setidaknya merasa bangga dan bersyukur pernah berkontribusi dalam membagikan kemanfaatan dari apa yang saya miliki.  Entah pengetahuan walau cuma seuprit, atau pengalaman yang baru seumur jagung, atau sekedar curahan hati yang bisa diambil hikmahnya oleh yang membaca. *semoga šŸ¤² Makanya, saat launching buku, saya tidak ngoyo untuk promosi. Atau mung

Resep Praktis Membuat Ebi Furai

Alhamdulillah , masa-masa krisis pada proses penyapihan telah usai. Setelah sekitar semingguan dibikin cemas, sedih sekaligus galau karena anak gadis kelihatan semakin layu setiap hari akibat sakit dalam masa penyapihan, kini ibu bisa bernapas lega. Setelah keluar dari badai kegalauan, akhirnya masa 'panen' pun tiba. Kini ibu bisa dengan tenang mengantar anak gadis tidur siang dan malam tanpa rengekan. Kalau sudah terlihat terkantuk-kantuk, cukup diboyong ke tempat tidur, dengan sedikit diayun-ayun dulu sebentar dalam gendongan, dan kemudian anak gadis pun segera terlelap dengan nyaman.  Masya Allah, tabarakallah. Nah, selepas masa 'mogok' makan berakhir, terbitlah masa mulai doyan makan.  Kebetulan duo krucil ini lagi gemar sekali makan udang balut tepung roti, alias ebi furai.  Jadi, ibu manfaatkan saja peluang ini sebelum mood makan mereka kembali surut. Paling tidak, seminggu tiga kali mungkin ya ibu bergulat dengan perudangan akhir-